Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA

belajar dan menyimpan materi pelajaran yang lebih lama karena ia mengkonstruk pemahamannya dari pengalaman sendiri. 11 SainsIPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian, pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik alam sekitar. SainsIPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh. 12 Metode Science mengajar kita bagaimana cara memecahkan masalah, bagaimana mengambil kesimpulan, dengan cara yang teratur, dan menghemat tenaga, pikiran dan waktu. 13 Oleh karena itu, siswa harus membangun atau mengkonstruk pengetahuan yang belum mereka ketahui di alam agar mereka dapat memahami apa yang mereka cari tentang sainsIPA itu sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran sainsIPA tidak hanya mengembangkan aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan ilmiah tetapi juga mengajarkan siswa untuk berpikir dalam mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri.

b. Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri atas siswa- siswa dengan tingkatan kemampuan yang berbeda, menggunakan aneka macam aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Masing-masing anggota kelompok tidak hanya mempelajari apa yang diajarkan tetapi juga saling membantu anggota kelompoknya untuk berprestasi. 14 11 Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa SLTP, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 45, Tahun Ke-9, November 2003, h. 791-792 12 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Rosda Karya, 2005, h. 211 13 Soekarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, Jakarta: Bharara, 1973, h. 25 14 Kagan, Spencer. Cooperative Learning, http: www.KaganOnline.com 9 Januari 2009 Belajar kooperatif adalah sejenis belajar berkelompok yang melibatkan 4-6 orang peserta didik. Di dalam kelompok ini, peserta didik bekerja bersama-sama di bawah pengawasan pendidik menyelesaikan tugas yang disediakan oleh guru. Di dalam diskusi kelompok tersebut, peserta didik mengemukakan pendapatnya dan seorang anggota kelompok dapat diangkat sebagai pimpinan kelompok untuk mengambil inisiatif menyimpulkan hasil diskusi. 15 Eggen dan Kauchak mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling - membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.” Menurut Slavin 1997 seperti yang dikutip dalam Nur dan Wikandari, pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Menurut Ibrahim dkk 2000, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. 16 Menurut Rustaman et al. 2003, Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional . Menurut Sugandi 2002 sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa 15 A. Syukur Ghazali, Op Cit., h. 115 16 Anwar Holil, Pembelajaran Kooperatif, http:anwarholil.blogspot.com200709pendidikan_inovatif.html 9 Januari 2009 dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: 17 a. Saling ketergantungan. Saling ketergantungan didasari dengan adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan merupakan keberhasilan anggota yang lain atau sebaliknya. b. Tanggung jawab perseorangan. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan pembelajaran kooparetif adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya c. Tatap muka. Adanya interaksi langsung antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan saling hubungan timbal balik yang positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. d. Komunikasi antar anggota. Untuk memperoleh informasi para siswa perlu mengadakan perbaikan- perbaikan. Komunikasi sangat penting untuk menyampaikan ide dari 17 Ina Karlina, S.Pd, Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa, 9 Januari 2009 masing-masing anggota. 18 e. Proses kelompok. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah proses kelompok merupakan tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai pembelajaran kooperatif. Definisi-definisi di atas menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sekumpulan strategi pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil yang digunakan guru agar siswa saling membantu dan bekerja sama mempelajari sesuatu untuk mencapai prestasi mereka. Shepardson dalam Ghazali menyebutkan beberapa ciri Belajar Kooperatif BK seperti berikut ini: 19 1. Pendidik harus mengupayakan terwujudnya interaksi antarpeserta didik yang berada dalam sebuah kelompok student-to-student interaction. 2. Pendidik harus menciptakan interdependensi positif di kalangan anggota kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar ini. 3. Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil individual accountability. 4. Strategi BK menekankan pada pencapaian tujuan bersama group process skill. Menurut Arends dalam Holil, pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 20 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis 18 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, h. 60-61 19 A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, JURNAL PENDIDIKAN PEMBELAJARAN, VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2002: 115-131, h. 20 Anwar Holil, Op Cit. kelamin yang berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Carin adalah: a setiap anggota memiliki peran, b terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, c setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, e guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 21 Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: 22 a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis. b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin. d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. Menurut Lickona ada delapan bentuk pembelajaran kooperatif, yaitu: 1 belajar berpasangan learning partners, 2 susunan duduk berkelompok cluster group seating, 3 belajar bertim student team learning, 4 belajar dengan membahas berbagai topik dalam tim Jigsaw learning, 5 mengetes tim team testing, 6 proyek kelompok kecil small-group learning, 7 kompetisi dalam tim team competision, dan 8 proyek untuk seluruh kelas Whole-class project. Sedangkan menurut Slavin, terdapat lima metode utama dalam pembelajaran bertim Student Teams Learning. Tiga diantaranya, berlaku secara umum pada senua bidang studi, yaitu sebagai berikut: ”Student Teams-Achievement Division STAD, Teams-Games Tournaments TGT, and Jigsaw II’. Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku secara khusus, yaitu: ”Cooperative Integrated Reading and 21 http:www.damandiri.or.idfileyusufunsbab2.pdf 9 Januari 2009 Composition CIRC” untuk pengajaran membaca dan menulis pada tingkat 2-8, dan ”Team Accelerated Instruction TAI” untuk pengajaran matematika pada 3-6. Dari kelima metode pembelajaran kooperatif di atas penulis menggunakan metode ”Student Teams-Achievement Division STAD.” 23 Pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran IPA selain dapat mempermudah dalam proses pembelajarannya, tetapi juga dapat mengembangkan nilai sosialnya seperti interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa lainnya, komunikatif, serta bersifat multi arah. Sebaliknya, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang bersifat tradisional di kelas yang didominasi oleh metode ceramah dan ekspositorik, sehingga proses belajar lebih banyak didominasi oleh guru teacher centered. Menurut Johnson dan Johnson kelemahan pembelajaran konvensional jika dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : Tabel 2. 1 Perbandingan antara Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional Kelompok Pembelajaran Kooperatif Kelompok Pembelajaran Konvensional 1. saling tergantung secara posistif 2. pertanggungjawaban secara individual 3. heterogen 4. kepemimpinan bergantian 5. bertanggung jawab satu sama lain 6. pada tugas dan pemeliharaan 7. keterampilan sosial diajarkan secara langsung 8. guru mengamati dan campur tangan 9. memperhatikan keefektifan proses kelompok 1. tidak ada saling ketergantungan 2. tidak ada pertanggungjawaban individual 3. homogen 4. menunjuk seorang pemimpin 5. bertanggung jawab hanya untuk dirinya 6. hanya menekan pada tugas 7. keterampilan sosial diabaikan 8. guru mengabaikan fungsi kelompok 9. tidak memperhatikan kefektifan proses kelompok 22 Ina Karlina, S.Pd, Op Cit. 23 I Wayan Koyan, Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Penalaran Verbal terhadap Hasil Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, No. 1TH.XXXVI Januari 2003, h. 3 Menurut Lickona ada beberapa keuntungan dari penggunaan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut : 24 1. Mengajarkan nilai-nilai kerjasama 2. Membangun masyarakat di dalam kelas 3. Mengajarkan dasar keterampilan hidup 4. Meningkatkan prestasi akademik 5. Menawarkan suatu alternatif jalan keluar other alternative to tracking, dan 6. Memiliki potensi untuk memperlunak aspek negatif dari kompetisi. Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu : 25 a. Forming pembentukan yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. b. Functioning pengaturan yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. c. Formating perumusan yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. d. Fermenting penyerapan yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends 1997 adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2. 2. 26 24 I Wayan Koyan, Op Cit., h. 4 25 Ina Karlina, Op Cit. 26 http:www.damandiri.or.idfileyusufunsbab2.pdf 9 Januari 2009 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkahlaku Guru Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2: Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Arends, 1997 dalam Yusuf Menurut Slavin dalam Karuru pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep- konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Thompson berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. 27 Guru dalam memberikan pelajaran menggunakan metode dan pendekatan, untuk melayani, mendidik dan mengajar agar sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang pada teori belajar kognitif. Relevansi dari teori ini dalam pengajaran IPA dijabarkan melalui konstruktivis, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi dengan pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, berpikir kritis dan pada saat yang sama dapat meningkatkan prestasi akademiknya. 28 Jadi siswa harus aktif membangun pengetahuan mereka sendiri salah satunya dengan belajar kooperatif untuk mencapai tujuan IPA.

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan pendekatan ekspositori melalui metode demonstrasi : quasi eksperimen pada kelas x SMA Negeri 2 Ciputat Tangerang

0 3 163

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15