95
Tujuan ; a.
Membahas dan menetapkan jenis kegiatan yang akan didanai oleh PNPM MP berikut besar dananya
b. Menyusul jadwal pelaksanaan PNPM MP
c. Menyepakati sanksi-sanksi dan tata cara perguliran yang akan diterapkan selama
pelaksanaan PNPM MP di wilayah kecamatan tersebut serta memilih tiga orang wakil MAD sebagai pengawas kinerja UPK dalam mengelola dana PNPM MP
d. Membahas berbagai keluhan yang timbul selama proses di tahap sosialisasi dan
perencanaan.
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Julius Sembiring, ST. bahwa dalam pelaksanaan MAD penetapan usulan, masyarakat tetap diundang untuk mendengar dan mengetahui hasil
prioritas usulan yang telah ditetapkan oleh tim verifikasi dan disinilah, akan dibahas jadwal pelaksanaan kegiatan PNPM MP.
8. Musdes Informasi Hasil MAD
Musdes ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan yang diputuskan dalam MAD
penetapan usulan. Musdes ini dilaksanakan baik di desa yang mendapatkan dana maupun yang tidak.
Tujuan :
a. Mensosialisasikan kembali hasil penetapan alokasi dana PNPM MP yang diputuskan
dalam MAD penetapan usulan.
b. Bagi desa yang mendapat aloksi dana, tujuan lainnya adalah:
1. Menetapkan susunan lengkap TPK
2. Menyepakati benar insentif pekerja dan tata cara pembayaranya
3. Menyepakati jadwal pelaksanaan tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
4. Menyepakati sanksi-sanksi yang akan diberlakukan di dessa tersebut
5. Menjelaskan mekanisme pengadaan bahan dan alat
6. Menyepakati realisasi sumbangan atau kontribusi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
96
7. Pembentuk tim khusus yang akan memantau pelaksanaan PNPM MP.
www.ppk.or.id Petunjuk Tehnik Operasional PNPM MP.pdf diakses pada tanggal 25 Januari 2010.
Pelaksanaan musyawarah desa informasi hasil MAD di desa Sitio II dilaksanakan dengan baik, musyawarah yang dihadiri oleh 59 orang masyarakat desa, laki-laki berjumlah 37 orang
dan perempuan 22 orang. Daftar hadir Musyawarah Desa Informasi T.A. 2009, PNPM MP, Desa Sitio II.
Adapun ketentuan yang telah disepakati dalam musyarah ini adalah Berita Acara Musyawarah Desa Informasi, T.A. 2009. PNPM MP, Desa Sitio II:
1. Tersosialisasinya penetapan dana di desa Sitio II.
2. Disepakatinya pelaksanaan pekerjaan dan juga besar insentif pekerja, tata cara
pembayaran dengan system upah dorongan. 3.
Disepakati sanksi-sanksi di desa selama pelaksanaan. 4.
Ditempatkannya tim monitoring. 5.
Ditetapkan tiga orang TPK dan ketua bidang informasi, ketua penerimaan bahan dan ketua bidang tenaga kerja.
6. Ditetapkannya pengalokasian dana operasional TPK 3 .
Universitas Sumatera Utara
97
Gambar 3 Alur Tahapan PNPM MP
Sumber: http:ww.ppk.or.iddownloadsPTO Mandiri Perdesaan.pdf diakses pada tanggal 19052010.
Universitas Sumatera Utara
98
c. Masalah dalam Mengikutsertakan Partisipasi Masyarakat
Salah satu prinsip yang hakiki dari PNPM MP adalah partisipasi bahwa setaia masyarakat berperan aktif dalam setiap kegiatan PNPM MP. Tetapi dalam proses perencanaanya masih
sering ditemukan masalah yang mempengaruhi implementasi dari perencanaan tersebut. Masalah yang ditemukan oleh fasilitator dan pengurus PNPM MP di Desa Sitio II,
Kecamatan Lintong Nihuta yang menjadi hambatan dalam mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan PNPM MP adalah:
Pertama, latar belakang ekonomi Desa Sitio II menjadi salah satu penghambat dalam mengikutsertakan masyarakat dalam setiap musyawarah PNPM MP. Dari tabel 8 tentang
klasifikasi penduduk berdasarkan pekerjaan memperlihatkan bahwa mayoritas penduduknya adalah bertani. Setiap harinya masyarakat harus melakukan aktifitasnya diladang ataupun
bertani, sehingga saat musyawarah PNPM MP dilaksanakan banyak masyarakat yang tidak dapat hadir karena masyarakat lebih memprioritaskan kegiatanya untuk mencarai nafkah diladang.
Pernyatan ini dapat dipertegaskan melalui hasil kutipan wawancara dengan KPMD laki-laki yang mengatakan:
“yah,,,kadang susah mengajak masyarakat untuk ikut rapat karena tiap hari harus berladang apalagi kaum ibu-ibu…biasalah banyak yang harus di urus, masalah rumuh
tanggalah, mau ke ladang lagi.” wawancara, 7 April 2010.
Demikian halnya dengan pendapat Ibu Maslan Hutasoit, juga memperkuat pendapat
KPMD laki-laki yaitu Bapak Lambas yaitu: “saya jarang ikut rapat, sebenarnya bukan karena tidak mau tapi banyak urusanlah
mencari nafkah…ya harus pergi ke ladang tiap hari, tapi kalo pas tidak ke ladang saya ikut”
wawancara, 7 April 2010
Universitas Sumatera Utara
99
Hal serupa juga diutarakan oleh Bapak Hiras Silaban yang mengatakan: “Aku sebenarnya ingin ikut trus dalam setiap rapat karena kita sudah tahu bahwa PNPM
MP itu kan untuk dalam perencanaan itu dibutuhakan masyarakt, tapi karena rapat dilakukan kadang pas saya lagi maronan berjualan ya…jadinya tidak bisa ikut”.
wawancara, 18 April 2010
Kedua, yang masih tergolong hambatan tersulit adalah masih mengakarnya budaya patiarki, yaitu nilai-nilai yang hidup di masyarakat yang memposisikan laki-laki sebagai superior
dan perempuan sebagai subordinat, seperti pernyataan hasil wawancara dengan beberapa informan berikut berikut ini:
“inikan daerah Batak, kita tahu budaya Batak itu lebih memprioritaskan laki-laki dalam setiap kegiatan terutama dalam mengambil keputusan. Kebanyakan perempuan merasa
dirinya tidak layak untuk membuat keputusan karena ada anggapan bahwa laki-laki dianggap sebagai pemimpin”
wawancara dengan Bapak Pangihutan Sihombing,15 April 2010 “
ya.. kalo kita lihat di daerah kita ini, masih ada perasaan ibu-ibu yang tidak cocok atau tidak wajar kalo ibu-ibu itu selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di luar
kegiatan rumah tangga” wawancara dengan masyarakat ibu Lenny Silaban, 20 April 2010
“biarlah bapak-bapak yang ikut rapat, kami keladang sajalah..bapak-bapak yang lebih cocok memimpin dan mengambil keputusan”
wawancara dengan masyarakat ibu Dame Sihite, 22 April 2010
Hasil wawancara diatas dengan masyarakat di Desa Sitio II memperlihatkan bahwa masyarakat lebih memprioritaskan kaum laki-laki di banding perempuan, dimana adat Batak
yang sudah turun-temurun menganggap bahwa kaum laki-lakilah yang cocok jadi pemimpin di setiap kegiatan masyarakat, dan perempuan dijadikan sebagai pendamping
Apabila budaya seperti ini terus berkembang di kalangan masyarakat yang selalu memprioritaskan kaum laki-laki, maka kesempatan perempuan di ruang publik akan semakin
sempit dan tanpa disadari membuat peran perempuan hilang.
Universitas Sumatera Utara
100
Berdasarkan hasil wawancara di atas, tampak bahwa dalam mengikutsertakan partisipasi masyarakat Desa Sitio II masih menghadapi hambatan. Maka untuk itu harus dicari cara untuk
menghadapi hambatan tersebut. Dan begitu juga dalam partisipasi perempuan yang sering dikaitkan dengan budaya patriarki, untuk ini juga harus dicari cara untuk mencegah hal ini.
d. Usaha yang Dilakukan agar Tercipta Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Perencanaan