menjadi lebih mudah untuk dikontrol oleh guru. Penggunaan metode pembelajaran sangatlah dipengaruhi oleh keadaan peserta didiknya.
Pengajaran matematika tradisional di Indonesia pada umumnya memiliki beberapa ciri khas, seperti : materinya materi lama lamban berkembang, lebih
mengutamakan hafalan daripada kepada pemahaman, menekankan kepada bagaimana suatu dihitung daripada mengapa sesuatu dihitung demikian, lebih
mengutamakan melatih otak daripada kegunaannya, bahasaistilahsimbul yang dipergunakan tidak jelas ambiguous, urutan operasi harus diterima tanpa
alasan, soal-soal banyak yang menjelimet, dan lain-lain.
13
Dari ciri khas tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional belum melatih
kemampuan berpikir siswa. Contohnya dalam pembelajaran konvesional yang diutamakan hanyalah hafalan, tidak dilatih memahami agar siswa faham.
Dalam pembelajaran konvensional pula posisi guru adalah sebagai pusat pembelajaran. Padahal jika kemampuan berpikir ingin ditingkatkan siswa harus
menjadi pusat pembelajaran, karena siswa dapat mengeksplor apa yang ingin diketahuinya. Dalam pembelejaran konvensional siswa hanya diberikan rumus
tanpa mengetahui kenapa alasan rumus itu ada. Jika siswa yang menjadi pusat pembelajaran, siswa diberi kesempatan berpikir, bahkan menemukan rumus
sehingga pengetahuan yang diterima lebih lama melekat. Metode konvensional juga dikenal dengan nama metode ceramah Lecture.
Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta yang dijelaskan oleh guru di depan kelas dan pada akhir pembelajaran ditutup
dengan tanya jawab antara gur dengan siswa. Dalam bukunya, Yamin menyatakan bahwa ada 5 keterbatasan metode ceramah
14
, yaitu:
13
Ruseffendi,”pengajaran matematika modern dan masa kini”, Tarsito, bandung 1988, h. 70
14
Martinis yamin, strategi pembelajaran berbasis kompetensi.Jakarta:gaung persada press 2004, h. 65
a. Keberhasilan siswa tidak terukur, b. Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur,
c. Peranserta siswa dalam pembelajaran rendah, d. Materi kurang terfokus,
e. Pembicaraan sering melantur. Untuk itu penulis menyarankan agar pembelajaran di sekolah menggunakan
metode pembelajaran yang bervarisi agar meningkatkan kemempuan berpikir siswa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Tahun 2011, Zulkarnaini juga melaksanakan penelitian yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Penelitian tersebut dituangkan dalam
jurnal yang berjudul “Model Kooperatif Tipe Think Talk Write TTW Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis
”. Penelitian juga mengukur keterampilan berpikir kritis memberikan penjelasan
sederhana dan membangun keterampilan dasar. Kedua keterampilan tersebut selajan dengan penelitian yang akan dilakukan dan penelitian Zulkarnaini ini mengkasilkan
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write TTW lebih meningkat daripada kemampuan
berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Leo Adhar Effendi melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Hasil penelitiannya dituangkan dalam
jurnal yang berjudul “Pembelajaram Matematika Dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Representasi dan Pemecahan Masalah Matemetis Siswa SMP
”. Penelitian ini dilaksanakan dengan sampel sebanyak 71 siswa kelas VIII yang berasal dari dua kelas pada salah satu SMP Negeri di Bandung. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara keseluruhan peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Asrul karim pada tahun 2011 juga melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di sekolah dasar.
Hasil pene litiannya dituangkan dalam jurnal yang berjudul “penerapan metode
penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis sisiwa sekolah dasar
”. Penelitian ini melibatkan 104 siswa sekolah dasar yang berasal dari tiga level, yaitu rendah, sedang,
tinggi pada salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang. Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kritis yang meliputi mengidentifikasi konsep,
kemampuan generalisasi, menganalisis argoritma dan memecahkan masalah. Kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan peningkatan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Oleh karena itu, penulis menjadikan ke empat hasil penelitian itu sebagai salah satu referensi dalam menjalankan dan melaporkan hasil penelitian yang
mempergunakan metode pembelajaran yang sama.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa, karena dengan kemampuan berpikir kritis siswa dapat mencari penyelesaian masalah
secara aktif dan sistematis. Siswa dilatih untuk menyusun pengetahannya, mengaplikasikannya, menganalisi, merefleksi, dan mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dengan cara mengamati, pengalaman langsung, atau memberikan alasan dalam suatu mencari pemecahan masalah.