Penatalaksanaan pada anak autis

hampir semua gejala diatas ada, tapi pada kelompok yang termasuk ringan hanya terdapat sebagian saja dari gejala diatas.

2. Penatalaksanaan pada anak autis

Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama belajar melalui permainan, bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari ritualnya yang sering diulang ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk membantu mereka masuk kedunia luar. Temukan cara lain untuk mendorong perilaku baik dan untuk mengangkat harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan mainan kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual melalui gambar dan verbal melalui kata-kata. Masukan komunikasi argumentative dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan menggabungkan kata-kata dan foto-foto, lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya. Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara tetapi sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak mempelajari kata baru dalam permainan, sebaiknya orangtua tetap berbicara kepada anak autis sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, tangan, bahasa tubuh manusia maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktifitas favorit serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. 52 Penatalaksanaan Menyeluruh 1 Terapi Psikofarmaka. Kerusakan sel otak di sistem limbik, yaitu pusat emosi akan menimbulkan gangguan emosi dan perilaku temper tantrum, agresifitas, baik terhadap diri sendiri maupun pada orang-orang disekitarnya, serta hiperaktifitas dan stereotipik. Untuk mengendalikan gangguan emosi ini diperlukan obat yang mempengaruhi berfungsinya sel-sel otak. Obat-obat yang digunakan antara lain: a Haloperidol Suatu obat antipsikotik yang mempunyai efek meredam psikomotor, biasanya digunakan pada anak yang menampakkan perilaku temper tantrum yang tidak terkendali serta mempunyai efek lain yaitu meningkatkan proses belajar biasanya digunakan dalam dosis 0,20mg. 53 b Fenfluramin Suatu obat yang mengurangi kadar serotonin darah yang bermanfaat pada beberapa anak autisme. 54 52 Ibid 53 Campbell, M., shay dkk., 1983., Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text Book of Psychiatry., 2277-2293 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 54 Leventhal, dkk., 1993., Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara, Vol:222:347-54 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id c Naltrexone Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas. 55 d Clompramin Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik, konvulsi, perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis 3,75mg. 56 e Lithium Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif dan mencederai diri sendiri. 57 f Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas. 58 2 Terapi Perilaku Dalam tatalaksana gangguan autisme, terapi perilaku merupakan tatalaksana yang paling penting. Berbagai jenis perilaku telah dikembangkan untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat. Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja gurunya yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap 55 Lensing, dkk., 1995, Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara.,vol:222:347-54 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 56 Campbell, M., shay dkk., 1983. Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text Book of Psychiatry., 2277-2293 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 57 Lumbantobing, S.M., 2001, Anak Dengan Mental Terbelakang., Balai Penerbit Fakultas kedokteran Indonesia Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 58 Ibid anggota keluarga dirumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi penyandang autisme. Metode yang digunakan adalah metode Lovass. Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan berkembang lebih baik. Metode Lovass adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut dengan Applied Behavioral Analysis ABA. Metode Lovass yang dipelopori oleh B.F Skinner seorang behavioralist. Teknik Lovass yang berdasarkan ”Behaviour modification” atau ”Discrate Trial Learning” menggunakan urutan: A-B-C. 59 A atau Antendence pra kejadian adalah pemberian intruksi, misalnya: pertanyaan, perintah atau visual. Berikan waktu 3-5 detik untuk si anak memberi respons. Dalam memberikan intruksi perhatikan bahwa si anak ada dalam keadaan siap duduk, diam, tangan kebawah. Suara dan intruksi harus jelas, dan instruksi tidak diulang. Untuk permulaan gunakanlah SATU kata perintah. B atau Behaviour perilaku yaitu respons anak. Respons yang diharapkan haruslah jelas dan anak harus memberi respons dalam 3 detik. Mengapa demikian, karena ini normal dan dapat meningkatkan perhatian. C atau Consuquence konsekuensi atau akibat. Konsekuensi haruslah seketika, berupa reinforcer atau ”TIDAK”. Reinforcer adalah konsekuensi yang telah diberikan setelah perilaku. Reinforcer positif dapat berupa: pujian, pelukan, elusan, ataupun kelitikan 59 Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta, 22 November 1997 h.61 yang menyenangkan. Reinforcer dapat berbentuk apa saja asalkan itu adalah sesuatu yang disenangi oleh anak dan ia akan berperilaku lebih baik untuk mendapatkannya. Prompt adalah bantuan atau apa saja yang bersifat membantu agar si anak dapat menjawab dengan benar. Setelah si anak menjawab atau memberikan respons yang benar, dia lalu diberikan reinforcer. Prompt yang biasa diberikan: FISIK : Secara fisik si anak dibantu dengan respons yang benar MODEL : Si anak diberikan contoh agar ia dapat meniru dengan benar VERBAL : Mengucapkan kata yang benar untuk ditiru, atau menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh sang anak, untuk menanyakan misalnya ”apa lagi?” GESTURAL : Secara isyarat, dengan menunjuk, melirik, ataupun gerakan kepala. POSITIONAL : Dengan meletakan apa yang diminta lebih dekat dengan si anak dari pada benda-benda lainnya yang kita minta untuk membedakan. Contohnya: 1 Untuk respons yang BENAR; A-bila intruksi diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak menepuk tangannya; C-terapis berkata ”BAGUS” sebagai imbalan positif. 2 Untuk respons yang SALAH; A-bila intruksi diberikan yaitu ”tepuk tangan”, B-anak melambaikan tangannya; maka C-terapis berkata ”TIDAK”. 3 Tidak ada respons; A-bila intruksi diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak tidak mengerjakan apa-apa, maka C- terapis akan mengatakan ”LIHAT” atau ”DENGAR” promt atau bantuan. Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan kemampuan membantu sendiri. 60 Dasar pemikirannya, perilaku yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan system reward dan punishment. Pemberian reward akan meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment akan menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan. 61 Tujuan Lovass ABA Applied Behavioral Analysis Membuat kegiatan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Mengajarkan kepada anak agar mampu membedakan atau mendiskriminasikan stimulus-stimulus yang berbeda. Tanpa kemampuan ini, anak tidak sanggup merespon secara tepat. 3 Terapi Bicara Gangguan bicara dan berbahasa di derita oleh hampir semua anak autisme. Tatalaksana melatih bicara dan berbahasa harus dilakukan oleh ahlinya karena merupakan gangguan yang spesifik pada anak autisme. Anak dipaksa untuk berbicara sekata demi sekata, cara ucapan harus diperhatikan, kemudian diajarkan berdialog setelah mampu berbicara. Anak dipaksa untuk memandang terapis, seperti diketahui anak austistik tidak mau adu pandang dengan orang lain. Dengan adanya kontak mata diharapkan anak dapat meniru gerakan bibir terapis. 62 60 Ibid, 62-63 61 Nakita, 2002.Vol:30 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 62 Soemarno. 1992. Gangguan Autisme, Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id 4 Terapi Okupasional Melatih anak untuk menghilangkan gangguan perkembangan motorik halusnya dengan memperkuat otot-otot jari supaya anak dapat menulis atau melakukan keterampilan lainnya. 5 Fisio Terapi Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kesimbangan pada fisiknya misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dan lain-lain. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Biasanya terapi inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak. Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa berjalan dengan cara yang benar. 6 Pendidikan Khusus Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para penyandang autisme. Anak autis mudah sekali teralih perhatiannya, karena itu pada pendidikan khusus satu guru menghadapi satu anak dalam ruangan yang tidak luas dan tidak ada gambar-gambar didinding atau benda-benda yang tidak perlu, yang dapat mengalihkan perhatian anak. Setelah ada perkembangan mulai dilibatkan dalam lingkungan kelompok kecil, kemudian baru kelompok yang lebih besar. Bila telah mampu bergaul dan berkomunikasi mulai dimasukan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak normal. 63 63 Ibid Gaya belajar individu pada anak autis Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam upayanya mencerna informasi secara efektif. Bagaimana dengan individu autisme ada beberapa gaya belajar yang dominan pada diri mereka. 64 a Rote learner: Anak yang memakai gaya belajar ini, cenderung menghafalkan informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang mereka hafalkan itu. Contoh: anak dapat mengucapkan huruf dengan baik secara urut atau melengkapi urutan abjad yang tak lengkap, tetapi sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain akan menjadi kata yang mengandung makna. b Visual learner: Anak dengan gaya belajar visual senang melihat-lihat buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah mencerna informasi yang dapat mereka lihat, dari pada yang hanya dapat mereka dengar. Berhubung penglihatan adalah indera terkuat mereka, tidak heran banyak anak autis sangat menyukai TV VCD gambar. c Hands-on learner: Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencoba- coba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya. Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata buka tetapi sesudah anda letakkan tangannya di pegangan pintu dan membantu tangannya membuka sambil anda katakan buka. Anak-anak ini umumnya senang menekan- nekan tombol, membongkar mainan dan sebagainya. 65 64 Sussman 1999, “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari httpwww.google.co.id 65 Dyah Puspita “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari httpwww.google.co.id

BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI

A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania

Berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam beberapa tahun terakhir ini seperti autisme, sulit konsentrasi, hiperaktif, dan masih banyak lagi. Keadaan ini cukup memprihatinkan kita. Walaupun anak-anak yang berkebutuhan khusus ini bisa dikatakan mempunyai kemampuan yang terbatas, tetapi kita tidak boleh menyerah dengan kondisi seperti ini. Banyak yang dapat kita lakukan untuk melatih mereka, misalnya dengan melakukan terapi. Dengan adanya situasi dan kondisi seperti diatas, maka kami mendirikan suatu kelompok belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Maka Pada tahun 2000 lembaga ini didirikan oleh Bapak Dhani Widjanarko dan dikelola oleh Ibu Diah Tri Astuti dengan nama Yayasan Asa Daya Insania YADI. Pada awalnya lembaga ini diperuntukan anak yang membutuhkan terapi seperti Okupasi terapi, terapi Wicara, Sensori terapi Fisio terapi, terapi edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat di daerah bekasi umumnya dan dari orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus pada khususnya. Karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya anak-anak mereka di

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Antara Guru Dan Orang Tua Murid Di Sekolah Dasar Fajar Islami Tangerang

4 18 74

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL SEKOLAH DASAR IMBAS DESA TERTINGGAL (Studi Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Instruksional di Sekolah Dasar Kandangan 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang).

0 4 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL SEKOLAH DASAR IMBAS DESA TERTINGGAL (Studi Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Instruksional di Sekolah Dasar Kandangan 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang).

0 3 76

DESKRIPSI OBJEK DAN WILAYAH PENELITIAN STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL SEKOLAH DASAR IMBAS DESA TERTINGGAL (Studi Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Instruksional di Sekolah Dasar Kandangan 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang).

0 2 15

PENUTUP STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL SEKOLAH DASAR IMBAS DESA TERTINGGAL (Studi Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Instruksional di Sekolah Dasar Kandangan 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang).

0 2 9

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI.

0 0 57

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (Studi Kualitatif Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi).

0 2 46

Komunikasi Instruksional Guru dengan Anak Down Syndrome di Sekolah Inklusi.

0 0 2

LPSE Kota Bekasi RUP Jatiasih 2012

0 0 4