vii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 68 B. Saran-saran .................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..70 LAMPIRAN………………………………………………………………….72
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas manusia dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan, karena manusia makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya
dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan
manusia tidak akan berkembang dan tidak akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Dengan berkomunikasi manusia mencoba mengekspresikan
keinginannya dan dengan berkomunikasi itu pula manusia melaksanakan kewajibannya. Seperti dikutip oleh Toto Tasmara bahwa Wilbur Schramn
1980 memberikan predikat manusia sebagai the communication animal, artinya tanpa komunikasi manusia akan jauh derajatnya pada tingkat yang
rendah.
1
Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional instructional communication salah satu aspek fungsi
komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi.
Dalam penelitian ini, fungsi komunikasi dalam pendidikan adalah sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan
1
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, Cet ke-2, h.6
intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
2
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi antara guru sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan. Karena dalam bidang
pendidikan melibatkan komunikasi antara guru dan murid, maka satu sama lain dapat menyampaikan pesan, maksud dan tujuan menurut caranya
masing-masing. Pesan yang disampaikan tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu kepada para murid selaku komunikan. Pihak komunikator
atau guru dalam hal ini mengharapkan feedback dari komunikan atas ide-ide dan pesan-pesan yang disampaikan, sehingga dengan pesan di sampaikan
tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan. Seorang guru komunikator mengupayakan perubahan sikap peserta didik
selaku komunikan dalam pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai tertentu yang disampaikan melalui proses kegiatan belajar-mengajar
KBM.
3
Dalam dunia pendidikan yang memegang peranan komunikasi adalah gurupendidik. Pada kegiatan proses balajar mengajar guru
menginstruksikan pesannya melalui tindakan - tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara,
baik secara “verbal” dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan ataupun “non verbal” tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya gestura, sikap
tingkah laku, gambar-gambar dan bentuk-bentuk lainnya yang mengandung arti. Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak
2
H.A Widjaya, komunikasi dan hubungan masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 1997,h.11
3
Onong Uchjana Effendi, kepemimpinan dan komunikasi, Bandung: CV.Mandar Maju,1998,h.58
langsung. Bicara secara tatap muka, berbicara di depan kelas dalam proses belajar mengajar, berbicara melalui telepon, menulis surat kepada seseorang,
sekelompok orang atau organisasi, ini adalah contoh-contoh dari tindakan komunikasi langsung. Sementara yang termasuk tindakan komunikasi tidak
langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara perorangan tetapi melalui medium atau alat perantara tertentu. Misalnya penyampaian
informasi melalui surat kabar, majalah, radio, TV, film, pertunjukan kesenian dan lain-lain.
4
Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu, apalagi bila ia termasuk penyandang autisme. Setiap orangtua mendambakan agar anaknya
bisa mengikuti pendidikan jalur normal yang memberikan kesempatan bagi anak mengikuti semua kegiatan.
Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa, manusia di lahirkan dalam keadaan lemah fisik, maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang
demikian ia telah mempunyai kemampuan bawaan yang bersifat laten.
5
Sekolah Dasar Insania, sangat berperan bagi pembentukan dan perkembangan anak yang menderita autis. Lembaga ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dan
memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang secara optimal. Lembaga ini juga sekaligus merupakan salah satu wadah
yang signifikan dalam membentuk sarana keagamaan pada diri seorang
4
Sasa Djuarsa Sendjaja, at. Al, Pengantar Komunikasi , Jakarta: Universitas Indonesia, 1993, Cet ke-4, h.2
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1996,h.63.
anak autis. Penulis melihat, bahwa Sekolah Dasar Insania merupakan sarana pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam membina anak-
anak yang menyandang autis dan juga sekaligus berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya antara guru dan murid autis
dalam proses belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar diarahkan agar aktivitas berada pada pihak
anak didik. Hal ini menjadi keharusan karena anak didik merupakan orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar-mengajar, peranan
guru disini sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan murid dan memberikan motivasi untuk mencapai hasil yang optimal.
6
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengoperan atau pemindahan informasi dari komunikator kepada
komunikan untuk mencapai suatu tujuan yang digunakan oleh komunikator. Karena itu, penting bagi pendidik dan orangtua anak autis untuk bekerja
sama berusaha mencari penanganan terbaik bagi anak-anak ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, para orang dewasa di sekitar anak autis lah yang harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak autis. Berikan mereka kesempatan dan target yang realistis di tempat belajar umum, serta ajarkan
keterampilan-keterampilan baru melalui cara yang khusus sesuai kemampuan dan gaya belajar mereka.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, akhirnya penulis tertarik untuk membahas dan mendalami skripsi yang berjudul:
6
H. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997 cet ke.1,hal.119
“Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Memperhatikan luasnya masalah yang di uraikan, maka penulis membatasi pada masalah yaitu komunikasi Instruksional yang dipakai dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania.
2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan sebagai berikut:
a. Bagaimana komunikasi instruksional yang dipakai dalam proses belajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
b. Metode apakah yang digunakan dalam membina anak autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
c. Faktor apakah yang menunjang dan menghambat dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a. Bertujuan untuk mengetahui komunikasi instruksional yang di pakai dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi. b. Bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membina anak
autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi. c. Bertujuan untuk mengetahui factor yang menunjang dan menghambat
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
D. Manfaat penelitian ini yaitu:
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang besar dalam penerapan sistem komunikasi dalam proses belajar mengajar
yang meliputi: a.
Sebagai usaha untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai hal- hal yang berhubungan dengan peningkatan profesi sesuai dengan bidang
garapan penulis. b.
Sebagai pengalaman langsung bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah.
c. Hasil penelitan ini diharapkan akan mengembangkan ilmu, dan
metodologis dalam ilmu komunikasi.
E. Metodologi penelitan
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, adalah jenis penelitian yang di hasilkan dari suatu data-data yang di kumpulkan dan
berupa kata-kata, gambar, dan merupakan suatu penelitian alamiah. Badgan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati mengenai pelaksanaan
komunikasi instruksional guru dan murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
a. Waktu dan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis teliti yaitu Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-
Juli 2008.
b. Subyek dan Obyek penelitian
Adapun subyek dalam penelitian adalah murid-murid autis yang ada pada kelas individual dan kelas klassikal, sedangkan informan
penelitiannya yaitu guru-guru pada kelas klassikal dan individual serta orangtua murid autis. Kemudian yang di jadikan obyek penelitian adalah
komunikasi instruksional guru dan murid autis dalam proses belajar mengajar.
c. Teknik Pencatatan Data
Beberapa teknik pencatatan data yang penulis gunakan sebagai berikut: 1
Observasi: Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
7
Dalam hal ini penulis secara langsung mengamati komunikasi instruksional guru dan
murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi. Dengan menggunakan alat perekam gambar handy camera setelah itu ditulis
kedalam catatan lapangan dengan menggunakan bahasa yang apa adanya. Observasi ini dilakukan Sebanyak 2 kali dalam seminggu
selama 1 bulan penuh. 2
Wawancara: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
8
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara secara mendalam yang dilakukan
dengan berbagai informan yaitu guru, orangtua murid dan pihak terkait
7
Dedy Mulyanah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Rosdakarya, 2002 h.181
8
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2007 h.186
di antaranya dengan pihak yayasan kemudian penulis menuliskan hasil wawancara dengan bahasa yang apa adanya yang sesuai dengan hasil
wawancara. 3
Dokumentasi: Sumber datanya berupa catatan dokumen yang tersedia, bisa termasuk sumber data yang berupa catatan resmi atau juga termasuk
dokumen-dokumen ekspresif. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu
melalui observasi dan wawancara. e. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, dan di kelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk di analisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklarifikasikannya dengan kerangka teori yang ada dan akhirnya di simpulkan.
f. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini. Penulis berpedoman pada buku yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah skripsi, tesis dan disertasi 2008”.
9
F. Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan
Bab ini yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
9
Azyumardi Azra, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah “skripsi, tesis dan dsertasi” Jakarta, CeQDA Center for Quality Development ad Assurance, 2008.
Bab II Tinjaun Teoritis
Membahas tentang pengertian komunikasi Instruksional, pengertian belajar mengajar, tujuan belajar mengajar, pengertian
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tingkatan komunikasi, jenis- jenis komunikasi, hambatan-hambatan komunikasi, pengertian
autis, dan penatalaksanaan anak autis.
Bab III Gambaran Umum Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Membahas tentang Latar Belakang SD Insania, Tujuan SD Insania, Sasaran SD Insania, Visi dan Misi SD Insania, Sarana Prasarana
SD Insania, Struktur Organisasi SD Insania.
Bab IV Temuan dan Analisis Data
Membahas tentang analisa terhadap komunikasi instruksional yang dipakai dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar
Insania Jatiasih Bekasi, metode yang dipakai dalam membina anak autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi, faktor-faktor yang
menunjang dan menghambat dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran. Pada bagian akhir dari
penulisan skripsi, penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam peulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang
terkait.
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Instruksional 1. Pengertian Komunikasi Instruksional
Istilah Instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti pengajaran, pelajaran atau bahkan perintah atau instruksi. Webster’s Third
New International Dictionary of the English Language mencantumkan kata intruksional dari kata to instruct dengan arti “memberikan pengetahuan atau
informasi khusus dengan maksud melatih dalam berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau
spesialisasi tertentu”. Atau dapat berarti pula ”mendidik dalam subjek atau bidang pengetahuan tertentu”. Disini juga di cantumkan dengan makna lain
yang berkaitan dengan komando dan perintah.
10
Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak di artikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau
pelajaran. Bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran. Kalau pada istilah pengajaran, yang dominan adalah guru, pengajar, atau
dosen sebagaimana kata mengajar itu sendiri datangnya dari pengajar, maka pada pelajaran titik beratnya adalah pada materi atau pesan yang diajarkan
oleh pengajar tadi. Titik perhatiannya berbeda. Mengajar pada guru, belajar pada murid, dan pelajaran pada bahan yang digunakan oleh guru untuk
disampaikan kepada murid, dan murid melaksanakan ajaran atau bahan ajar
10
Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 cet 1,h.17
tadi, ini disebut belajar. Sedangkan bahan belajar dan sekaligus bahan pengajaran tadi disebut pelajaran atau bidang studi.
11
Di dalam dunia pendidikan sekarang, istilah pengajaran ataupun pelajaran mempunyai makna yang berbeda meskipun kedua istilah tersebut bisa berasal
dari kata yang sama: Instruction. Oleh karena itu, kata ini tidak di
alihbahasakan menjadi pengajaran atau pelajaran. Ia diterjemahkan dengan pembelajaran karena kata ini lebih dapat mewakili pengajaran, pelajaran, dan
belajar.
12
Uraian diatas menunjukan bahwa istilah intruksional, pembelajaran, yang pada prinsipnya merupakan proses belajar yang terjadi akibat tindakan
pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu fungsi yang memandang pihak belajar sebagai subjek yang sedang berproses menuju cita-citanya mencapai
sesuatu yang bermanfaat kelak. Dan itulah tujuan akhir proses belajar yang direncanakan pada sistem intruksional itu mengacu pada tujuan yang lebih
luas, bahkan tujuan yang menjadi panutannya, yaitu tujuan pendidikan.
2. Pengertian Belajar Mengajar
Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian belajar mengajar terlebih dahulu penulis akan menguraikan tentang pengetian belajar. Belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
13
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut baik perubahan
11
Ibid
12
Ibid
13
Arif S Sadirman dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke-6, h. 1-2
yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun menyangkut nilai dan sikap.
Gage 1984 mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga
Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.
14
Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan.
Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan tersebut, murid dikatakan telah mengalami belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya ia tidak dapat melaksanakannya.
15
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman
atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru memperbaiki meningkatkan perilaku yang
sudah ada. Belajar menghasilkan perubahan perilaku baik positif maupun negatif. Belajar disekolah diarahkan untuk memperoleh perlakuan yang
positif. Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya
tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.
14
Martinus Yamin, Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press,2004, Cet. Ke-2, h.99
15
Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 1999, Cet. Ke-4, h.60
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar termasuk cakupan tanggung jawab guru.
16
Setelah menguraikan definisi belajar penulis akan membahas pengertian mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mencapai
kondisi suatu sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik murid maka
mengajar sebagai kegiatan guru. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Menurut
pengertian ini berarti tujuan belajar dari murid itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian
semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.
Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang posisi kunci dalam proses belajar mengajar dikelas.
Kemudian pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya. Dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para murid. Kondisi ini diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik
jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu
adalah mnyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan
16
Abu Ahmadi at.Al, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, Cet. Ke-1, h.18
banyak melakukan kegiatan adalah muridnya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.
Yang belajar adalah murid itu sendiri dengan kegiatannya sendiri. Guru dalam hal ini membimbing. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi
yang kondusif itu sudah barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor atau komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar
mengajar, termasuk misalnya bagaimana dirinya sendiri, keadaan murid, alat- alat peraga atau media metode dan sumber-sumber belajar lainnya. Konsep
mengajar ini memberikan indikator bahwa pengajarannya lebih bersifat pupil centered, sehingga tercapailah suatu yang optimal, sangat bergantung oleh
kegiatan murid anak didik itu sendiri.
17
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah
sesuai tujuan pendidikan
3. Tujuan Belajar Mengajar
Tujuan dari proses belajar mengajar adalah sebagai pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap dan
perbuatan.
18
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajar. Tujuan pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki murid setelah ia
17
Sardiman A,M. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-10, h. 47-48
18
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995, Cet. Ke-1, h.30
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Tujuan dari belajar mengajar pada hakikatnya adalah hasil belajar yang
diharapkan.
19
B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi
Cherry dalam stuart, 1983 mendefinisikan komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi.
20
Akan tetapi pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang dikatakan minimal. Karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tapi juga
persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia human
communication bahwa: ”Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan 1 membangun hubungan antar sesama manusia 2 melalui pertukaran komunikasi 3 untuk menguatkan
19
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru Al
Gesindo, 2000 cet ke 5 h. 30.
20
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998 cet 1,h.18
sikap dan tingkah laku orang lain 4 serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.
21
Carl Hoveland 1953 menyatakan bahwa komunikasi adalah “proses bilamana seorang individu atau komunikator pengoperan stimulasi yang
biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku individu lainnya atau komunikan”.
22
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa dalam komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyampaikan
pesan berupa lambang-lambang kepada orang lain melalui saluran yang disebut channel atau media, selain itu pula dalam definisi Hoveland tampak
adanya penekanan bahwa komunikasi adalah bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi untuk mengubah pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.
Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, tepatlah apa yang dikemukakan oleh Harold Lasswell 1948 dalam karyanya, “The Structure
and Function of Communication in Society”, bahwa cara yang baik untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut “Who says what in which channel to
whom with what effect?”. Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut,
yakni: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.
21
Ibid, hal 18-19
22
H.A. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara, 1997,h.11
Jadi pada dasarnya Lasswell menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
23
Dari uraian beberapa tokoh di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengoperan atau pemindahan lambang-
lambang informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh komunikator. Dalam proses belajar mengajar
komunikasi lebih bersifat khusus, ini artinya komunikasi yang di terapkan dalam proses belajar mengajar lebih menekankan pada penerapan teori-teori
komunikasi yang dapat memudahkan seorang guru menyampaikan kurikulum kepada murid sehingga tercapai tujuan pendidikan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi adalah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu. Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup
dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut:
24
a. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, Radio,
televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya
23
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, cet ke-13, h.10.
24
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakrta: Bumi Aksara, 2002 h.11
komunikan menjadi komunikator.
25
Komunikator berfungsi sebagai encoder yaitu, sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian
menyampaikan kepada orang lain.
26
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seseorang komunikator adalah sebagai berikut:
27
1 Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya. 2 Keterampilan berkomunikasi
3 Mempunyai pengetahuan yang luas 4 Sikap
5 Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap penambahan pengetahuan bagi diri
komunikan.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau information.
28
Pesan dalam dunia pendidikan adalah muatan kurikulum yang disajikan oleh guru sebagai komunikator atau penyampai pesan kepada
siswa murid selaku komunikan atau yang menerima pesan.
25
Ibid. h, 12
26
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua anak dalam keluarga. Sebuah perspektif pendidikan Islam Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004 cet ke-1, h, 11-12
27
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 2002 h.12
28
H. Hafied Cangara,, Pegantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998 cet I h.23
c. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.
29
Media dalam dunia pendidikan dapat berupa papan tulis, benda, peta, atau yang lainnya yang sesuai dengan pesan atau kurikulum yang di
sampaikan.
d. Penerima Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam
konteks pengertiannya sendiri.
30
Komunikan mempunyai peranan sebagai penerima pesan atau sebagai pihak yang menjadi sasaran komunikasi
haruslah mengikuti dan menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga tercapai pada tujuan
komunikasi.
31
Komunikasi bisa seseorang murid atau sekelompok orang atau organisasi institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.
e. Pengaruh Efek
De Fleur, 1982 Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
29
H. Hafied Cangara Ibid, h.23-24
30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, cet ke-13 h.59
31
Sasa Djuarsa Sendjaja et.al. Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka 1993, Cet ke-4. h.30
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
32
Dalam proses belajar mengajar efek adalah hasil dari apa yang diajarkan oleh guru yang disampaikan kepada murid supaya murid tersebut
dapat mengerti dan memahami pelajaran. 3.
Tinkatan Komunikasi a.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain atau secara tatap muka
face to face. Misalnya: percakapan secara tatap muka diantara dua orang seperti guru dengan murid ketika sedang konsultasi, surat menyurat
pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasinya juga bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya
ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.
33
b. Komunikasi dan kelompok
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang terlibat masing-masing
berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang di komunikasikan juga menyangkut semua
32
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998 cet I, h.25
33
Sasa Djuarsa Sendjaja, et.al. Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka 1993, Cet ke-4. h.39
kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya: ngobrol-ngobrol dalam keluarga antar bapak, ibu, dan anak-anaknya,
diskusi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorang guru dengan murid-muridnya didalam kelas.
34
c. Komunikasi Massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang
hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau
daerah yang luas dan audiensi yang praktis tak terbatas, namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena
komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa. tetapi melalui opinion leader, ialah yang kemudian menerjemahkan apa yang
disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.
35
4. Jenis-jenis Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan. Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan
penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkanan kata-kata bahasa.
36
Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan
34
Sasa Djuarsa Sendjaja, Sendjaja, et.al. Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka 1993, Cet ke-4.h.39
35
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 h.37
36
Roudhonah. Ilmu Komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007, Cet ke 1 hal.93
dengan kata-kata, seperti: ceramah, bercerita, berdiskusi dan lain-lain. Bisa juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah,
koran, dan lain-lain. Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang terjadi
antara guru dan murid. Sebabnya ialah karena bahasa selain dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita,
juga dapat mewakili hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaan dan
maksud kita.
37
b. Komunikasi Non Verbal
Menurut penulis komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang menggunakan symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah
dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Pelaksanaan komunikasi dengan non verbal inipun tidak kalah pentingnya, namun
dalam kenyataannya, jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang yang ada, maka akan salah arti, dan akibatnya akan fatal. Dalam
prakteknya yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan
lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena jika tidak ada keterangan, mungkin akan salah arti.
38
Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
no verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal,
37
Ibid, h.93
38
Ibid, h.94
dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal
bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap secara sepontan.
39
Albert Mehrabian 1981 di dalam bukunya ”Silent Message: Implicit Communication Of Emmotion and Attitudes” menegaskan hasil
penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari fungsi-fungsi: 7 pernyataan verbal, 38 bentuk vokal, dan 55
ekspresi wajah. Dengan demikian kode-kode non verbal merupakan aspek sangat penting di dalam komunikasi manusia.
40
c. Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koersifdapat berbentuk perintah, instruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi.
41
d. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil feed back.
42
5. Hambatan-hambatan komunikasi
Menurut Hafied Cangara dalam karyanya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang
39
Agus M. hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. 2003. cet ke-1, hal.26
40
Ibid, h. 95
41
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 h.100
42
Ibid
membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator pada penerima.
43
Hambatan Komunikasinya sebagai berikut: a.
Hambatan Teknis Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang ditaransmisi melalui saluran mengalami kerusakan channel noise.
b. Hambatan Semantik
Hambatan semantik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
c. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga
penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
d. Hambatan Fisik
Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis. Misalnya jarak jauh sehigga sulit dicapai, tidak adanya sarana
kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya. e.
Hambatan Status Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial
diantara peserta komunikasi. misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan.
43
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998 cet I, h.153
f. Hambatan Kerangka berfikir
Hambatan kerangka berfikir ialah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang
digunakan dalam berkomunikasi. g.
Hambatan Budaya Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak- pihak yang terlibat dalam berkomunikasi.
44
C. Autis 1. Pengertian Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada yang ditandai dengan adanya gangguan dengan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
45
Budiman, 1997 mendefinisikan Autisme adalah salah satu defisit perkembangan pervasif pada awal kehidupan anak yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri pokok yaitu terganggunya perkembangan interaksi sosial, bahasa dan wicara, serta
munculnya perilaku yang bersifat repetitif, stereotipik dan obsesif. Lumbantobing 2001 mendefinisikan Autisme sebagai gangguan
perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan fungsi afek, komunikasi verbal bahasa dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup
interest minat, kognisi dan atensi. Anak dengan gangguan autis dikenal sebagai pribadi yang tak mampu berkomunikasi dengan orang terdekat
44
Ibid, h. 153-156
45
Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme, Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta 2005
sekalipun. Anak autis juga tak mampu mengekspresikan perasaan dan keinginannya, seringkali tertawa atau menangis sendiri.
Kata autisme sering juga disebut dengan kata autis kata autis disini pengertiannya sama saja degan kata autisme dan tak ada bedanya hanya
kebanyakan orang memendekan kata autisme menjadi autis. Autis berasal dari kata “auto” yang berarti berdiri sendiri. Kalau kita
perhatikan, maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme ini baru diperkenalkan
oleh Leo Kanner pada tahun 1943 saat Leo melihat seorang anak berperilaku aneh, acuh terhadap lingkungan, cenderung meyendiri dan seakan-akan hidup
dalam dunianya sendiri. Masalah pada penyandang autisme ini dapat dikelompokan dalam adanya masalah gangguan interaksi sosial, masalah
gangguan komunikasi bicara, masalah gangguan perilaku, dan masalah gangguan sensori penginderaan.
Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yang kerasukan setan maksudnya adalah anak autis terkadang
tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba menangis dan kadang marah tak terkendali. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan
emosinya. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia
punya ritual sendiri yang harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi tertentu.
46
46
Hendra Priyantono “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari Http:www.google.co.id
IQ-EQ 2001 mendefinisikan Autisme adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak
mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Beberapa hal yang menyebabkan anak menderita autisme disebabkan oleh adanya kelainan struktur otak atau fungsi otak. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Edelson tahun 1980 di Utah Amerika Serikat, mutasi gen adalah kemungkinan terbesar penyebab autisme. Kelainan otak itu terjadi
karena: a.
Faktor genetik, kelainan kromosom b.
Gangguan pertumbuhan sel otak c.
Komplikasi saat hamil dan persalinan pendarahan, gawat janin, dan lain- lain
d. Gangguan sistim kekebalan tubuh auto imun karena vaksinasi dan
infeksi virus e.
Keracunan timah hitam dan bahan kimia yang beracun f.
Setelah anak mengalami kejang g.
Defisiensi enzim pencernaan tubuh tidak dapat mendetoksifikasi zat toksik, fenol zat pewarna dan amin terdapat di apel, jeruk, para setamol,
coklat
47
Klasifikasi Autisme
Autisme diklasifikasikan menjadi 2 tipe berdasarkan waktu pertama kali gangguan autisme terjadi pada seorang anak, yaitu:
47
Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme, Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta 2005
a. Autisme Klasik Infantil Autisme
Gejala autisme klasik dapat diketahui sejak si anak baru lahir. Penyebabnya dikarenakan adanya gangguan pada saat kehamilan, seperti si
ibu terkena virus rubella, taksoplasma atau terpapar logam berat merkuri dan timbal. Hal tersebut berpengaruh mengacaukan pembentukan sel saraf di otak
janin yang menyebabkan anak lahir dengan gejala autisme.
48
Adapun penderita autisme klasik memiliki beberapa gejala yaitu:
49
1 Gangguan interaksisosial seperti:
a Menolak atau menghindari untuk bertatap muka
b Anak mengalami ketulian
c Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
d Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
e Bila mengiginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan
mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya f
Bila didekati untuk bermain justru menjauh g
Tidak berbagi kesenangan oleh orang lain kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,
kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun h
Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya di bandingkan terhadap orangtuanya
2 Hambatan dalam komunikasi verbal dan non verbal
a Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
48
Ibid
49
Dr. Suriviana. www.infoibu.com
Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari http:www.google.co.id
b Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat di mengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet.
c Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai. d
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi e
Meniru atau membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.
f Kadang bicara monoton seperti robot
50
g Mimik muka datar
h Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan
bereaksi dengan cepat.
3 Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
Pada anak autis terlihat adanya perilaku yang berlebihan excessive dan kekurangan deficient.
Contoh perilaku yang berlebihan adalah: a
Adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana sini tak terarah, melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau
meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu. Contoh perilaku yang kekurangan adalah:
b Duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara
monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, c
Duduk diam terpukau oleh sesuatu hal, misalnya bayangan, atau benda yang berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu, seperti
50
Ibid
sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering
terjadi.
4 Gangguan pada bidang perasaan dan emosi
a Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang
menangis akan di datangi dan dipukulnya. b
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
c Sering mengamuk tidak terkendali temper tantrum, terutama bila tidak
mendapatkan apa yang di inginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif.
5 Gangguan dalam persepsi sensoris
a Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.
b Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.
c Tidak menyukai rabaan dan pelukan bila digendong cenderung merosot
untuk melepaskan diri dari pelukan. d
Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.
b. Autisme Regresif
Autisme yang gejalanya muncul saat anak berusia 12-24 bulan, walaupun pada awalnya anak sempat berkembang normal.
51
Gejala-gejala yang digambarkan diatas tidak harus ada semua pada setiap anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang berat mungkin
51
Ibid
hampir semua gejala diatas ada, tapi pada kelompok yang termasuk ringan hanya terdapat sebagian saja dari gejala diatas.
2. Penatalaksanaan pada anak autis
Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama
belajar melalui permainan, bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari ritualnya yang sering diulang ulang, dan tuntunlah
mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk membantu mereka masuk kedunia luar.
Temukan cara lain untuk mendorong perilaku baik dan untuk mengangkat harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan mainan
kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual melalui gambar
dan verbal melalui kata-kata. Masukan komunikasi argumentative dalam kegiatan rutin sehari-hari
dengan menggabungkan kata-kata dan foto-foto, lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya.
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara tetapi sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak
mempelajari kata baru dalam permainan, sebaiknya orangtua tetap berbicara kepada anak autis sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan
mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, tangan, bahasa tubuh manusia maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktifitas
favorit serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari
sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia disekitarnya.
52
Penatalaksanaan Menyeluruh 1 Terapi Psikofarmaka.
Kerusakan sel otak di sistem limbik, yaitu pusat emosi akan menimbulkan gangguan emosi dan perilaku temper tantrum, agresifitas, baik terhadap diri
sendiri maupun pada orang-orang disekitarnya, serta hiperaktifitas dan stereotipik. Untuk mengendalikan gangguan emosi ini diperlukan obat yang
mempengaruhi berfungsinya sel-sel otak. Obat-obat yang digunakan antara lain:
a Haloperidol
Suatu obat antipsikotik yang mempunyai efek meredam psikomotor, biasanya digunakan pada anak yang menampakkan perilaku temper
tantrum yang tidak terkendali serta mempunyai efek lain yaitu meningkatkan proses belajar biasanya digunakan dalam dosis 0,20mg.
53
b Fenfluramin
Suatu obat yang mengurangi kadar serotonin darah yang bermanfaat pada beberapa anak autisme.
54
52
Ibid
53
Campbell, M., shay dkk., 1983., Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text Book of Psychiatry., 2277-2293 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
httpwww.google.co.id
54
Leventhal, dkk., 1993., Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara, Vol:222:347-54 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
httpwww.google.co.id
c Naltrexone
Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi
cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas.
55
d Clompramin
Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik, konvulsi, perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis 3,75mg.
56
e Lithium
Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif dan mencederai diri sendiri.
57
f Ritalin
Untuk menekan hiperaktifitas.
58
2 Terapi Perilaku
Dalam tatalaksana gangguan autisme, terapi perilaku merupakan tatalaksana yang paling penting. Berbagai jenis perilaku telah dikembangkan
untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja gurunya
yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap
55
Lensing, dkk., 1995, Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara.,vol:222:347-54 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
httpwww.google.co.id
56
Campbell, M., shay dkk., 1983. Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text Book of Psychiatry., 2277-2293 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
httpwww.google.co.id
57
Lumbantobing, S.M., 2001, Anak Dengan Mental Terbelakang., Balai Penerbit Fakultas kedokteran Indonesia Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id
58
Ibid
anggota keluarga dirumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi penyandang autisme. Metode yang digunakan adalah metode
Lovass. Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi
dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan berkembang lebih baik.
Metode Lovass adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut dengan Applied Behavioral Analysis ABA. Metode Lovass yang dipelopori
oleh B.F Skinner seorang behavioralist. Teknik Lovass yang berdasarkan
”Behaviour modification” atau ”Discrate Trial Learning” menggunakan urutan: A-B-C.
59
A
atau Antendence pra kejadian adalah pemberian intruksi, misalnya: pertanyaan, perintah atau visual. Berikan waktu 3-5 detik untuk si anak
memberi respons. Dalam memberikan intruksi perhatikan bahwa si anak ada dalam keadaan siap duduk, diam, tangan kebawah. Suara dan intruksi harus
jelas, dan instruksi tidak diulang. Untuk permulaan gunakanlah SATU kata
perintah. B atau Behaviour perilaku yaitu respons anak. Respons yang
diharapkan haruslah jelas dan anak harus memberi respons dalam 3 detik.
Mengapa demikian, karena ini normal dan dapat meningkatkan perhatian. C
atau Consuquence konsekuensi atau akibat. Konsekuensi haruslah seketika, berupa reinforcer atau ”TIDAK”.
Reinforcer adalah konsekuensi yang telah diberikan setelah perilaku. Reinforcer positif dapat berupa: pujian, pelukan, elusan, ataupun kelitikan
59
Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta, 22 November 1997 h.61
yang menyenangkan. Reinforcer dapat berbentuk apa saja asalkan itu adalah sesuatu yang disenangi oleh anak dan ia akan berperilaku lebih baik untuk
mendapatkannya. Prompt adalah bantuan atau apa saja yang bersifat membantu agar si anak
dapat menjawab dengan benar. Setelah si anak menjawab atau memberikan respons yang benar, dia lalu diberikan reinforcer. Prompt yang biasa
diberikan:
FISIK :
Secara fisik si anak dibantu dengan respons yang benar
MODEL : Si anak diberikan contoh agar ia dapat meniru dengan
benar
VERBAL : Mengucapkan kata yang benar untuk ditiru, atau
menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh sang anak, untuk menanyakan misalnya ”apa lagi?”
GESTURAL : Secara isyarat, dengan menunjuk, melirik, ataupun
gerakan kepala.
POSITIONAL : Dengan meletakan apa yang diminta lebih dekat dengan si
anak dari pada benda-benda lainnya yang kita minta untuk membedakan.
Contohnya: 1 Untuk respons yang BENAR; A-bila intruksi diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak menepuk tangannya; C-terapis berkata
”BAGUS” sebagai imbalan positif. 2 Untuk respons yang SALAH; A-bila intruksi diberikan yaitu ”tepuk tangan”, B-anak melambaikan tangannya;
maka C-terapis berkata ”TIDAK”. 3 Tidak ada respons; A-bila intruksi diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak tidak mengerjakan apa-apa, maka C-
terapis akan mengatakan ”LIHAT” atau ”DENGAR” promt atau bantuan. Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan
kemampuan membantu sendiri.
60
Dasar pemikirannya, perilaku yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan
system reward dan punishment. Pemberian reward akan meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment akan
menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
61
Tujuan Lovass ABA Applied Behavioral Analysis
Membuat kegiatan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Mengajarkan kepada anak agar mampu membedakan atau
mendiskriminasikan stimulus-stimulus yang berbeda. Tanpa kemampuan ini, anak tidak sanggup merespon secara tepat.
3 Terapi Bicara
Gangguan bicara dan berbahasa di derita oleh hampir semua anak autisme. Tatalaksana melatih bicara dan berbahasa harus dilakukan oleh ahlinya karena
merupakan gangguan yang spesifik pada anak autisme. Anak dipaksa untuk berbicara sekata demi sekata, cara ucapan harus diperhatikan, kemudian
diajarkan berdialog setelah mampu berbicara. Anak dipaksa untuk memandang terapis, seperti diketahui anak austistik tidak mau adu pandang
dengan orang lain. Dengan adanya kontak mata diharapkan anak dapat meniru gerakan bibir terapis.
62
60
Ibid, 62-63
61
Nakita, 2002.Vol:30 Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id
62
Soemarno. 1992. Gangguan Autisme, Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari httpwww.google.co.id
4 Terapi Okupasional
Melatih anak untuk menghilangkan gangguan perkembangan motorik halusnya dengan memperkuat otot-otot jari supaya anak dapat menulis atau
melakukan keterampilan lainnya.
5 Fisio Terapi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kesimbangan pada fisiknya misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
halus dan lain-lain. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Biasanya terapi
inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak. Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa
berjalan dengan cara yang benar. 6
Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para penyandang autisme. Anak autis mudah sekali teralih perhatiannya, karena itu
pada pendidikan khusus satu guru menghadapi satu anak dalam ruangan yang tidak luas dan tidak ada gambar-gambar didinding atau benda-benda yang
tidak perlu, yang dapat mengalihkan perhatian anak. Setelah ada perkembangan mulai dilibatkan dalam lingkungan kelompok kecil, kemudian
baru kelompok yang lebih besar. Bila telah mampu bergaul dan berkomunikasi mulai dimasukan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak normal.
63
63
Ibid
Gaya belajar individu pada anak autis
Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam upayanya mencerna informasi secara efektif. Bagaimana dengan individu autisme ada beberapa
gaya belajar yang dominan pada diri mereka.
64
a Rote learner: Anak yang memakai gaya belajar ini, cenderung
menghafalkan informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang mereka hafalkan itu. Contoh: anak dapat mengucapkan huruf dengan baik
secara urut atau melengkapi urutan abjad yang tak lengkap, tetapi sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain
akan menjadi kata yang mengandung makna.
b Visual learner: Anak dengan gaya belajar visual senang melihat-lihat
buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah mencerna informasi yang dapat mereka lihat, dari pada yang hanya dapat
mereka dengar. Berhubung penglihatan adalah indera terkuat mereka, tidak heran banyak anak autis sangat menyukai TV VCD gambar.
c Hands-on learner: Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencoba-
coba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya. Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata buka tetapi sesudah anda
letakkan tangannya di pegangan pintu dan membantu tangannya membuka sambil anda katakan buka. Anak-anak ini umumnya senang menekan-
nekan tombol, membongkar mainan dan sebagainya.
65
64
Sussman 1999, “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari httpwww.google.co.id
65
Dyah Puspita “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari httpwww.google.co.id
BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI
A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania
Berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam beberapa tahun terakhir ini seperti autisme, sulit konsentrasi, hiperaktif,
dan masih banyak lagi. Keadaan ini cukup memprihatinkan kita. Walaupun anak-anak yang berkebutuhan khusus ini bisa dikatakan mempunyai
kemampuan yang terbatas, tetapi kita tidak boleh menyerah dengan kondisi seperti ini. Banyak yang dapat kita lakukan untuk melatih mereka, misalnya
dengan melakukan terapi. Dengan adanya situasi dan kondisi seperti diatas, maka kami mendirikan
suatu kelompok belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Maka Pada tahun 2000 lembaga ini didirikan oleh Bapak Dhani Widjanarko dan dikelola
oleh Ibu Diah Tri Astuti dengan nama Yayasan Asa Daya Insania YADI. Pada awalnya lembaga ini diperuntukan anak yang membutuhkan terapi
seperti Okupasi terapi, terapi Wicara, Sensori terapi Fisio terapi, terapi edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak
berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat di daerah bekasi umumnya dan dari orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
pada khususnya. Karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orangtua yang mempunyai
anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya anak-anak mereka di
sekolah umum, maka pada tahun 2005 lembaga Yayasan Asa Daya Insania mendirikan pendidikan luar sekolah yang setara SD Insania.
SD Insania ini adalah sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus dengan jumlah murid + 10 orang dan ditangani oleh 2 guru dari IKIP PLB, 1
guru musik, 1 guru lukis. Semua guru-guru tersebut sudah berpengalaman menangani anak-anak yang berkebutuhan khusus.
47
SD Insania berdiri berdasarkan naungan Yayasan Asa Daya Insania dengan berdasarkan akte notaris IRENE KUSUMAWARDHANI
SH.NO.232Y2002PN.BKS. Pada awalnya lembaga ini berdomisili di Jl. Sadewa no.27 KOMP.PEMDA
Jatiasih, dikarenakan tempat bermain kurang memadai, maka kegiatan belajar mengajar pindah ke Jl. Nakula II Blok B no.13 KOMP.PEMDA Jatiasih Tlp.
021-82413578, 021-82413579. Lembaga ini dipercayakan pengelolahnya kepada Ibu Diah Tri Astuti
dibantu dengan 8 orang tenaga pengajar khusus yang sesuai dengan disiplin ilmunya dan 1 orang tenaga administrasi.
48
B. Tujuan Sekolah Dasar Insania
1. Mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus,
sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. 2.
Menumbuhkan kemandirian anak. 3.
Memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang secara optimal.
4. Menyediakan faslitas belajar bagi anak berkebutuhan khusus.
49
47
Dokumentasi SD Insania
48
Ibid
C. Sasaran SD Insania
Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti: Autis, ADHD, ADD, CP, MR, LD, dan anak-anak yang bermasalah dalam perkembangan
perilaku, sosial, emosi lainnya.
D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Insania
Visi:
Sekolah SD Insania berupaya mengembangkan dan memotivasi kemampuan siswa, serta menyediakan sarana pendidikansesuai dengan
kemampuanya secara optimal untuk menjadikan siswa lebih mandiri, mampu bersosialisasi dan diterima seutuhnya oleh masyarakat.
Misi:
Menciptakan siswa lebih kreatif dengan memodisivikasikan kurikulum dan perilaku dalam pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuha siswa
yang mengarah pada Multiple Intelegence Kecerdasan Majemuk sesuai dengan potensi dan kemampuan dan dimiliki siswa.
50
E. Sarana Prasarana
Sarana prasarana adalah fasilitas yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar murid-murid autis. Adapun sarana prasarana yang
ada di sekolah dasar insania jatas bekasi adalah sebagai berikut:
51
1. Ruang belajar besar, ruang belajar kecil, ruang kantor, perpustakaan anak
dan kamar mandi. 2.
Alat bermain luar ayunan, pajatan, papan luncur dan lain-lain.
49
ibid
50
ibid
51
ibid
3. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,
lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut. 4.
Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru, lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.
5. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,
lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut. 6.
Di ruangan loby terdapat: rak sepatu, tempat sampah, guci mineral dan alat bermai dalam ruangan.
F. Program Kegiatan Belajar Mengajar SD Insania Jatiasih Bekasi
Materi 1.
Bahasa Indonesia a.
Pengenalan huruf abjad
1 Menyebutkan huruf abjad A-Z
2 Pengenalan bunyi huruf awal pada kata
3 Penegenalan bunyi huruf akhir pada kata
4 Menghubungkan huruf sesuai dengan urutan abjad sehingga
membentuk gambar 5
Menulis huruf berikutnya
b. Membaca
1 Membaca suku kata
2 Membaca kata
3 Membaca kalimat
4 Membaca wacana dengan urutan tanda baca
5 Membaca wacana dengan gambar
c. Menulis
1 Menebalkan huruf dengan cara yang benar
2 Menulis kata sesuai dengan gambar
3 Menulis kalimat dengan jarak pada tiap katanya
4 Menulis dengan rata
5 Menulis berdasarkan gambar mengarang
6 Dikte
d. Berbicara
1 Bicara lancar dengan kalimat sederhana
2 Menirukan kembali 2 sd 4 urutan kata
3 Menceritakan suatu cerita melalui gambar
4 Menceritakan isi wacana yang telah dibacakan
5 Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman,
yang mempunyai warna, bentuk atau menurut ciri-ciri sifat tertentu 6
Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana 7
Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari satu benda
e. Struktur
1 Memperkenalkan diri
2 Mengenal anggota keluarga dan panggilannya
3 Mengenal kata-kata yang menunjukan posisi: didalam, diluar, diatas,
dibawah, dkiri, dikanan dan sebagainya. 4
Melengkapi kalimat sederhana yang suadah dimulai oleh guru 5
Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek yang sudah diceritakan
6 Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana,
berapa bagaimana dan sebagainya 7
Menyanyikan berapa lagu anak 8
Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan, misalnya: ma-malam, makan, marah,
dsb.
2. Matematika
a. Bilangan cacah
1 Menyebutkan urutan bilangan dari1-100
2 Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda
3 Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan 1-10
anak tidak disuruh menulis 4
Mengenal lambang bilangan angka 1-10
b. Bentuk bangun datar ruang
1 Menciptakan berbagai bentuk dengan menggunakan berbaga benda
sesuai dengan konsep bilangan yang sudah diketahu anak, missal: mengelompokan menurut warna, bentuk ukuran
2 Menyusun kembali keeping puzzle sehingga menjadi bentuk utuh
3 Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai
tiga pola yang berurutan, misal merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah…,….
4 Meniru pola dengan menggunakan kubus
5 Menyebut nama, menunjukan dan mengelompokan lingkaran, segitiga
dan segi empat
6 Mengurutkan 5-10 benda berdasarkan urutan tinggi, besar, berat atau
tebal
c. Waktu
1 Menyebut nama-nama hari
2 Menyebut nama-nama bulan
3 Menggunakan konsep waktu hari ini, kemarin, besok pagi, sekarang,
nanti, pagi, siang, sore, malam, dsb 4
Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam 5
Daya pikir 6
Mengenal konsep sama dan tidak sama, lebih dan kurang banyak dan sedikit
7 Mengenal penambahan dan pengurangan 1-10 dengan menggunakan
benda-benda 8
Membedakan bermacam-macam rasa bau atau suara
3. Pengetahuan Umum
a. Mengenal warna
b. Mengenal gender laki-laki atau perempuan
c. Mengenal rasa asin, manis, pahit, dingin, panas
4. Kemampuan Dasar Motorik Halus
a. Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung
berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap b.
Mencontoh bentuk silang x dan +, lingkaran, bujur sangkar, segitiga secara bertahap
c. Mencontoh angka1-10, 1-100
d. Meronce dengan pola yang dibuat oleh guru
e. Menciptakan sesuatu dengan menggunting dan merobek bebas
f. Menggambar bebas dengan menggunakan pensil warna, krayon, dsb
g. Bertepuk tangan dengan bermacam pola
h. Membentuk dengan platisin
i. Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu dan papan
berpola j.
Menggunting kertas mengikuti garis lurus, lengkung, gelombang, dan zig-zag
k. Menggunting bentuk lingkaran, segitiga dan segi empat
l. Melipat kertas
m. Menganyam
n. Menciptakan kreasi dengan stempel
o. Menjiplak dengan bentuk yang sudah tersedia
5. Kemampuan Sensori Integrasi
a. Visual
1 Mengetahui perbedaan bentuk dari setiap benda
2 Mengingat apa yang dilihat
3 Mengisi kekurangan gambar
4 Mengingat karekteristik dan gambar
5 Kordinasi mata dan tangan
6 Mengatur kerapihan meja
b. Auditory
1 Mendengar dan menyebutkan kata yang didengar
2 Mendengar dan melakukan perintah
3 Membedakan bunyi
4 Mengenali musik dan bisa mengikuti dengan gerakan tubuh
c. Sequensial urut-urutan
1 Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu singkat
2 Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu lampau
3 Mengerjakan segala sesuatu yang menggunakan kordinasi
4 Mengorganisasikan dirinya dan membereskan keperluannya
5 Memperhatikan lingkungan secara detail
d. Atensi kosentrasi
1 Mengingat segala sesuatu dengan baik
2 Berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu
3 Memfokuskan perhatiannya untuk segala macam hal peristiwa
4 Mengatur waktu pada saat mengerjakan tugas
5 Memfokuskan perhatiannya dalam waktu yang lama pada saat
membaca
6. Kemampuan Motorik Kasar
a. Vestibular
1 Reaksi protektif
2 Keseimbangan statis
3 Keseimbangan dinamis
4 Pola jalan
b. Preprioceptik
1 Kordinasi dan kontrol gerak
1 Posture 2
Koordinasi bilateral 1 Melakukan gerakan sesuai dengan intruksi dengan benar
c. Sosialisasi dan Emosi
1 Komunikasi dan berinteraksi dengan teman
2 Empati dan toleransi terhadap teman
3 Mampu menunggu giliran sabar
4 Hiperaktif hipoaktif
5 Memahami situasi dan lingkungan sekitar
6 Mengikuti aturan-aturan yang berlaku
7 Berbicara tanpa mengerti konteks
8 Menunjukan perilaku merusak
9 Cepat bosan
10 Marah bila ditegur dan dinasehati
7. Perilaku belajar
a. Mandiri dalam menyelesaikan tugas
b. Mampu bekerjasama
c. Mampu menjawab pertanyaan
d. Mampu mencerna setiap intruksi dari guru
e. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
f. Sering mengajukan pertanyaan
g. Diam dan fokus selama jam pelajaran
h. Menyimak memperhatikan penjelasan guru
i. Mudah letih
j. Mudah beralih perhatian
k. Lambat dalam bekerja namun selesai
l. Lambat dalam bekerja namun tidak selesai
m. Menghindar dari tugas pekerjaan menulis
n. Berbicara tanpa mengerti konteks
o. Meninggalkan kelas tanpa permisi
p. Menunjukan perilaku merusak
q. Hanya menyenangi satu mata pelajaran tertentu
r. Cepat bosan
s. Sering marah-marah emosi
t. memahami aturan permainan
G. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
TERAPI WICARA Diah
SEKRETARIS Sri Indah
BADAN PENGURUS Diah Tri Astuti
BENDAHARA Pramesti
GURU Olyah
BADAN PENASEHAT Dhani Wijanarko
KELAS INDIVIDUAL
FISIO TERAPI Anti
GURU MUSIK Adi
GURU Nia Suniarti
KELAS KLASSIKAL
GURU LUKIS Asih
OCUPASI TERAPI Indah
51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Sekolah Dasar Insania merupakan salah satu sekolah yang terletak di daerah Bekasi yang menangani anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yaitu anak
autis. Di sekolah ini terdapat dua kelas yaitu kelas klassikal yang di namakan kelas akademik dan individual yaitu kelas terapi. Sekolah ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat., dan juga menumbuhkan
kemandirian anak autis serta memodisivikasi perilaku anak autis menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang secara optimal.
Untuk menyampaikan materi-materi belajar pada kelas klassikal, kelas individual serta kegiatan lainnya ini tentu diperlukan komunikasi yang baik, untuk
menyampaikan pesan, dan instruksi yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, agar tujuan dari Sekolah Dasar Insania tercapai.
Kaitannya dalam pendidikan, pada dasarnya di dalam pendidikan terjadi kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid. Dalam
kegiatan proses belajar mengajar terdapat suatu proses komunikasi, bisa komunikasi verbal dengan kata-kata, non verbal berupa lambang-lambang, atau
gerakan tubuh komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Jadi komunikasi mempunyai peranan penting dalam pendidikan, yaitu sebagai proses
yang di lakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik, dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta
didik.
A. Komunikasi Instruksional yang dipakai dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat ditemukan data bahwa dalam pelaksanaan kegitan proses belajar mengajar, yang dilakukan oleh guru ketika
mengajar murid autis di Sekolah Dasar Insania menggunakan tipe komunikasi instruksional sebagai berikut:
1. Komunikasi Instruksional secara non verbal
Komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang menggunakan symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah dan isyarat yang
tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Adapun pengertian Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non
verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak di pakai dari pada komunikasi verbal, dengan kata-kata.
Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap secara sepontan.
Karena anak autis termasuk anak yang sulit untuk menerima pesan dan memahami pesan yang telah disampaikan oleh gurunya maka dari itu guru di
Sekolah Dasar Insania lebih sering menggunakan komunikasi non verbal untuk dapat mengarahkan perilaku anak autis serta kegiatan yang menyangkut
proses belajar seperti menyampaikan materi pelajaran, bermain, bernyanyi dan lain sebagainya.
Seperti hasil wawancara penulis pada kelas klassikal tentang komunikasi non verbal yang di gunakan guru terhadap informan II, Dalam pelajaran
mengenal benda ketika guru memperkenalkan sebuah benda maka harus disertai dengan simbolnya seperti “ini bola” harus dengan membawakan benda
bolanya. Karena anak autis bukan anak-anak normal yang langsung paham tanpa diberikan suatu symbol atau isyarat lainnya.
66
Penulis melihat di dalam proses belajar mengajar komunikasi non verbal selalu di gabungkan dengan komunikasi verbal tanpa komunikasi non verbal
anak autis kurang paham akan sebuah materi yang di sampaikan. Kedua bentuk komunikasi tersebut juga di gunakan dalam proses belajar
mengajar Sekolah Dasar Insania, hal ini penulis lihat pada saat: a.
Guru sedang mengajarkan anak membaca. Ketika anak tidak memperhatikan bacaan, guru memegang kepala anak untuk melihat bacaan
yang sedang dibaca. Dan ketika anak sedang menulis pada saat itu anak tidak konsentrasi maka guru memegang tangan anak untuk membantunya,
hal ini dilakukan hanya untuk mengontrol tangan anak ketika sedang menulis
b. Guru bercerita tentang binatang. Agar cerita lebih menarik dan anakpun
dapat memahami isi cerita sehingga anakpun senang, maka guru menggunakan ekspresi wajah, sikap tubuh dan kontak mata sehingga
perhatian murid dapat terfokus kepada apa yang sudah disampaikan dan mereka dapat menerima pesan atau materi tersebut tanpa paksaan. Hal ini
sesuai degan hasil wawancara dengan Ibu Nia
66
Wawancara pribadi dengan Ibu Olyah
“Bahwa dalam bercerita kita harus kreatif untuk menyampaikannya dengan lebih atraktif murid dapat memahami isi cerita, supaya atensi,
konsentrasi dan komunikasi bisa menyatu karena masalah pada anak autis adalah atensi, konsentrasi dan komunikasinya maka dengan cara yang atraktif
kita dapat bercerita. Supaya anak-anak tersebut dapat merasakan cerita apa yang sudah diceritakan oleh gurunya.
67
” c.
Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil menggerakan tubuh untuk menghidupkan suasana dan itu membuat anak
tidak merasa jenuh dan bosan dalam belajar. d.
Guru mendisiplin anak, seperti anak menganggu dan berisik di kelas guru cukup memegang tangan anak sambil berbicara dengan tegas kepada anak.
Kemudian jika anak tidak mau duduk dan berlari-lari, guru mengangkat tangan sambil berbicara dengan tegas atau jika anak tidak menghiraukan
gurunya maka guru menghampiri anak dan menuntunnya untuk duduk kembali.
Di dalam pemakaian komunikasi non verbal guru mempuyai cara tersendiri untuk menggunakannya karena yang di hadapi oleh guru adalah
anak autis, anak yang hanya dapat meniru gerakan akan tetapi tidak paham makna gerakan yang di sampaikan seperti, ketika guru memberikan tos tangan
kepada anak guru mengatakan “tos tangan kiri dan tangan kanan” jika guru menyuruh tangan kanan maka guru mengangkat tangan kiri dan anak akan
mengangkat tangan kanan sesuai yang di lihatnya berarti pesan yang di sampaikan benar akan tetapi jika guru menyuruh anak mengangkat tangan kiri
dan guru mengangkat tangan kiri maka anak akan mengangkat tangan kanan maka pesan yang di sampaikan salah, hal ini dilakukan pada saat guru
berhadap-hadapan dengan anak kegiatan ini sering terjadi di kelas individual.
67
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nia
Dengan komunikasi non verbal dan verbal, anak menjadi lebih paham dan mudah mengerti, penyampaian materi secara non verbal dan verbal,
komunikasi ini tampak lebih efektif untuk anak-anak autis. Akan tetapi untuk mengarahkan perilaku anak autis penulis melihat seringnya guru
menggunakan instruksi secara non verbal.
2. Komunikasi Instruksional secara verbal
Komunikasi Verbal yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan atau bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan
dan tulisan yang secara umum digunakan oleh banyak orang, hal ini karena komunikasi verbal juga di gunakan oleh guru di Sekolah Dasar Insania dalam
menyampaikan materi. Maka dengan menggunakan komunikasi secara verbal dalam proses belajar mengajar guru-guru dapat memberikan pemahaman
materi kepada murid autis melalui program belajar yang ditetapkan, seperti pelajaran pokoknya yaitu, bahasa Indonesia membaca, bercerita dan menulis,
matematika berhitung dan mengenal angka, dan megenal benda-benda yang ada disekitarnya.
Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan guru terhadap informan I, yaitu ketika pelajaran bahasa Indonesia
pada materi “membaca” dengan cara, ketika si anak salah dalam membaca maka guru akan mengulangi bacaan dengan cara mengeja kata-kata.
68
Kelebihan dari komunikasi melalui lisan ini, murid lebih mudah mengetahui atau mengerti pesan yang di sampaikan. Kelemahannya apabila
68
Ibid
materi yang disampaikan melalui lisan ini tidak dikaji kembali secara berulang-ulang maka murid akan lupa pada materi yang sudah disampaikan.
Kegiatan lainnya yang penulis sering temui, misalnya ketika guru sedang berinteraksi dengan murid untuk menerangkan materi pelajaran seperti
membaca, menulis, bernyanyi dan permainan. Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau sikap muridnya. Pada kelas
musik si anak disuruh maju ke depan untuk memukul drum akan tetapi si anak tidak mau maju ke depan, maka guru tersebut mendekati si anak dan
memberikan semangat kepada si anak supaya anak tersebut mau melakukan tugasnya.
Agar dapat terarah, komunikasi verbal dalam proses belajar mengajar dan metode yang disampaikannya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Bercerita: Adapun kegiatan lain yang sering dilakukan oleh guru di Sekolah Dasar Insania adalah dengan bercerita. Komunikasi dengan
bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, dapat membantu dan memudahkan komunikasi dua arah atara guru dan murid autis. Metode
cerita ini cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid, sehingga pesan- pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, disini guru harus kreatif
dalam menyampaikan ceritanya, sehingga apa yang diceritakan anak autis dapat mengerti. Karena memang cerita ialah suatu yang mengasyikan,
menyenangkan dan menggembirakan. Dalam masa kanak-kanak seperti anak-anak autis ini sangat gampang meniru bahkan meneladani seseorang
yang dianggap cocok dengan mereka dan itu mereka dapatkan dari cerita yang mereka dengarkan baik lewat media maupun dari gurunya.
b. Bernyanyi: Bernyayi adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru
pada saat murid jenuh atau bosan selama mengerjakan tugasnya. Hal ini dinamakan oleh guru Sekolah Dasar Insania yaitu breaking ice yang di
dalamnya ada kegiatan bernyanyi yang hanya dilakukan beberapa menit saja, selama bernyanyi guru memberikan tepuk yel yel kemudian
menyuruh si anak untuk menciptakan tepuk yel yel sendiri. Tepuk yel yel ini digunakan untuk pembukaan pada breaking ice, jadi sebelum bernyanyi
terlebih dahulu satu persatu maju untuk tepuk yel yel yang telah mereka ciptakan sendiri. Hal ini guna membuat murid terus kreatif dalam segala
hal. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkannya untuk anak autis ini. Maka dengan bernyanyi murid tetap terus terkontrol
dengan baik dan tidak merasa jenuh dan bosan lagi, kembali ceria untuk mengerjakan tugas selanjutnya.
c. Bermain: Bermain fungsinya sama dengan bernyanyi yaitu untuk mencairkan suasana murid ketika jenuh atau sudah bosan. Akan tetapi
bermain games diciptakan dari materi pelajaran, hal ini bisa dikatakan sebagai belajar sambil bermain, dengan berusaha memeberi muatan-mutan
pelajaran ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umumnya, misalkan pada pelajaran tentang mengenal benda sesudah pelajaran
tersebut guru menuangkannya dalam bentuk games dengan meletakan benda-benda diatas meja kemudian menyuruh si anak mengambil benda
sambil berlari yang telah guru sebutkan sebelumnya. Hal ini memang dapat memudahkan atau mengingat pelajaran serta pengetahuan yang telah
diberikan.
Komunikasi melalui lisan yang dilakukan di Sekolah Dasar Insania juga mengkomuikasikan pesan-pesan agama, anak-anak diajarkan
membaca iqro, membaca do’a- do’a dan selalu menggunakan kalimat- kalimat Islam dalam segala hal seperti mengucap salam, menjawab salam,
membaca do’a belajar ketika memulai belajar, dan setelah belajar. Selain lisan juga melalui tulisan yaitu menulis huruf, angka-angka,
juga menulis huruf arab yaitu menulis iqro. Kelebihan dari komunikasi tulisan murid dapat belajar menulis, bagi anak autis yang belum dapat
menulis guru dapat membantunya. Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang jelas dan
tegas untuk mudah dipahami, dimengerti oleh anak autis. Sehingga pesan- pesan yang disampaikan mendapatkan feedback tanggapan yang positif
dan diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu, komunikasi verbal berperan sekali dalam menyampaikan pesan pada anak
autis.
3. Komunikasi antar pribadi
Selain komunikasi non verbal dan verbal yang digunakan, Sekolah Dasar Insania juga menyampaikan materi pelajaran secara antar pribadi
atau face to face. Ini terlihat pada kegiatan ketika guru sedang mengjarkan anak membaca dengan mengajari murid satu persatu seperti privat dan
berhadapan langsung dengan murid. Juga pada saat guru menasehati muridnya.
Proses komunikasi antar pribadi juga, penulis melihat pada kelas terapi individual disini guru menerapi anak secara face to face. Supaya materi
yang di sampaikan dapat langsung di cerna dan di mengerti oleh anak autis.
Kelebihan komunikasi anatarpribadi ini, anak mendapat rangsangan stimuli dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan feed
back pada diri anak. Sedangkan kelemahannya, karena melihat kondisi anak yang berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah
menerimanya dan juga ada yang sulit. Komunikasi antarpribadi ini digunakan oleh guru Sekolah Dasar
Insania dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka face to face. Hal ini penulis lihat pada saat guru mengajarkan membaca, menulis,
menerapi anak, dan memberikan nasehat yang bersifat pribadi untuk murid yang bersangkutan. Dalam kegiatan belajar mengajar, ketiga bentuk
komunikasi diatas selalu berperan penting dalam menyampaikan materi dan upaya meningkatkan kualitas belajar pada anak autis di Sekolah Dasar
Insania.
4. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang
terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok.
Komunikasi kelompok juga di gunakan di Sekolah Dasar Insania, proses komunikasi ini terjadi pada kelas klassikal. Hasil pengamatan
penulis adalah pada saat ketika guru dan murid melakukan kegiatan
bernyanyi, bermain, dan belajar. Disini terlihat kegiatan tersebut yang dilakukan dengan cara berkelompok.
Kegiatan yang penulis temui adalah pada kegiatan proses belajar pada saat “pelajaran sains” guru menerangkan materi kemudian mengulang
kembali materi dengan cara menanyakan satu persatu kepada murid hal ini guna murid autis dapat mencerna materi secara bersama-sama dan
kegiatan ini di lakukan dengan cara berkelompok supaya lebih mengeratkan hubungan antara murid satu dengan yang lainnya.
Kelebihan komunikasi kelompok ini adalah murid dapat mengembangkan interaksi dan sosialisasinya terhadap teman yang satu
dan teman-teman yang lainnya dan juga dengan gurunya. Kegiatan lain yang penulis temui adalah gaya belajar individu autis
juga dapat melalui media contohnya televisi dan buku-buku yang bergambar. Dari gambar yang mereka lihat anak autis dapat meniru dan
mengetahui makna dari gambar yang sudah dilihatnya dari pada yang di dengarnya. Karena anak autis pada umumnya senang melihat-lihat gambar
apalagi menonton TV. Ini adalah termasuk proses komunikasi massa, karena komunikasi massa adalah komunikasi yang di tujukan kepada
massa atau komunikasi yang menggunakan media massa, dengan bantuan berupa media anak autis sedikit demi sedikit dapat mengembangkan
pengetahuannya.
Tabel I
KELAS INDIVIDUAL TERAPI RUMUSAN KELAS
KALASSIKAL FISIO OCUPASI
WICARA
Komunikasi Instruksional yang
dipakai dalam proses belajar mengajar
ayo tangannya mana” sambil menepuk tangan
o anggi maju” sambil melambaikan tangan
ggi duduk” dengan kata- kata yang tegas
hat” sambil memegang kepala si anak
5. “ayo, buka bukunya” sambil memegang
buku, guru menunjuk ke arah gambar
yo loncat” beberapa detik kemudian guru
berkata “ayo loncat” sambil memegang
tangan si anak o” sambil mengulurkan
tangan dak” beberapa detik
kemudian berkata lagi “tidak boleh
pegangan”. hat” beberapa detik
kemudian guru berkata “lihat” sambil
memegang kepala si anak untuk
mengarahkannya. agi” beberapa detik
kemudian guru berkata “ayo
masukan lagi” sambil memegang jari si
anak. o lihat” beberapa detik
kemudian “ayo lepas kancingnya”. Sambil
memegang jari si anak.
u memegang pipi si anak dan berkata
”ayo” 2. “tidak” sambil
menggerakan jari telunjuk lalu
berkata kembali “mana gambar
burung”.
Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai komunikasi instruksional yang dipakai guru dalam proses belajar mengajar, maka penulis
mencoba menguraikan dengan rinci contoh yang ada di atas antara lain: 1.
Kelas Klassikal: Kegiatan yang penulis temui pada kelas klassikal adalah menggunakan instruksi verbal lisan yang selalu digabungkan pada
instruksi non verbal tetapi ada beberapa kegiatan hanya memakai verbal saja. Pada instruksi verbal disini guru berkata dengan jelas dan tegas.
2. Kelas individual: Pada kelas indvidual ada 3 kelas yaitu, fisio terapi, terapi
ocupasi, dan terapi wicara. Penulis akan meguraikannya satu persatu: a
Fisio terapi: Di dalam kegiatan fisio terapi hanya dua yang memakai instruksi verbal dan non verbal dan 1 yang memakai isntruksi verbal
b Terapi ocupasi: Di dalam terapi ocupasi semua kegiatan hanya
memakai instruksi verbal dan non verbal c
Terapi Wicara: Di dalam kegiatan terapi wicara kegiatan 1 dan 2 adalah sama memakai instruksi verbal dan non verbal.
Maka masing-masing pada kelas terapi ini juga memakai instruksi verbal dan non verbal akan tetapi setiap kegiatan guru selalu menggunakan
instruksi non verbal untuk mengarahkan perilaku anak autis. Dengan demikian maka jelas dengan melihat perbandingan di atas
maka kebanyakan guru-guru memakai bentuk komunikasi gabungan yaitu instruksi verbal dan non verbal akan tetapi untuk mengarahkan perilaku
anak tersebut guru selalu menggunakan instruksi non verbal ini di gunakan pada semua kegiatan yang dilakukan.
B . Metode yang digunakan oleh guru ketika membina anak autis
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara, dapat ditemukan data bahwa metode yang dipakai untuk membina anak autis di Sekolah Dasar
Insania adalah:
Tabel II
KELAS TERAPIINDIVIDUAL WAWANCARA
RUMUSAN II
KELAS KLASSIKAL
FISIO OCUPASI
WICARA GURU
KLASSIKAL GURU
INDIVIDUAL I, II III
Metode yang digunakan dalam
membina anak autis
Lovass Lovas
Lovass Lovass
Lovass Lovass
Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai metode yang digunakan dalam membina anak autis, maka penulis mencoba menguraikan
dengan rinci, contoh yang ada di atas atara lain: a.
Memberikan prompt bantuan: Misalnya, di kelas ocupasi prompt diberikan pada kegiatan memasukan benda kedalam tali dengan cara guru
memeberikan bantuan verbal kepada si anak sewaktu guru menyuruh si anak untuk mengulang kembali tugasnya.
b. Memberikan reinfocer positif konsekuensi positif: Misalnya,
konsekuensi yang berupa pujian pada kelas fisio terapi guru memberikan pujian kepada anak ketika anak telah selesai mengerjakan tugasnya dan
ketika anak malas untuk mengerjakan tugas dengan cara guru mengelitiki si anak supaya anak mau mengerjakan tugasnya.
c. Memberikan intruksi: Misalnya pada kelas klassikal pada kegiatan
membaca guru menyuruh anak untuk memperhatikan dan konsentrasi ketika membaca.
d. Memberikan reinfocer negatif: Misalnya di kelas terapi wicara pada
kegiatan menebak gambar guru mengatakan ”TIDAK” kepada anak ketika anak salah menyebutkan gambar.
Pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa dalam membina anak autis metode yang digunakan adalah metode lovass. Teknik lovass digunakan untuk
mengetahui perilaku anak autis baik perilaku positf dan perilaku negatif, dengan menggunakan teknik lovass guru-guru dapat mudah mengarahkan
perilaku anak autis dalam segala kegiatan yang dilakukan anak autis. Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi
dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan berkembang lebih baik.
Teknik lovass secara umum digunakan pada anak yang sulit berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi melalui teknik ini guru dapat
masuk kedalam dunia anak autis dan dapat mengetahui perilaku-perilaku anak autis.
Penulis melihat di dalam proses terapi pada saat guru memberikan bantuan kepada anak ketika anak sedang mengerjakan tugasnya, memberikan pujian
ketika anak selesai mengerjakan tugasnya, memberikan konsekuensi ketika anak salah dalam mengerjakan tugasnya itu semua adalah proses bagaimana
guru membina perilaku anak autis dengan cara memakai teknik lovass guru mudah mengarahkan perilaku anak tersebut.
Seperti hasil wawancara penulis pada di kelas fisio terapi oleh Ibu Anti bahwa, penggunaan teknik lovass yang dipakai oleh guru tidak disertai pada
metode ABA karena dalam metode ABA anak diajarkan seperti robot akan tetapi guru hanya memakai pada teknik lovass saja.
69
Pengamatan penulis pada setiap kegiatan bahwa guru-guru hanya memberikan sistem reward dan punishment, yaitu pemberian reward
ganjaran atau imbalan kepada anak, yang akan meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment hukuman yang
akan menurunkan frekuensi anak untuk munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
Kelebihan teknik lovass ini adalah guru dapat membina perilaku anak autis dan perkembangan anak sedikit demi sedikit akan meningkat lebih baik, dan
kekurangannya yaitu karena melihat kondisi anak autis yang berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan juga ada yang sulit.
Dengan demikian maka jelas dengan melihat contoh diatas kebanyakan kegiatan pada masing-masing kelas menggunakan teknik lovas, karena teknik
lovass adalah teknik yang cukup efektif dan sederhana dalam mengatasi dan membina perilaku anak autis.
C. Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Faktor penunjang adalah suatu dorongan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Hasil wawancara oleh Ibu Nia bahwa hal yang menunjang
keberhasilan seorang anak autis dalam proses belajar mengajar adalah fasilitas dan kerjasama antara guru dan murid, dalam hal perilaku anak tersebut,
supaya anak tersebut dapat berkembang dengan baik.
69
Wawancara pribadi dengan Ibu Anti
Fasilitas merupakan hal yang paling utama untuk menunjang kebutuhan anak autis, tanpa fasilitas anak autis tidak dapat mengembangkan keahliannya
karena anak autis bisa dikatakan berkembang jika dilihat dari keahlian. yang mereka punya. Adapun fasilitas belajar yang tersedia adalah perpusatakaan,
sumber-sumber belajar seperti buku-buku pelajaran, sarana dan prasarana olahraga.
Adapun kerjasama antara guru dan murid juga penting dalam keberhasilan bahwa sebenarnya lingkungan yang paling dekat dengan anak autis adalah
lingkungan keluarga dan juga dalam berinteraksi yang paling lama adalah dirumah maka ketika dirumah orangtua juga berperan sebagai guru disini
orangtua dituntut aktif dalam mengarahkan perilaku anak autis. jika disekolah anak diberikan pengetahuan dan dibina oleh guruya maka dirumah pun
orangtua juga melakukan hal yang sama. untuk itu cara ini efektif dalam mengembangkan kemajuan anak pada saat proses belajar.
Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat setelah selesai belajar atau selesai terapi guru bertemu orangtua dan membicarakan perkembangan
anaknya sewaku dalam belajar, dan memberikan saran kepada oranga tua tentang hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada saat dirumah.
Faktor hambatan bukan berarti terhentinya komunikasi yang sedang terjadi, tetapi ada hal yang menyebabkan tujuan komunikasi itu tidak tercapai.
Adapun faktor penghambat dalam proses belajar mengajar menurut hasil wawancara oleh Ibu Nia: adalah faktor pemahaman atau pada kerangka
berfikir. Karena kalau kita sedang menerangkan biasanya anak tersebut atensinya masih kemana-mana maka dari itu untuk bisa anak tersebut mengerti
kita harus benar-benar lebih fokuskan, beda dengan anak yang sudah bisa verbal sudah paham, pasti sudah bisa menjawab pertanyaan yang guru
berikan. Tapi jika atensinya masih kurang dan kita tidak fokuskan maka anak tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.
Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat belajar ada anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini dilihat karena anak tersebut tidak dapat
merespon pesan yang gurunya berikan karena atensi dan konsentrasi mereka masih tidak fokus untuk menerima pesan, dalam belajar ada anak yang paham
atas apa yang sudah disampaikan oleh gurunya ini dilihat ketika anak dapat merespon suatu pesan yang disampaikan. Karena anak autis beda-beda
kondisinya ada yang sudah bisa verbal tapi ada juga yang belum bisa verbal semuanya tergantung dari kondisi anak tersebut.
68
BAB V PENUTUP