olive oil adalah sebesar 82,2 ± 2,7 UL. Secara statistik, hasil ini memberikan perbedaan yang tidak bermakna p0,05 antara kelompok kontrol olive oil jam
ke-0 dengan kelompok kontrol olive oil jam ke-24. Selain itu, juga dilakukan pengukuran terhadap aktivitas AST sebagai data pendukung. Melalui pengukuran
tersebut, diperoleh rata-rata nilai AST jam ke-0 yaitu sebelum pemberian olive oil adalah 122,8 ± 57 UL. Rata-rata nilai ALT jam ke-24 yaitu setelah pemberian
olive oil adalah sebesar 118,6 ± 5,1 UL tersaji dalam Tabel. V. Hasil ini memberikan perbedaan yang tidak bermakna p0,05 antara kelompok kontrol
olive oil jam ke-0 dengan kelompok kontrol olive oil jam ke-24. Hasil pengukuran terhadap aktivitas ALT dan AST, menunjukkan bahwa
pemberian olive oil 2 mlkgBB tidak memberikan peningkatan terhadap aktivitas ALT dan AST, artinya apabila terjadi peningkatan terhadap aktivitas ALT dan
AST bukan karena penggunaan olive oil sebagai pelarut. Nilai ALT dan AST kelompok kontrol negatif ini akan dijadikan dasar nilai normal ALT dan AST
penelitian selanjutnya.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB
Tujuan dari kontrol hepatotoksin adalah untuk mengetahui pengaruh induksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB terhadap sel hati tikus yang ditunjukkan
dengan peningkatan aktivitas ALT dan AST. Uji ini dilakukan dengan memejankan karbon tetraklorida 2 mlkgBB pada tikus secara intraperitonial,
kemudian pada jam ke-24 diambil darahnya untuk diukur aktivitas ALT dan AST. Hasil dari pengukuran ini terlihat pada tabel V, yaitu terjadi peningkatan aktivitas
ALT hingga 246,4 UL, yang memberikan perbedaan bermakna p0,05 terhadap
kelompok kontrol negatif olive oil. Hasil pengukuran ini menunjukkan terjadi kenaikan ALT sekitar tiga kalinya dari nilai rata-rata jam ke-0 ALT tikus, yaitu
73,2 UL. Berdasarkan Zimmerman 1999 disebutkan bahwa kenaikan nilai ALT akibat pemejanan karbon tetraklorida adalah tiga kalinya. Hal ini dapat diartikan
hasil penelitian dengan teori sudah sesuai. Sedangkan pada hasil pengukuran aktivitas AST, terjadi peningkatan
sebesar 596,2 UL, maka terlihat adanya kenaikan aktivitas AST sekitar empat kalinya dari nilai rata-rata jam ke-0 AST tikus, yaitu 157,2 UL. Kenaikan
aktivitas AST sudah sesuai dengan nilai kerusakan hati akibat pemejanan karbon tetraklorida, yaitu empat kalinya Zimmerman, 1999. Hasil ini memberikan
perbedaan bermakna p0,05 terhadap kelompok kontrol negatif olive oil Tabel. VII. Dengan adanya kenaikan rata-rata aktivitas ALT dan AST menegaskan
bahwa karbon tetraklorida 2 mlkgBB memiliki efek hepatotoksik pada tikus jantan.
3. Kontrol perlakuan infusa M. tanarius dosis 10 gkgBB
Tujuan dilakukannya kontrol perlakuan infusa M. tanarius adalah untuk melihat bahwa pemberian infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB tidak
memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST. Uji ini dilakukan dengan memberikan infusa M. tanarius pada tikus secara oral, dan pada jam ke-6 diambil
darahnya kemudian diukur aktivitas ALT dan AST. Pada Tabel. V, kontrol perlakuan infusa M. tanarius 10 gkg BB memberikan nilai aktivitas ALT sebesar
65,6 ± 2,6 UL, yang memiliki perbedaan tidak bermakna p0,05 terhadap kelompok kontrol negatif olive oil.
Hasil pengukuran aktivitas AST tersaji dalam Tabel. V, dengan nilai rata- rata sebesar 153,8 ± 6,6 UL, yang memberikan perbedaan tidak bermakna
p0,05 terhadap kelompok kontrol negatif olive oil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian infusa daun M. tanarius selama enam jam
tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT maupun AST dan yang memberikan peningkatan terhadap ALT dan AST adalah akibat pemberian karbon
tetraklorida
4. Kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB pada