Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

tanarius memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu dengan kadar air kurang dari 10 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995.

B. Uji Pendahuluan 1.

Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Pada penelitian ini digunakan karbon tetraklorida sebagai hepatotoksin. Tujuan dari penentuan dosis karbon tetraklorida adalah untuk mengetahui pada dosis berapa karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati pada tikus yang ditunjukkan dengan peningkatan ALT dan AST tertinggi. Dosis rendah karbon tetraklorida hanya menyebabkan kerusakan ringan berupa perlemakan hati Timbrell, 2008. Pada penyakit hati yang ringan, peningkatan ALT ditemukan setinggi 50-200 unit Wahyuni, 2005. Pada penelitian ini digunakan dosis dari penelitian Janakat dan Merie 2002, yaitu 2 mlkg BB, yang mana pada dosis ini sudah dapat menimbulkan efek hepatotoksik.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Tujuan dari penentuan waktu pencuplikan darah adalah untuk mengetahui kehepatotoksikan karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB mencapai maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan ALT dan AST tertinggi pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB diujikan pada tikus jantan, kemudian dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke-0, 24, dan 48. Hasil uji ini berupa aktivitas ALT yang tersaji pada Tabel. II, III dan Gambar. 5 serta aktivitas AST yang tersaji pada Tabel. IV dan Gambar 6. Tabel. II Rata-rata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Waktu pencuplikan jam ke- Jumlah hewan uji ekor Purata aktivitas ALT ± SE UL 5 73,2 ± 12,9 24 5 246,4 ± 17,0 48 5 102,0 ± 14,6 Gambar 5. Diagram batang orientasi aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Hasil dari analisis pola searah One Way ANOVA dari data ALT tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB, diketahui memiliki signifikansi 0,749 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data homogen, sehingga dapat dilanjutkan ke uji Scheffe. Dengan menggunakan uji Scheffe, dapat diketahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Data tersaji pada Tabel II. Tabel. III Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Waktu pencuplikan Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-0 - B TB Jam ke-24 B - B Jam ke-48 TB B - Untuk data AST, dari hasil analisis dengan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh signifikansi 0,031 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki distribusi tidak normal, sehingga dilanjutkan ke uji Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh signifikansi 0,003 p0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan di antara ketiga kelompok. Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, yang mana uji ini bertujuan untuk membandingkan kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Apabila hasil data diperoleh signifikansi 0,05 menunjukkan berbeda bermakna. Data tersaji pada Gambar 6. dan Tabel. IV. Gambar 6. Diagram batang orientasi aktivitas AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Tabel. IV Hasil uji Mann Whitney aktivitas AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke- 48 Waktu pencuplikan Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-0 - B B Jam ke-24 - - B Jam ke-48 B B - Berdasarkan tabel II terlihat bahwa rata-rata aktivitas ALT tertinggi terjadi pada pencuplikan darah jam ke-24, yakni 246,4 ± 38,0 UL dari nilai normal ALT yang dilaporkan Hastuti 2008, yakni 19,3-68,9 UL. Pada jam ke-24 ini, kenaikan aktivitas ALT sudah sesuai dengan nilai kerusakan hati ringan, yaitu 50- 200 unit Wahyuni, 2005. Hal ini juga didukung oleh data AST, pada Gambar 5. dan Gambar 6. terlihat peningkatan ALT dan AST yang signifikan pada jam ke- 24 dibanding pada jam ke-0 dan jam ke-48. Selain itu, dari Tabel. IV menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kelompok AST pada jam ke-0 dan ke-24 dan juga pada jam ke-0 dan ke-48. Pada Gambar 6. terlihat penurunan nilai AST pada jam ke-48. Hal ini menunjukkan bahwa karbon tetraklorida memiliki efek hepatotoksik maksimal pada jam ke-24. Oleh karena itu, berdasarkan hasil orientasi, pada penelitian ini digunakan waktu pencuplikan darah hewan uji jam ke-24 setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB. C. Hasil Uji Waktu Protektif Pemberian Infusa Daun M. tanarius Secara Akut Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun M. tanarius secara akut terhadap penurunan kadar ALT dan AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Dalam penelitian ini dilakukan secara akut. Akut ini adalah selang waktu pemberian infusa daun M. tanarius yaitu ½, 1, 2, 4, dan 6 jam. Penetapan waktu secara akut ini didasarkan pada penelitian Nugraha dan Hendra 2011 yang mengikuti model pemberian infusa daun M. tanarius pada jam ke- ½, 1, 2, 4, dan 6, dan pada jam ke-48 setelah pemberian infusa diberi parasetamol dosis 2,5 gkgBB. Penggunaan waktu pemberian secara akut ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh pemberian infusa daun M. tanarius jangka panjang terhadap penurunan kadar ALT-AST. Dosis infusa daun M. tanarius yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 gkg BB. Pemilihan dosis ini didasarkan pada penelitian pemberian jangka panjang infusa daun M. tanarius pada tikus terinduksi karbon tetraklorida yang dilakukan oleh Nurcahyanti 2012. Dalam penelitian tersebut, pada infusa daun M. tanarius dosis 10 gkg BB memberikan rata-rata aktivitas penurunan ALT yang paling tinggi yaitu 103,2 UL. Pencuplikan darah hewan uji dilakukan pada jam ke-24 setelah induksi karbon tetraklorida. Hasil penelitian ini berupa penurunan kadar ALT dan AST yang dinyatakan UL dan disajikan dalam bentuk purata ± SE dalam tabel dan diagram batang berikut. Tabel. V Pengaruh waktu protektif pemberian secara akut infusa daun M. tanarius terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari aktivitas ALT dan AST Kel. Perlakuan Aktivitas Efek hepatoprotektif Purata ± SE UL ALT Purata ± SE UL AST ALT AST I kontrol negatif olive oil 2 mlkg BB 82,2 ± 2,7 118,6 ± 5,1 - - II kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2mlkg BB 246,4 ± 17,0 596,2 ± 25,3 III IMT 10 gkg BB 65,6 ± 2,6 153,8 ± 6,6 - - IV IMT 10 gkg BB ½ jam + karbon tetraklorida 2mlkg BB 152,4 ± 13,6 433,6 ± 28,3 38,1 27,27 V IMT 10 gkg BB 1 jam + karbon tetraklorida 2mlkg BB 151,6 ± 11,5 385,2 ± 26,8 38,5 35,39 VI IMT 10 gkg BB 2 jam + karbon tetraklorida 2mlkg BB 99,2 ± 10,1 308,4 ± 27,6 59,7 48,27 VII IMT 10 gkg BB 4 jam + karbon tetraklorida 2mlkg BB 130,6 ± 8,9 415,0 ± 23,4 47,0 30,39 VIII IMT 10 gkg BB 6 jam + karbon tetraklorida 2mlkg BB 159,0 ± 13,8 412,2 ± 31,1 35,5 30,86 Ket. : IMT = Infusa Macaranga tanarius SE = Standar Error Tabel. VI Hasil analisis statistik uji Scheffe dilihat dari kebermaknaan ALT antar kelompok Kelompok Karbon tetraklorida Olive oil Infusa Macaranga tanarius Jam ke-12 Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-4 Jam ke-6 Karbon tetraklorida - B B B B B B B Olive oil B - TB B B TB TB B Infusa Macaranga tanarius B TB - B B TB B B Jam ke-12 B B B - TB TB TB TB Jam ke-1 B B B TB - TB TB TB Jam ke-2 B TB TB TB TB - TB TB Jam ke-4 B TB B TB TB TB - TB Jam ke-6 B B B TB TB TB TB - Ket : TB = berbeda tidak bermakna p 0,05 B = berbeda bermakna p 0,05 Gambar 7. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun M. tanarius secara akut terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari aktivitas ALT Tabel. VII Hasil analisis statistik uji Shceffe dilihat dari kebermaknaan AST antar kelompok kelompok Karbon tetraklorida Olive oil Infusa Macaranga tanarius Jam ke -½ Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-4 Jam ke-6 Karbon tetraklorida - B B B B B B B Olive oil B - TB B B B B B Infusa Macaranga tanarius B TB - B B B B B Jam ke-12 B B B - TB TB TB TB Jam ke-1 B B B TB - TB TB TB Jam ke-2 B B B TB TB - TB TB Jam ke-4 B B B TB TB TB - TB Jam ke-6 B B B TB TB TB TB - Ket : TB = berbeda tidak bermakna p 0,05 B = berbeda bermakna p 0,05 Gambar 8. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun M. tanarius secara akut terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari aktivitas AST

1. Kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT-AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 111

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Pengaruh waktu pemberian infusa biji alpukat (persea americana mill.) secara akut sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa biji persea americana mill. secara akut terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun macaranga tanarius L. secara akut terhadap kadar ALT AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 115

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106