Jenis kerusakan hati Hati 1. Anatomi dan fisiologi hati

hepatika communis , di sebelah kiri ductus choledocus dan di depan vena porta Wibowo dan Paryana, 2009, sedangkan vena porta membawa darah vena dari usus halus yang kaya akan nutrient yang baru diserap, obat, dan racun langsung ke hati. Vena porta membentuk jalinan khusus yang memungkinkan setiap hepatosit dibasuh langsung oleh darah porta Ganong dan McPhee, 2011. Hati mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pusat metabolisme. Hati mempunyai struktur seragam yang terdiri dari kelompok sel-sel yang saling dipersatukan oleh sinusoid. Sel-sel hati mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang kaya makanan, tidak mengandung oksigen, dan kadang-kadang toksik, serta dari arteria hepatika yang mengandung oksigen. Adanya sistem peredaran darah yang tidak biasa ini, sel hati mendapat darah yang relative kurang oksigen. Hal inilah yang menyebabkan sel hati lebih rentan terhadap kerusakan dan penyakit Wibowo dan Paryana, 2009.

2. Jenis kerusakan hati

Toksikan dapat mengakibatkan berbagai jenis kerusakan hati seperti : a. Perlemakan hati Steatosis Perlemakan hati adalah suatu keadaan dimana hati mengandung berat lipid lebih dari 5. Lesi dapat bersifat akut seperti yang disebabkan oleh etionin, fosfor, atau tetrasiklin. Beberapa toksikan seperti tetrasiklin menyebabkan banyak butiran lemak kecil dalam suatu sel, toksikan lain seperti etanol, menyebabkan butiran lemak besar yang menggantikan inti. Sementara toksikan lain seperti karbon tetraklorida dapat menyebabkan penimbunan lipid hati dengan mekanisme penekanan konjugasi trigliserida dengan lipoprotein Lu, 1995. Perlemakan hati dapat berasal dari satu atau lebih peristiwa berikut: kelebihan pasokan asam lemak bebas ke hati, gangguan pada siklus trigliserida, peningkatan sintesis atau esterifikasi asam lemak, penurunan oksidasi asam lemak, penurunan sintesis apoprotein, dan penurunan sintesis atau sekresi lipoprotein densitas sangat rendah VLDL Steatosis adalah respon umum untuk pemejanan akut tapi tidak untuk semua hepatotoksin. Toksin yang disebabkan steatosis adalah bersifat reversibel dan tidak menyebabkan kematian hepatosit Gregus dan Klaaseen, 2001. b. Nekrosis Nekrosis merupakan kematian sel-sel hati yang ditandai dengan pembengkakan sel, kebocoran, hancurnya inti dan masuknya sel-sel radang. Ketika nekrosis pada hepatosit terjadi, kebocoran plasma membran dapat dideteksi secara kimiawai dengan menguji kadar enzim yang berasal dari sitosol di plasma atau serum yaitu Alanine Aminotransferase ALT sebagai enzim hepatosit yang paling utama Treinen dan Moslen, 2001. c. Kolestasis Kolestasis adalah jenis kerusakan hati yang bersifat akut, dan lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan perlemakan hati dan nekrosis. Mekanisme utama terjadinya kolestasis adalah berkurangnya aktivitas ekskresi empedu pada membran kanalikulus Lu, 1995. Kolestasis merupakan bentuk luka hati yang didefinisikan secara fisiologis sebagai penurunan volume empedu atau gangguan sekresi zat terlarut tertentu ke dalam empedu. Kolestasis dicirikan oleh tingkat serum senyawa yang biasanya terkonsentrasi dalam empedu, khususnya garam empedu dan bilirubin. Bila ekskresi empedu dari pigmen bilirubin terganggu, dapat terakumulasi di kulit dan mata, menghasilkan penyakit kuning, dan ke dalam urin, yang menjadi kuning coklat atau gelap terang. Histologis kolestasis bisa sangat halus dan sulit untuk dideteksi tanpa penelitian ultrastruktur. Perubahan struktural mencakup pelebaran dari canaliculus empedu dan adanya colokan empedu dalam saluran empedu dan canaliculi Lu, 1995. d. Sirosis Sirosis merupakan bentuk kerusakan yang terakhir, sering fatal, tahap kerusakan hati kronis. Sirosis ditandai dengan akumulasi sejumlah jaringan fibrosa yang luas, khususnya serabut-serabut kolagen, sebagai respon terhadap kerusakan atau terhadap peradangan. Sirosis bersifat irreversibel, memiliki harapan hidup yang kecil, dan biasanya merupakan hasil paparan berulang zat kimia beracun Treinen dan Moslen, 2001.

3. Hepatotoksin

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT-AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 111

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Pengaruh waktu pemberian infusa biji alpukat (persea americana mill.) secara akut sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa biji persea americana mill. secara akut terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun macaranga tanarius L. secara akut terhadap kadar ALT AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 115

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106