Kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB pada

Hasil pengukuran aktivitas AST tersaji dalam Tabel. V, dengan nilai rata- rata sebesar 153,8 ± 6,6 UL, yang memberikan perbedaan tidak bermakna p0,05 terhadap kelompok kontrol negatif olive oil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian infusa daun M. tanarius selama enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT maupun AST dan yang memberikan peningkatan terhadap ALT dan AST adalah akibat pemberian karbon tetraklorida

4. Kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB pada

tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB Pada kelompok perlakuan ini dilakukan secara akut, yaitu dengan memberikan praperlakuan infusa daun M. tanarius 10gkgBB pada jam ke-12, 1, 2, 4, dan 6 pada tikus jantan sebelum pemejanan dengan karbon tetraklorida 2 mlkgBB. Hasil pada kelompok praperlakuan jam ke-12 kelompok IV Tabel. IV, terlihat aktivitas rata-rata ALT sebesar 152,4 ± 13,6 UL. Analisis secara statistik dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida menunjukkan perbedaan yang bermakna p0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa infusa daun M. tanarius dosis 10gkgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan penurunan aktivitas ALT sebesar 38,1 dan efek hepatoprotetif AST sebesar 27,27. Selain itu, juga dilakukan perbandingan terhadap kontrol olive oil, dengan hasil perbedaan yang bermakna p0,05. Hal ini dapat diartikan kerusakan yang terjadi belum kembali ke keadaan normal, sedangkan pada pengukuran aktivitas rata-rata AST diperoleh hasil Tabel. V 433,6 ± 28,3 UL. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil, yaitu terdapat perbedaan yang bermakna p0,05 baik dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida maupun kontrol olive oil. Dapat disimpulkan bahwa praperlakuan infusa M. tanarius dosis 10gkgBB pada jam ke-12 mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus akibat induksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB namun kerusakan yang terjadi belum kembali seperti normal. Kelompok praperlakuan jam ke-1 kelompok V infusa daun M. tanarius 10gkgBB pada Tabel. V menunjukkan aktivitas rata-rata ALT sebesar 151,6 ± 11,5 UL. Dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida maupun kontrol olive oil, menunjukkan perbedaan yang bermakna p0,05. Efek hepatoprotektif yang dihasilkan kelompok ini adalah 38,5 . Data aktivitas ALT tersebut didukung dengan pengukuran AST dengan hasil sebesar 385,2 ± 26,8 UL dan efek hepatoprotektif yang dihasikan sebesar 35,39. Secara statistik, pada kelompok ini juga memiliki perbedaan yang bermakna p0,05 baik dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida maupun kontrol olive oil. Hal ini berarti praperlakuan 1 jam infusa daun M. tanarius mempunyai efek hepatoprotektif namun kerusakan yang terjadi belum kembali seperti normal. Pada kelompok praperlakuan jam ke-2 kelompok VI infusa daun M. tanarius menunjukkan hasil rata-rata aktivitas ALT sebesar 99,2 ± 10,1 UL. Berdasarkan uji statistik Tabel. VI memberikan hasil berbeda bermakna p0,05 dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin, hal ini menunjukkan bahwa infusa daun M. tanarius dosis 10gkgBB memiliki efek hepatoprotektif, yaitu sebesar 59,7 . Apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil, memberikan hasil berbeda tidak bermakna p0,05, hal ini menunjukkan bahwa kerusakan hati yang ditimbulkan sudah kembali ke keadaan normal. Data aktivitas AST menghasilkan nilai sebesar 308,4 ± 27,6 UL dengan efek hepatoprotektif sebesar 48,27. Uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna p0,05 baik dengan kelompok kontrol hepatotoksin maupun kontrol olive oil. Dapat disimpulkan bahwa praperlakuan infusa M. tanarius dosis 10gkgBB pada jam ke-2 mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus akibat induksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB. Praperlakuan jam ke-4 kelompok VII infusa daun M. tanarius memiliki rata-rata aktivitas ALT sebesar 130,6 ± 8,9 UL. Berdasarkan uji statistik Tabel. VI kelompok VII memiliki perbedaan yang bermakna p0,05 dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida. Dapat dikatakan bahwa infusa M. tanarius dosis 10gkgBB mempunyai efek hepatoprotektif. Kelompok ini mempunyai perbedaan yang tidak bermakna p0,05 dengan kontrol olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan hati yang ditimbulkan pada praperlakuan infusa M. tanarius dosis 10gkgBB pada jam ke-4 sudah kembali seperti keadaan normal. Efek hepatoprotektif yang dihasilkan adalah sebesar 47,0, hasil ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok praperlakuan jam ke-2. Pengukuran pada rata-rata aktivitas AST praperlakuan jam ke-4 menunjukkan hasil sebesar 415,0 ± 23,4 UL dengan efek hepatoprotektif sebesar 30,39. Berdasarkan uji statistik, menunjukkan hasil yang berbeda bermakna p0,05 dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok kontrol olive oil. Data rata-rata aktivitas ALT praperlakuan jam ke-6 kelompok VIII menunjukkan hasil 159,0 ± 13,8 UL. Secara statistik, menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna p0,05 dengan kelompok kontrol hepatotoksin maupun kelompok kontrol olive oil. Dapat diartikan bahwa infusa daun M. tanarius pada kelompok ini memiliki efek hepatoprotektif, yaitu sebesar 35,5. Efek hepatoprotektif yang dihasilkan dari kelompok ini adalah yang paling rendah bila dibandingkan dengan kelompok praperlakuan sebelumnya. Pengukuran aktivitas AST diperoleh rata-rata sebesar 412,2 ± 31,1 UL dengan efek hepatoprotektif sebesar 30,86. Uji statistik menunjukkan hasil yang berbeda bermakna p0,05 dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok kontrol olive oil. Berdasarkan perbandingan terhadap uji statistik antar kelompok perlakuan Tabel. VI dan Tabel. VII, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna p0,05 antar kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan, setiap kelompok praperlakuan memiliki kemampuan yang sama dalam melindungi sel hati. Apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil, yang memiliki perbedaan tidak bermakna p0,05 adalah kelompok perlakuan jam ke-2 dan 4. Dapat diartikan bahwa pada jam ke-2 dan 4 kerusakan hati yang ditimbulkan sudah kembali ke keadaan normal, sedangkan pada kelompok perlakuan jam ke- 12, 1, dan 6, terdapat perbedaan yang bermakna p0,05 terhadap kelompok kontrol olive oil. Hal ini dapat diartikan bahwa kerusakan hati yang ditimbulkan belum mencapai keadaan normal. Jangka waktu pemberian infusa daun M. tanarius yang paling baik adalah praperlakuan jam ke-2 dan 4. Hal ini didasarkan pada perbandingan terhadap kelompok kontrol olive oil yang memberikan hasil berbeda tidak bermakna p0,05. Pada penelitian ini meskipun pada jam ke-2 dan 4 merupakan jangka waktu pemberian infusa daun M. tanarius yang paling baik, namun dipilih jam ke- 2 sebagai waktu efektif. Hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan lebih singkat, yaitu 2 jam sudah memberikan penurunan terhadap ALT dan AST tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida. Selain itu, juga memiliki efek hepatoprotektif tertinggi yaitu 59,7. Melalui hasil pengukuran terhadap ALT dan AST dari masing-masing kelompok perlakuan, menunjukkan bahwa pemberian infusa daun M. tanarius 10 gkgBB secara akut memiliki pengaruh terhadap penurunan ALT dan AST tikus yang terinduksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB. Kemungkinan adanya pengaruh penurunan ALT dan AST tersebut, dapat ditinjau dari mekanisme perusakan sel hati oleh karbon tetraklorida dan aktivitas antioksidan yang terkandung dalam infusa daun M. tanarius. Pemejanan dosis rendah karbon tetraklorida dapat menyebabkan terjadinya perlemakan hati steatosis. Proses ini diperantarai oleh aktivasi CYP2E1 sehingga membentuk radikal bebas triklorometil • CCl 3 . Radikal triklorometil tersebut dapat merusak retikulum endoplasma sel hati, selain itu juga dapat mengaktifkan senyawa oksigen reaktif selanjutnya mengakibatkan peroksidasi lipid Timbrell, 2008. Pembentukan peroksidasi lipid menghasilkan senyawa 4-hydroxyalkenal dan hydroxynonenal lainnya yang dapat menghambat sintesis protein dan menghambat enzim glukosa-6-phophatase Timbrell, 2008. Setelah pemejanan karbon tetraklorida selama satu sampai tiga jam, trigliserida menumpuk di hepatosit dan terlihat sebagai droplet lipid. Lipid dalam hati yang terbentuk ini dapat menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein, yang mana lipoprotein ini bertanggung jawab dalam transport lipid untuk keluar dari hepatosit. Akibat menurunnya produksi lipoprotein akan terhambat sehingga menyebabkan steatosis Timbrell, 2008. Proses peroksidasi lipid juga dapat menghasilkan produk yang dapat menyebarkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria Timbrell, 2008. Kerusakan ini berupa gangguan integritas membran yang menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma, antara lain ALT serum. ALT serum yang ada di dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam peredaran darah sehingga jumlah enzim ALT dalam darah meningkat Wahyuni, 2005. Kandungan dalam daun M. tanarius yang terlarut dalam pelarut infusa diduga merupakan senyawa glikosida. Kemungkinan mekanisme kerja antioksidan dalam melindungi sel hati yang ditunjukkan dengan penurunan ALT dan AST adalah penangkapan radikal bebas triklorometil • CCl 3 menjadi produk non toksik yang dilakukan oleh senyawa glikosida sehingga tidak sampai merusak retikulum endoplasma sel hati. Kemungkinan mekanisme kerja senyawa glikosida yang lain adalah mampu meningkatkan jumlah enzim glutation-S-transferase GST dalam hati yang berfungsi sebagai antioksidan endogen. Jika terdapat radikal bebas di dalam tubuh senyawa ini akan menangkap radikal bebas tersebut. Dengan demikian dapat diduga bahwa infusa daun M. tanarius mampu melindungi sel hati dari kerusakan terkait dengan senyawa glikosida yang mampu meredam radikal bebas akibat pemberian karbon tetraklorida. Kemampuan ini ditunjukkan dengan adanya penurunan aktivitas ALT dan AST. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nugraha dan Hendra 2011, pemberian infusa daun M. tanarius secara akut pada tikus jantan terinduksi parasetamol 2,5 gkgBB menghasilkan waktu efektif yaitu jam ke-1. Pada penelitian ini digunakan model hepatotoksin yang lain yaitu karbon tetraklorida, menghasilkan waktu efektif pada jam ke-2. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan model hepatotoksin yang berbeda, menghasilkan waktu efektif yang berbeda pula. Selain itu, kerusakan yang dihasilkan juga berbeda, pada penelitian dengan hepatotoksin parasetamol, kerusakan yang terjadi berupa nekrosis sel hati karena terbentuknya metabolit NAPQI. Sedangkan pada hepatotoksin karbon tetraklorida, kerusakan yang ditimbulkan berupa steatosis yang diakibatkan oleh terbentuknya radikal bebas triklorometil. Oleh karena itu, dapat digunakan model hepatotoksin yang lain seperti galaktosamin untuk mengetahui waktu efektif yang dihasilkan dan juga kerusakan yang ditimbulkan.

D. Rangkuman Pembahasan

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT-AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 111

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Pengaruh waktu pemberian infusa biji alpukat (persea americana mill.) secara akut sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa biji persea americana mill. secara akut terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa daun macaranga tanarius L. secara akut terhadap kadar ALT AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 115

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106