1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia mahasiswa melalu i kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakannya. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berdaya guna perlu suasana akademis yang kondusif. Suasana akademis yang
dimaksud yaitu: 1 adanya persaingan ketat, bersih, dan terbuka dalam penerapan dan pengembangan ilmu, 2 adanya berbagai jenis pertemuan
ilmiah, seperti lokakarya, seminar, simposium, diskusi, 3 penerbitan ilmiah terselenggara secara baik dalam bentuk bulletin ilmiah, jurnal ilmiah atau
majalah ilmiah, 4 perpustakaan dengan koleksi bahan pustaka relatif lengkap, 5 adanya dukungan administrasi yang baik dan birokrasi yang
luwes, dan 6 pergaulan intens yang dapat membangun wawasan pengetahuan para mahasiswa agar memiliki sikap proaktif terhadap kondisi lingkungannya.
Apabila mahasiswa tidak memiliki sikap yang proaktif terhadap lingkungan sekitarnya, maka ia akan dengan mudah bersikap reaktif. Sikap
reaktif timbul karena perkembangan teknologi informasi dewasa ini semakin canggih dan menjadikan orang sangat antusias untuk meraih kesuksesan
dengan berbagai cara tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang seharusnya dipatuhi. Akibatnya banyak tata nilai lama tertantang atau tergoyahkan dan
membuat orang termasuk mahasiswa semakin didesak ke arah pola kehidupan yang semakin modern dan penuh dengan persaingan. Misalnya nilai
kesopanan dalam berpakaian menjadi goyah karena adaptasi budaya barat, seperti model pakaian yang terbuka dan seronok, gaya hidup anak muda
zaman sekarang yang bebas dan tidak mau bekerja keras. Mahasiswa diharapkan dapat mengatur kehidupannya sendiri secara bebas dan
bertanggung jawab, mampu untuk mengambil inisiatif dalam memilih menentukan merespon apa pun yang dihadapinya sejalan dengan nilai-nilai
hidupnya yaitu sejalan dengan hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam hidupnya Covey, 1997: 113-119.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Sosial Lembaga Penelitian UII pada tahun 2003 meneguhkan sinyalemen bahwa kehidupan mahasiswa sekarang
cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar Kedaulatan Rakyat, Juni 2003. Sinyalemen kehidupan mahasiswa yang
cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar diperkuat dalam kehidupan sehari-hari; setiap individu memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang berbeda -beda. Kebiasaan dapat menunjang dan menghambat perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah perpaduan antar pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami hal-hal yang akan dilakukan dan alasan melakukan hal-hal yang bersangkutan;
keterampilan berarti kemampuan melakukan sesuatu secara tepat, cepat, dan
mudah; keinginan adalah motivasi untuk melakukannya Covey ,1986, 1996, 1998: 4.
Menurut Covey 1997: 94, seorang individu lebih kuat dari kebiasaan- kebiasaannya, sehingga orang yang bersangkutan bisa merubah kebiasaan-
kebiasaannya ke arah yang lebih positif. Lorayne 2004: 124 mengatakan bahwa kebiasaan ibarat seutas kabel; setiap hari orang memintal benang untuk
dijadikan kabel dan akhirnya orang yang bersangkutan tidak dapat memutuskannya. Kebiasaan tidak mudah untuk dihilangkan. Kebiasaan
terbentuk selangkah demi selangkah dan berulang-ulang dilakukan sampai tidak sadar Lorayne, 2004: 129.
Berdasar uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa agar mahasiswa mampu mengendalikan dirinya dari tekanan dan kebiasaan yang cenderung
eksklusif dan apatis, mahasiswa harus memiliki kebiasaan proaktif. Kebiasaan proaktif adalah prinsip dasar manusia yang merupakan salah satu kebiasaan
yang paling mendasar yang tidak terbentuk secara alamiah. Kebiasaan proaktif tidak dapat dikembangkan hanya dengan membaca berbagai referensi.
Kebiasaan proaktif harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan pemahaman tentang kebiasaan proaktif tidak otomatis
membuat orang menjadi proaktif. Keberanian dan kemauan untuk terus berlatih dan bertanggungjawab atas pilihan sendirilah yang dapat membuat
orang menjadi proaktif. Kebiasaan yang buruk sudah tentu berpengaruh terhadap pengembangan kepribadian mahasiswa, termasuk mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling yang kelak menjadi konselor.
Seperti yang dikatakan Covey 1997: 94 kebiasaan tidak lebih kuat dari diri orangnya. Karena itu orang yang bersangkutan dapat memperbaiki
kebiasaannya. Pada titik mahasiswa merasa jenuh tidak berhasil seperti orang lain, ia akan berusaha mencari kompensasi, misalnya minum miras, narkoba,
merokok. Mahasiswa yang bersangkutan akan terus lari dari kenyataan dengan kompensasi yang menjadi suatu kebiasaan ketika berada di titik jenuh. Dengan
menguasai kebiasaan proaktif, mahasiswa akan terbantu dalam mencapai sukses hidupnya. Setiap orang dapat menjadi proaktif karena proaktivitas
merupakan kebiasaan yang dapat dipelajari dan dilatih. Kebiasaan proaktif dapat menjadi bagian dari hidup dengan jalan berlatih. Kebiasaan proaktif
diharapkan tercermin antara lain dengan mengenal diri sendiri, menumbuhkan kepercayaan diri.
Fenomena mahasiswa yang eksklusif dan apatis membuat prihatin banyak pihak, terutama kalangan pendidik di perguruan tinggi dan peneliti
mendapat kesan bahwa mahasiswa kurang proaktif. Kesan ini timbul dari pengalaman sewaktu berinteraksi dengan adik tingkat; peneliti mendengar
keluhan yang menyalahkan faktor eksternal saat menghadapi suatu permasalahan. Padahal mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pada masa orientasi kampus sudah pernah mendapatkan materi pelatihan pengembangan kepribadian tentang Tujuh Kebiasaan Remaja yang Sangat
Efektif ; salah satu topiknya adalah Jadilah Proaktif. Peneliti semakin tertantang untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif
mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang memperoleh pelatihan tentang proaktivitas yang dipersiapkan untuk menjadi calon-calon konselor yang diharapkan proaktif
dan ke lak mampu memberikan pelatihan tentang kebiasaan yang proaktif. Pelatihan kebiasaan proaktif diharapkan dapat membantu mahasiswa
agar antara lain: 1. Meningkatkan keberhasilannya dalam memimpin diri sendiri.
2. Meningkatkan keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang- orang di lingkungan sekitarnya .
3. Meningkatkan kebiasaan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihannya. 4. Meningkatkan rasa percaya diri karena memiliki sikap “Aku bisa”.
Penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 karena dengan mengetahuinya bisa dipikirkan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan kebiasaan proaktif maha siswa.
B. Perumusan Masalah