Pengertian Kebiasaan Proaktif KAJIAN PUSTAKA

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan uraian tentang pengertian kebiasaan proaktif, ciri- ciri orang yang proaktif, komponen-komponen kebiasaan proaktif, manfaat kebiasaan proaktif dan upaya mengembangkan kebiasaan proaktif.

A. Pengertian Kebiasaan Proaktif

Kata proaktif lazim digunakan dalam literatur manajemen. Namun masih banyak definisi menyimpang tentang proaktif. Menurut Covey, 1997: 60 dalam bukunya The Seven Habits Of Highly Effective People 7 Kebiasaan Pokok Orang Yang Sangat Efektif, kata proaktif pertama kali dipopulerkan oleh Viktor Franklin. Ia seorang ahli yang menemukan prinsip dasar sifat manusia yang menggambarkan sebuah peta diri yang akurat dan darimana ia mulai mengembangkan ke biasaan pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif pada lingkungan apa pun, yaitu kebiasaan proaktif. Kata proaktif mengandung makna mengambil inisiatif dan bertanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi Covey,1997:61. Proaktif berarti dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain, dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa. Covey 1997 memaparkan bahwa proaktivitas adalah kebebasan mengambil prakarsa inisiatif dalam mengambil keputusan berdasarkan nilai- nilai hidup tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri. Misalnya seorang mahasiswa menerima kritik dari teman sekelasnya. Kalau dia proaktif, dia memiliki pertimbangan untuk menerima atau tidak menerima kritik dari teman sekelasnya. Dia sadar akan kecenderungannya dan dapat memberikan respon yang tepat. Menurut Covey 1997 dalam kebebasan memilih terkandung empat anugerah manusiawi, yaitu: self-awareness kesadaran diri, imagination imajinasi, conscience kata hati, independen t will kehendak bebas. Secara skematis model proaktivitas dari Covey dapat dilihat dalam gambar 1. Menurut Covey 1997:61, empat anugerah manusiawi membuat manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan tujuan hidupnya sendiri, yaitu: Pertama adalah self-awareness kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan, dan menilai diri sendiri. Kesadaran diri tidak saja mempengaruhi sikap dan tingkah laku STIMULUS RESPON KEBEBASAN UNTUK MEMILIH Kesadaran Diri Imajinasi Suara Hati Kata Hati Kehendak Bebas Gambar 1. Model Proaktivitas diadaptasi dari Covey, 1997 manusia , melainkan sekaligus mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu di luar dirinya. Contohnya, “Saya uring-uringan, karena saya tidak cukup tidur tadi malam,” atau “Saya bilang begitu hanya karena saya kesal.” Kedua adalah imagination imajinasi, yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realitas empiris, yang memungkinkan orang untuk menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia nyata. Menurut Covey 1986, 1996, 1998: 47: Jika kita hidup dengan ingatan kita, kita terikat dengan masa lalu dan dengan hal-hal yang terbatas. Apabila kita hidup dengan imajinasi kita, kita mengikat diri pada hal-hal yang tak terbatas. Imajinasi memungkinkan orang meloloskan diri dari keadaan yang sekarang dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru dalam benaknya. Imajinasi memberi peluang untuk membayangkan masa depan dan memimpikan menjadi apa kelak nantinya. Contohnya, “Saya merasa kesulitan untuk membayar uang SPP, maka saya akan mencari pekerjaan paruh waktu.” Ketiga adalah conscience kata hati, yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang benar-salah, baik-buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai prinsip hidup yang mengatur perilaku manusia sehingga ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya. Contohnya, “Saya harus berusaha lebih keras untuk bergaul dengan sahabat saya. Ia penting artinya bagi saya.” Keempat adalah independen t will kehendak bebas, yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain. Kehendak bebas me mungkinkan orang membuat pilihan sendiri, menguasai emosi-emosi, dan mengatasi kebiasaan serta nalurinya. Orang yang berkehendak bebas memiliki tanggung jawab dan moral. Orang yang proaktif tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Karena orang proaktif telah mencoret dari kamus perbendaharaan bahasanya kata terpaksa dan menggantikannya dengan kata memilih. Contohnya: “Saya tidak mungkin mengendalikan siapa orangtua saya, bera pa biaya kuliah semester berikutnya atau bagaimana orang-orang memperlakukan diri saya. Tetapi sayalah yang memilih bagaimana mengendalikan reaksi saya terhadap apa yang terjadi pada diri saya” atau “Meskipun ia menyebar gosip tentang saya, saya akan bersikap baik dan tak akan membicarakannya di belakang dia.” Dalam lingkungan keluarga misalnya bisa terbentuk pola -pola yang tidak sehat, berbahaya, kasar, dan patut disesali. Orang yang proaktif memiliki kemauan dan kekuatan keras secara sadar mematahkan perilaku yang tidak sehat, berbahaya, kasar dan patut disesali dengan menggantikannya dengan kebaikan, kasih sayang, empati, keakraban, pengertian dan perilaku suka menolong. Kebiasaan proaktif merupakan sumber pendorong untuk berpikir tepat, jelas dan efekt if dalam menentukan sikap dan tindakan. Orang menjadi semakin proaktif atau sebaliknya menjadi semakin reaktif tergantung dari sikap orang terhadap yang terjadi pada dirinya, dengan apa yang dilihat, didengar, disentuh Covey, 1997. Orang yang proaktif memiliki sikap dalam membuat pilihan di kala mendapat rangsangan atau dengan kata lain mampu memberi jeda antara datangnya rangsangan dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut orang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya. Kebiasaan proaktif berarti memilih dan menentukan sikap dan tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai hidup, sehingga keadaan lingkungan tidak dapat mengendalikan atau menentukan apa yang akan terjadi. Orang yang memiliki kebiasaan proaktif memfokuskan perhatiannya pada peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan yang bisa dikendalikan atau dipengaruhinya. Covey 1997:71 menggolongkan peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan menjadi dua macam, seperti yang dilukiskan dalam gambar 2. FOKUS PROAKTIF FOKUS REAKTIF Lingkaran Pengaru h Lingkaran Pengaruh Gambar 2. Fokus Proaktif dan Reaktif Gambar 2 menjelaskan: 1 Orang proaktif berfokus pada ha l-hal yang bisa dipengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga Lingkaran Pengaruhnya Inner Circle of Influence semakin besar. 2 Orang yang reaktif atau tidak proaktif lebih berfokus pada ha l-hal yang sama sekali tidak bisa dipengaruhi, sehingga Lingkaran Kepeduliannya Outer Circle of Concern semakin kecil. Orang yang mempunyai kebiasaan proaktif mampu mengendalikan sikap serta perbuatannya sendiri. Sejalan dengan nilai-nilai hidupnyalah dia mempengaruhi orang dan hal-hal lain dalam hidupnya. Bila orang proaktif, maka ia memfokuskan energi pada “Lingkaran Pengaruh. Lingkaran P engaruh mencakup segala hal yang secara langsung dapat dipengaruhi untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Lingkaran P engaruh ibarat otot yang semakin kekar dan lentur bila dilatih, tetapi menjadi lemah apabila jarang dipakai. Jika seseorang memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat dipengaruhi misalnya kesehatan diri sendiri, maka orang yang bersangkutan memperluas pengetahuan dan pengalamannya dan menumbuhkan sifat layak dipercaya. Sebagai hasilnya, Lingkaran Pengaruhnya berkembang, semakin besar. Sebaliknya, bila seseorang bersikap reaktif, ia akan tertarik membuat dalih atau alasan bukan hasil nyata, karena orang reaktif berfokus pada hal-hal yang tak dapat dikendalikan; waktu dan energinya akan semakin sedikit yang bisa digunakan untuk hal-hal yang dapat dipengaruhi. Akibatnya, Lingkaran Pengaruhnya menciut. Dalam hal inilah Lingkaran Kepedulian menjadi semakin luas dan dapat dijadikan dalih mengapa tidak menghasilkan kar ya apa pun. Lingkaran Kepedulian meliputi berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, misalnya seorang mahasiswa yang selalu mengeluh mengenai biaya kuliah semester berikutnya sesuatu yang tidak bisa dikendalikan mahasiswa yang bersangkutan. Terus mengeluh tentang biaya kuliah adalah sesuatu hal yang tidak ada gunanya karena hanya membuat dia kehabisan waktu untuk memikirkan hal tersebut, padahal ada hal lain yang dapat ia pikirkan untuk dike rjakan. Untuk mengetahui apakah perhatian seseorang berfokus pada Lingkaran Kepedulian atau Lingkaran Pengaruh, perlu dibedakan kata mempunyai dan menjadi . Orang yang memusatkan perhatian di Lingkaran Kepedulian cenderung menggunakan kata mempunyai, misalnya “Seandainya saja saya mempunyai dosen yang lebih sabar…”, “Seandainya saja saya mempunyai orangtua yang lebih peduli…”, “Seandainya saja saya mempunyai uang yang banyak…”, “Seandainya saja saya mempunyai lebih banyak waktu untuk diri sendiri…”. Sedangkan orang yang memusatkan perhatian di Lingkaran Pengaruh cenderung menggunakan kata menjadi, misalnya “Saya menjadi lebih sabar”, “Saya menjadi bijaksana”, “Saya menjadi penuh kasih.” Sebelum berfokus pada Lingkaran Pengaruh, orang perlu mempertimbangkan dua hal dalam lingkaran kepedulian yang layak dipikirkan lebih dalam, yaitu: konsekuensi dan kesalahan. Walaupun bebas untuk memilih tindakannya, tetapi orang tidak bebas untuk memilih konsekuensi dari tindakan itu. Konsekuensi berada di dalam Lingkaran Kepedulian. Contohnya: seorang mahasiswa dapat memutuskan untuk tidak jujur dalam ujian. Tidak jujur adalah kesalahan, maka konsekuensi yang akan dia alami bila ia ketahuan tidak jujur dalam ujian adalah ia akan mendapat sanksi. Orang proaktif memiliki bahasa yang berfokus pada Lingkaran P engaruhnya dan orang reaktif memiliki bahasa yang berfokus pada Lingkaran Kepeduliannya Outer Circle of Concern . Orang yang memakai bahasa proaktif mengekspresikan tanggung jawab atas tindakannya dan sebaliknya orang reaktif tidak menunjukkan tanggung jawab atas perbuatannya. Contoh bahasa proaktif dan bahasa reaktif disajikan dalam gambar 3. Bahasa Proaktif “Saya mau pergi” “Saya mengendalikan perasaan saya” “Mari kita jelajahi alternatif yang ada” “Saya dapat…” “Saya memilih…” “Saya akan…” Bahasa Reaktif “Saya harus pergi’ “D ia membuat saya begitu marah” “Tak ada yang dapat saya lakukan” “Andaikan saja… “Saya tidak bisa” “Seandainya saja” Gambar 3. Bahasa Proaktif dan Reaktif Orang yang memiliki kebiasaan proaktif sadar bahwa cara terbaik untuk menentukan masa depan adalah dengan membangun masa depan itu sendiri. Untuk dapat membangun masa depan, orang harus melatih keempat anugerah manusiawinya. Covey 1997: 36, berpendapat bahwa kebiasaan dapat menunjang dan menghambat perkembangan kepribadian. Jadi pribadi yang proaktif mampu mengambil keputusan sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa mengabaikan kepentingan orang lain, mengekspresikan apa yang terbaik untuk diri sendiri tanpa harus cemas terhadap situasi lingkungan karena memiliki rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri, menjadi apa yang dibutuhkan dan menjadi pemimpin atas dirinya Widanarti, 2003: 3. Mengacu pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ke biasaan proaktif adalah kebiasaan mengambil keputusan sendiri, berdasarkan nilai- nilai hidup, tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal orang lain, situasi dan hal-hal di luar dirinya sendiri.

B. Komponen-komponen Kebiasaan Proaktif

Dokumen yang terkait

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 99

Deskripsi tingkat adversity quotient mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

0 3 114

Hubungan kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, angkatan 2011 dan 2012.

0 13 129

Deskripsi tingkat daya juang mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3 34 100

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4 18 97

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Deskripsi tingkat kematangan karier mahasiswa semester VIII program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2006/2007 - USD Repository

0 0 121

Deskripsi motivasi belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 - USD Repository

0 0 92

Tingkat kecenderungan perilaku konsumtif mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2011 tahun akademik 2013/2014 - USD Repository

0 0 68

Tingkat kreativitas mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 103