Orang yang memiliki kebiasaan proaktif sadar bahwa cara terbaik untuk menentukan masa depan adalah dengan membangun masa depan itu sendiri.
Untuk dapat membangun masa depan, orang harus melatih keempat anugerah manusiawinya. Covey 1997: 36, berpendapat bahwa kebiasaan dapat
menunjang dan menghambat perkembangan kepribadian. Jadi pribadi yang proaktif mampu mengambil keputusan sendiri sesuai
dengan keinginannya tanpa mengabaikan kepentingan orang
lain, mengekspresikan apa yang terbaik untuk diri sendiri tanpa harus cemas
terhadap situasi lingkungan karena memiliki rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri, menjadi apa yang dibutuhkan dan
menjadi pemimpin atas dirinya Widanarti, 2003: 3. Mengacu pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ke biasaan
proaktif adalah kebiasaan mengambil keputusan sendiri, berdasarkan nilai- nilai hidup, tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal orang lain, situasi dan
hal-hal di luar dirinya sendiri.
B. Komponen-komponen Kebiasaan Proaktif
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada beberapa komponen-komponen kebiasaan proaktif Covey, 2001 yakni:
1. Mampu mengambil keputusan Proaktif bukan sikap yang bersifat memaksa, melainkan mampu
memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Orang yang proaktif memiliki prakarsa inisiatif. Mengambil prakarsa inisiatif bukan
berarti mendesak, menjengkelkan atau berperilaku agresif. Poerwadarminta 1976, mendefinisikan prakarsa inisiatif sebagai usaha,
tindakan, memulai berusaha. Orang yang proaktif memiliki sikap “Aku bisa”, memiliki inisiatif untuk memilih dan memikirkan solusi agar terjadi
apa yang dimauinya. Bila seseorang memakai daya inisiatifnya untuk memilih respon-responnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, ia adalah
proaktif. Mengambil inisiatif berarti tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Dengan kata lain, orang proaktif mengganti
kata terpaksa dengan kata memilih. Orang yang proaktif bebas menentukan keputusannya sendiri.
Viktor Franklin menyatakan bahwa kebebasan manusia yang paling dasar adalah kebebasan untuk memilih sikap sendiri, bagaimana pun
situasinya Covey, 1986, 1996, 1998: 33. Dalam memilih respon, orang proaktif dapat mengendalikan sikap dan tanggapannya sendiri terhadap
apa yang terjadi pada dirinya, apa yang didengar, dilihat dan dirasakan. Sebaliknya dengan orang yang reaktif. Orang yang reaktif cenderung
berdalih bahwa sikap dan tindakan mereka disebabkan oleh hal-hal di luar kendali mereka. Dalam merespon rangsangan, mereka sering kali
mengaitkan perilakunya dengan determinan yang bersifat genetik, psikis dan lingkungan.
Dengan determinan genetik, orang menghubungkan perilakunya dengan fa ktor asal keturunan. Contohnya, “Saya seorang tipe menusia
malam. Seluruh keluarga saya juga, sejak sekian generasi ke belakang. Jadi janganlah bicara kepada saya di pagi hari karena saya tidak suka.”
Dengan determinan psikis, orang mengkaitkan perilakunya dengan cara dia dibesarkan dan dididik dalam keluarganya. Contohnya, “Orangtua
saya membenci matematika, jadi saya juga membencinya. Sebagai akibatnya, saya sulit mengatur penerimaan dan pengeluaran saya.”
Dengan determinan lingkungan, orang menghubungkan perilakunya dengan kondisi yang berasal dari kekuatan-kekuatan dan keadaan
eksternal. Contohnya, “Dosen saya selalu mengkritik dan mengeluh. Ia membuat suasana hati saya tidak enak setiap hari.” Unsur determinisme
dapat berpengaruh, tetapi bukan penentu kebebasan memilih perilaku dan sikap.
2. Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup Nilai adalah hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam
kehidupan. Pada umumnya nilai berwujud prinsip-prinsip yang abstrak, sifatnya bukan hal konkret atau bendawi, misalnya keadilan, cinta kasih,
kehormatan, kejujuran. Orang proaktif memanfaatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya yang sejalan dengan nilai-nilai hidupnya. Kalau
orang menghargai kejujuran misalnya, maka orang yang bersangkutan akan cenderung selalu jujur, tidak berbohong, tidak mencuri, uang atau
barang yang ditemukannya akan dikembalikan kepada yang empunya. Orang yang proaktif mengambil keputusan dengan berpedoman pada
nilai-nilai hidupnya yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan
perilakunya secara cermat, penuh kesadaran dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri
Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal adalah akibat dari berpikir dan bertindak proaktif. Orang yang proaktif jarang menyalahkan orang
lain, keadaan lingkungan dan hal-hal di luar dirinya karena orang yang proaktif dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang
dalam kendali orang lain dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang proaktif sadar bahwa keputusannya membuat pilihan
adalah sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan visinya sendiri. Dia tidak menyalahkan orang lain atau keadaan lingkungan untuk hal-hal yang
menimpanya. Orang yang proaktif memiliki kesadaran bahwa pengalaman kehidupan yang dialaminya merupakan hasil dari perilakunya sendiri,
yang dilakukannya atas dasar keputusan yang diambilnya secara sadar. Karena itu dirinyalah yang bertanggung jawab atas pilihannya dengan
berani mengambil resiko atas apa yang terjadi sebagai akibat dari keputusannya.
C. Ciri-ciri Orang yang Proaktif