101 0,483. Dengan demikian budaya organisasi merupakan variabel yang
mempunyai hubungan dominan dengan kinerja karyawan. Dari hasil pengujian korelasi product moment maka hipotesis
ketiga “ ada variabel yang mempunyai hubungan dominan dengan kinerja karyawan”.
D. Pembahasan Hasil penelitian
1. Hubungan budaya organisasi dan locus of control secara serentak dengan kinerja karyawan
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa secara bersama - sama variabel budaya organisasi dan locus of control
mempunyai hubungan secara signifikan terhadap kinerja karyawan PD. Taru Martani. Sedangkan besarnya hubungan kedua variabel tersebut dengan
kinerja karyawan PD. Taru Martani adalah sebesar 0,703 dan termasuk dalam hubungan yang kuat.
Hal ini disebabkan karena sebuah organisasi membutuhkan budaya organisasi yang kuat dan locus of control yang tinggi. Dengan budaya
organisasi yang kuat maka nilai-nilai budaya organisasi baik formal maupun informal dianut secara bersama dan berpengaruh positif terhadap perilaku dan
kinerja pimpinan dan anggota organisasi sehingga kuat dalam menghadapi tantangan eksternal dan internal organisasi. Dengan budaya organisasi yang
kuat maka akan berpengaruh terhadap perilaku positif para karyawannya sehingga akan meningkatkan kinerjanya. Begitu juga dengan perilaku
102 karyawan dalam locus of control, yaitu cara pandang seseorang terhadap
sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya. Dengan demikian budaya organisasi dan locus of control yang semakin baik maka
kinerja karyawan juga semakin meningkat. Hasil temuan ini dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi bagi
PD. Taru Martani untuk selalu meningkatkan kinerja karyawannya terutama pada sikap pimpinan dan karyawan pada acara ritual rekreasi dan olah raga
yang masih memiliki penilaian paling rendah. Hal ini memang jarang dilakukan oleh pihak perusahaan, untuk memberikan rekreasi dan kegiatan
olah raga bagi karyawannya, karena mungkin dirasa belum begitu penting. Tetapi ternyata kepuasan kerja karyawan dalam bidang ini justru dapat
meningkatkan kinerja karyawan 2. Hubungan budaya organisasi dan locus of control secara parsial terhadap
kinerja karyawan Berdasarkan
hasil analisis
koefisien korelasi
parsial menunjukkan bahwa budaya organisasi dan locus of control terbukti
mempunyai hubungan yang signifikan secara parsial terhadap kinerja karyawan.
Adanya hubungan yang signifikan budaya organisasi secara parsial dengan kinerja karyawan, Kinerja karyawan dapat semakin tinggi
karena adanya budaya yang kuat. Budaya yang kuat dalam organisasi merupakan pembangkit motivasi yang luar biasa dalam menuntun perilaku
103 diri karyawan, karena budaya organisasi membantu karyawan melakukan
pekerjaan-pekerjaannya dengan lebih baik terutama dalam hal menjelaskan bagaimana karyawan harus berperilaku setiap saat dan membuat karyawan
merasa lebih baik dengan apa yang dilakukan, sehingga cenderung membuat karyawan bekerja lebih keras Deal dan Kennedy dalam Moh Pabundu Tika
2005 :108. Sedangkan menurut Moh Pabundu Tika 2005 :109, budaya organisasi kuat membangkitkan semangat berperilaku dan bekerja lebih baik.
S.P. Robbins dalam Moh Pabundu Tika 2005 :111, budaya kuat membuat karyawan betah bekerja, loyal dan berkomitmen pada organisasi. Dari hal
tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja karyawan.
Adanya hubungan yang signifikan locus of control dengan kinerja karyawan. Hal ini juga didukung dari pendapat Rotter dalam Fred
Luthans 2005 : 183, yang mengatakan bahwa kinerja karyawan dapat semakin baik dengan adanya locus of control internal dan eksternal. Dimana,
locus of control internal secara umum lebih baik dan memuaskan dalam
melaksanakan tugasnya, lebih disukai kerjanya oleh manajer rajin, terampil, dan berusaha. Sedangkan karyawan yang mempunyai locus of control
eksternal memudahkan manajer dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
organisasi. Hasil ini memberikan rekomendasi bagi manajemen
perusahaan untuk dapat meningkatkan locus of control. Arah perbaikannya
104 adalah dengan merubah tipe locus of control eksternal menjadi locus of
control internal bagi karyawan. Karena keberhasilan, prestasi dan kemajuan
perusahaan ditentukan oleh kemampuan individu pada seluruh karyawan, bukan karena faktor keberuntungan.
3. Variabel yang dominan mempunyai hubungan dengan Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson Product Moment dapat diketahui bahwa budaya organisasi merupakan variabel yang
mempunyai hubugan paling dominan dengan kinerja karyawan. Kinerja karyawan dapat semakin tinggi karena adanya budaya yang kuat. Budaya
yang kuat dalam organisasi merupakan pembangkit motivasi yang luar biasa dalam menuntun perilaku diri karyawan, karena budaya organisasi membantu
karyawan melakukan pekerjaan-pekerjaannya dengan lebih baik terutama dalam hal menjelaskan bagaimana karyawan harus berperilaku setiap saat dan
membuat karyawan merasa lebih baik dengan apa yang dilakukan, sehingga cenderung membuat karyawan bekerja lebih keras Deal dan Kennedy dalam
Moh Pabundu Tika 2005 :108. Sedangkan menurut Moh Pabundu Tika 2005 :109, budaya organisasi kuat membangkitkan semangat berperilaku
dan bekerja lebih baik. S.P. Robbins dalam Moh Pabundu Tika 2005 :111, budaya kuat membuat karyawan betah bekerja, loyal dan berkomitmen pada
organisasi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil analisis korelasi product
moment, dimana koefisien korelasi variabel budaya organisasi sebesar 0,600
105 sedangkan locus of control sebesar 0,483. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa budaya organisasi merupakan variabel yang mempunyai hubungan paling dominan dengan kinerja karyawan.
106
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN