56
H. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
instrumen penelitian mengukur hal-hal yang harus diukur. Validitas menunjukkan kondisi sejauh mana perbedaan yang diperoleh dengan
instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan yang sesungguhnya pada responden yang diteliti. Untuk mengukur validitas item secara empiris
dilakukan dengan teknik korelasi product moment pearson. Validitas suatu item pertanyaan dapat ditentukan dengan melihat tingkat signifikansi pada
koefisien korelasi. Rumus korelasi produk moment Suharsimi Arikunto, 2003 : 225 adalah
sebagai berikut :
r
=
}{
{
}
− −
−
2 2
2 2
γ γ
χ χ
γ χ
χγ
N n
n
2
dimana : r = koefisien antara skor item dan skor total
n = jumlah sampel x = jumlah skor item
xy = skor pada subjek n dikalikan skor total y = jumlah skor total
57 Tarif signifikan ditentukan 5 jika diperoleh hasil korelasi yang lebih
besar dari r tabel, berarti pertanyaan tersebut valid. b. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono 1999:109, hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel
instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Tingkat kehandalan, kemampuan
suatu koesioner dalam mengambil data dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien alpha yang dimiliki, maka semakin dapat dipercaya suatu
koesioner alpha yang dimiliki maka semakin dapat dipercaya suatu koesioner dalam memperoleh data. Rumus yang digunakan untuk koefisien
alpha cronbach Azwar, 2000:76 yaitu
=
+
2 2
2 2
1
1 2
Sx S
S
keterangan :
2
Sx = varrian skor subyek pada seluruh tes x
2 1
S = varian skor belahan
2 2
S = varian skor belahan
= koefisien reliabilitas
58 Kapasitas penilaian tingkat reliabilitas sangat ditentukan oleh
seberapa jauh resiko alpha bila diterima sedikit resiko. Semakin besar nilai alpha yang dihasilkan alpha cronbach 0,5 berarti butir-butir kuesioner
semakin reliabel. Instrumen yang diuji reliabilitasnya adalah budaya organisasi,
locus of control , dan kinerja karyawan. Instrumen diuji reliabilitasnya
karena pernyataan tentang persepsi mengenai budaya organisasi dibuat sendiri oleh peneliti sedangkan pernyataan locus of control dan kinerja
karyawan merupakan terjemahan dari bahasa asing.
I. Teknik analisis data dan pengujian hipotesis
Analisis data merupakan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah Sugiyono, 1999 : 170. Data variabel dalam penelitian ini diukur dengan
instrumen penelitian dan jenis data skala. Skala scale adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan induvidu dalam hal terkait variabel minat
yang kita pelajari. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Skala interval Scale interval merupakan skala yang memungkinkan kita
melakukan operasi aritmetika tertentu terhadap data yang dikumpulkan dari responden. Respon responden dianalisis secara deskriptif. Nilai rata-rata masing-
masing responden dikelompokkan dalam kelas-kelas interval dengan jumlah kelas sehingga intervalnya dapat dihitung adalah sebagai berikut :
1. Interpretasi respon responden Sugiyono, 1999 : 173
59 Interval =
s jumlahkela
nilai nilaimak
min −
2. Pengujian hipotesis a. Hipotesis 1, untuk menguji adakah hubungan antara persepsi mengenai
budaya organisasi dan locus of control secara serentak dengan kinerja karyawan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus korelasi
ganda. Rumus korelasi ganda Sugiyono, 2004 : 218 adalah :
2 1
2 2
1 2
1 2
2 1
2 2
1
1 .
. 2
. .
x x
r x
rx ryx
ryx yx
r yx
r x
x Ry
− −
+ =
keterangan :
2 1
x Ryx
= korelasi antara variabel
1
x
dengan
2
x
secara bersama-sama dengan variabel y.
1
ryx
= korelasi product moment antara
1
x
dengan y
2
ryx
= korelasi product moment antara
2
x
dengan y
2 1
x rx
= korelasi product moment antara
1
x
dengan
2
x
Untuk menguji signifikan koefisien korelasi ganda dihitung dengan rumus Sugiyono, 2004 : 219:
Fh = 1
1
2 2
− −
− k
n R
k R
keterangan : R = koefisien korelasi ganda
K = jumlah variabel X1 dan X2
60 N = jumlah anggota sampel
F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F table b. Hipotesis 2, untuk menguji Adakah hubungan antara persepsi mengenai
budaya organisasi dan locus of control secara parsial dengan kinerja karyawan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan korelasi parsial.
Rumus korelasi parsial Sugiyono, 2004 : 221 adalah :
1 2
x Ryx
=
1 2
2 1
2 2
1 1
2
1 .
1 .
yx r
x x
r x
rx ryx
ryx −
− −
Untuk menguji signifikan koefisien korelasi parsial dihitung dengan Sugiyono, 2004 : 221 rumus :
t = p
r n
rp
2
1 3
− −
keterangan : rp = korelasi parsial
n = jumlah sampel t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel
c.. Hipotesis 3, untuk menguji adakah variabel yang mempunyai hubungan dominan antara persepsi mengenai budaya organisasi dan locus of control
dengan kinerja karyawan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus korelasi produk moment Sugiyono, 2004 : 213, yaitu :
r
=
}{
{
}
− −
− 2
2 2
2
γ γ
χ χ
γ χ
χγ
N n
n
2
61 dimana :
r = koefisien antara skor item dan skor total n = jumlah sampel
x = jumlah skor item xy = skor pada subjek n dikalikan skor total
y = jumlah skor total Tarif signifikan ditentukan 5 jika diperoleh hasil korelasi yang lebih
besar dari r tabel, berarti pertanyaan tersebut valid. Untuk menguji signifikan korelasi product moment dihitung dengan
rumus Sugiyono, 2004 : 215: t =
2
1 2
r n
r −
−
r = korelasi product moment n = jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel
62
BAB IV Gambaran Umum Perusahaan
A. Taru Martani History and Heritage
Sejarah perusahaan cerutu Taru Martani dimulai tahun 1918 saat seorang produsen cerutu dari Belanda mandirikan perusahaan cerutu
perseorangan di Yogyakarta. Lokasi awal perusahaan itu berada di daerah Bulu, pinggir jalan Magelang Yogyakarta. Pada tahun 1921 lokasi
dipindahkan ke Baciro, di jalan Argolobang No.2 A Yogyakarta. Pada tahun yang sama usaha itu diubah menjadi perseroan terbatas bernama N.V
Negresco .
Seiring dengan pendudukan jepang di Indonesia tahun 1942, N.V Negresco
diambil alih oleh pemerintah Jepang dan berganti nama menjadi “Jawa Tobbaco Kojo”. Produksinya mulai meluas, tidak hanya cerutu
bermerek “Mizuho” dan “Koa”. Pemerintah Jepang mendatangkan mesin- mesin produksi rokok putih dari B.A.T. Cirebon.
Saat pemerintahan Jepang jatuh tahun 1945, Jawa Tobbaco Kojo diambil alih oleh pemerintah RI. Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengganti
nama perusahaan menjadi “Taru Martani” yang berarti “Daun yang menghidupi”. Produksinya meliputi cerutu bermerek “Daulat” dan rokok
putih bermerek “Abadi”. Sayangnya pada tahun 1949 perusahaan ini diambil alih kembali oleh N.V. Negresco. Mesin-mesin putih dikembalikan kepada