Defenisi Operasional Metode Pengukuran 1. VariabelKonsep

3.2.2. Defenisi Operasional

Secara lebih spesifik, penelitian ini menggunakan perangkat Tindakan Komunikatif untuk melihat kompetensi maupun seberapa komunikatif percakapan di media sosial. Perangkat penelitian tersebut adalah: 1. Klaim komprehensibilitas Klaim komprehensibilatas dilakukan dengan melihat pilihan semantik dan sintaksis yang digunakan oleh setiap partisipan dalam percakapan di media sosial. Untuk mengetahui klaim ini, peneliti membuat beberapa pertanyaan analisis, yaitu: a. Apakah ada penghilangan kata atau kalimat yang dilakukan komunikator? b. Apakah ada penggunaan jargon-jargon tertentu yang mengarahkan pada konflik atau tidak. kosa kata khusus yang digunakan di bidanglingkungan tertentu. Dalam konteks ini, jargon merujuk pada bidang politik dalam konteks pemilukada. Jargon umumnya digunakan untuk memberi semangat ataupun dukungan kepada kandidat tertentu c. Apakah ada penggunaan kata-kata yang ambigu, membingungkan atau sulit diinterpretasikan? d. Apakah ada penggunaan penekanan dalam percakapan, semisal penggunaan huruf kapital, tanda seru, ataupun bentuk kalimat yang menunjukkan penekanan emosional seperti marah ataupun senang terhadap tema dalam percakapan. 2. Klaim kebenaran Universitas Sumatera Utara Dengan melakukan klaim kebenaran, maka akan diperoleh informasi apakah percakapan yang berlangsung sesuai dengan realitas yang sebenarnya atau tidak. Klaim ini dilakukan untuk mengetahui argumentasi dan bukti-bukti yang digunakan untuk menguatkan argumentasi tersebut. Pertanyaan penelitian yang dirancang untuk ini adalah: a. Apa yang disampaikan setiap partisipan mengenai pemilukada Sumatera Utara 2013? b. Apakah ada kelompok yang dirugikan dari tema yang diangkat oleh komunikator dalam status di dinding grup? c. Apakah partisipan memberikan bukti berkaitan dengan persoalan yang dibahas dalam percakapan? 3. Klaim ketulusan Klaim ketulusan sebenarnya tidak dapat diobservasi, namun dapat diduga. Pertanyaan yang menjadi panduan peneliti untuk dapat menduga klaim ketulusan adalah: a. Apakah ada penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang digunakan untuk mengarahkan pada saling pengertian? b. Apakah ada penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang digunakan untuk mengarahkan sikap permusuhan Majas-majas yang dapat digunakan dalam percakapan yaitu: a Majas Alegori, yaitu majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. b Majas Alusio, yaitu pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Universitas Sumatera Utara c Majas Simile, yaitupengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, sperti layaknya bagaikan, dan lain-lain. d Majas Metafora, yaitu pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain. e Majas Antropomorfisme, yaitu metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. f Majas Hiperbola, yaitu pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan, sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. g Majas Personifikasi, yaitu pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia h Majas Eufemisme, yaitu pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. i Majas Disfemisme, yaitu pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. j Majas Fabel, yaitu menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. k Majas Simbolik, yaitu melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. l Majas Ironi, yaitu sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Universitas Sumatera Utara m Majas Sarkasme yaitu, sindiran langsung dan kasar. n Majas Sinisme, yaitu ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa terdapat pada manusia lebih kasar dari ironi. o Majas Satire, yaitu ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. p Majas Innuendo, yaitu sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. q Majas Apofasis, yaitu penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan r Majas Pleonasme, yaitu menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. s Majas Repetisi, yaitu perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. t Majas Alonim, yaitu penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. u Majas Paradoks, yaitu pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. v Majas Antitesis, yaitu pengungkapan dengan menggunakan kata- kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. w Majas Anakronisme, yaitu ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya. Universitas Sumatera Utara 4. Klaim legitimasi Klaim legitimasi menunjukkan apakah percakapan yang berlangsung sudah mengikuti norma-norma sosial yang disepakati bersama dalam masyarakat. Klaim ini dilakukan untuk mengetahui kepentingan siapa yang diangkat oleh masing-masing partisipan. Pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan pemaknaan mengenai klaim ini adalah: a. Apakah ada keterlibatan partisipan lain dalam percakapan. b. Apakah pendukung kandidat lain ikut dalam percakapan. c. Apakah kelompok tertentu mendapat keistimewaan untuk berkomentar. d. Apakah partisipan yang terlibat menggunakan daya tarik emosional dalam percakapan yang berlangsung? Semisal melibatkan persoalan kekeluargaan, patriotisme, kesukuan ataupun nilai-nilai keagamaan dalam debat. e. Apakah ada penggunaan pendapat dari ahli, tokoh yang lebih tinggi ataupun sumber yang digunakan sebagai alat untuk mendapatkan legitimasi. 3.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013

1 64 93

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006

1 119 95

Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

2 47 70

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL (Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magiste

0 0 26