54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Analisis isi oleh Barelson didefenisikan sebagai “suatu teknik penelitian yang
dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak
manifest” Eriyanto, 2011: 15. Analisis isi mampu menjawab pertanyaan berkaitan dengan “
what, to whom, dan how dari suatu teks. Ada pula Holsti yang mendefenisikannya sebagai “suatu teknik penelitian untuk membuat
inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.
Beberapa tokoh lain seperti Walizar dan Wenir 1978 membuat defenisi analisa ini sebagai prosedur sistematis yang digunakan untuk menguji isi dalam
informasi yang terekam. Kripendorf 1980 mendefenisikannya sebagai teknik
penelitian untuk membuat referensi yang dapat diaplikasikan serta valid dari data sesuai konteks.
Kerlinger 1986 mendefenisikan sebagai metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dengan
aturan kuantitatif dengan tujuan menguji variabel Wimmer, 2001. Analisis ini sangat mengedepankan objektifitas, dalam artian tidak
dibenarkan adanya bias maupun keberpihakan peneliti terhadap objek yang penelitian. Untuk menghindari bias dan keberpihakan, penelitian analisis isi
menggunakan dua orang pengkoding untuk membatasi subjektifitas peneliti. Data yang diperoleh oleh kedua pengkoding ini kemudian akan diuji reabilitasnya. Uji
Universitas Sumatera Utara
realibilitas dilakukan untuk mengetahui apakah analisis isi yang dilakukan dapat diberlakukan sama apabila dilakukan oleh peneliti yang berbeda.
3.2. Metode Pengukuran 3.2.1. VariabelKonsep
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel yang berasal dari keempat klaim yang diajukan oleh Habermas dalam teori tindakan komunikatif. Secara
sederhana, variabel tersebut adalah:
Tabel 3.2.1.1 Variabel Konsep
No. Klaim
Variabel
1. Klaim Komprehensibilitas
1. Penghilangan kata 2. Jargon
3. Kata-kata ambigu 4. Penekanan kata
2. Klaim Kebenaran
1. Tema 2. Kelompok yang dirugikan
3. Bukti mengenai informasi yang
disampaikan 3.
Klaim Ketulusan 1. Penggunaan majas
2. Majas yang mengarahkan saling pengertian
3. Majas yang mengarahkan pada
permusuhan 4.
Klaim Legitimasi 1. Keterlibatan partisipan lain dalam
percakapan. 2. Keterlibatan pendukung kandidat
lain ikut dalam percakapan. 3. keistimewaan untuk berkomentar
pada kelompok tertentu.. 4. Daya tarik emosional
5. Penggunaan pendapat ahli
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Defenisi Operasional
Secara lebih spesifik, penelitian ini menggunakan perangkat Tindakan Komunikatif untuk melihat kompetensi maupun seberapa komunikatif percakapan
di media sosial. Perangkat penelitian tersebut adalah: 1. Klaim komprehensibilitas
Klaim komprehensibilatas dilakukan dengan melihat pilihan semantik dan sintaksis yang digunakan oleh setiap partisipan dalam percakapan di media sosial.
Untuk mengetahui klaim ini, peneliti membuat beberapa pertanyaan analisis, yaitu:
a. Apakah ada penghilangan kata atau kalimat yang dilakukan komunikator?
b. Apakah ada penggunaan jargon-jargon tertentu yang mengarahkan pada konflik atau tidak. kosa kata khusus yang digunakan di
bidanglingkungan tertentu. Dalam konteks ini, jargon merujuk pada bidang politik dalam konteks pemilukada. Jargon umumnya digunakan
untuk memberi semangat ataupun dukungan kepada kandidat tertentu c. Apakah ada penggunaan kata-kata yang ambigu, membingungkan atau
sulit diinterpretasikan? d. Apakah ada penggunaan penekanan dalam percakapan, semisal
penggunaan huruf kapital, tanda seru, ataupun bentuk kalimat yang menunjukkan penekanan emosional seperti marah ataupun senang
terhadap tema dalam percakapan.
2. Klaim kebenaran
Universitas Sumatera Utara
Dengan melakukan klaim kebenaran, maka akan diperoleh informasi apakah percakapan yang berlangsung sesuai dengan realitas yang sebenarnya atau
tidak. Klaim ini dilakukan untuk mengetahui argumentasi dan bukti-bukti yang digunakan untuk menguatkan argumentasi tersebut.
Pertanyaan penelitian yang dirancang untuk ini adalah: a. Apa yang disampaikan setiap partisipan mengenai pemilukada Sumatera
Utara 2013? b. Apakah ada kelompok yang dirugikan dari tema yang diangkat oleh
komunikator dalam status di dinding grup? c. Apakah partisipan memberikan bukti berkaitan dengan persoalan yang
dibahas dalam percakapan? 3. Klaim ketulusan
Klaim ketulusan sebenarnya tidak dapat diobservasi, namun dapat diduga. Pertanyaan yang menjadi panduan peneliti untuk dapat menduga klaim ketulusan
adalah: a. Apakah ada penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang
digunakan untuk mengarahkan pada saling pengertian? b. Apakah ada penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang
digunakan untuk mengarahkan sikap permusuhan Majas-majas yang dapat digunakan dalam percakapan yaitu:
a Majas Alegori, yaitu majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
b Majas Alusio, yaitu pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Universitas Sumatera Utara
c Majas Simile, yaitupengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, sperti
layaknya bagaikan, dan lain-lain. d Majas Metafora, yaitu pengungkapan berupa perbandingan
analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain.
e Majas Antropomorfisme, yaitu metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang
bukan manusia. f Majas Hiperbola, yaitu pengungkapan yang melebih-lebihkan
kenyataan, sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. g Majas Personifikasi, yaitu pengungkapan dengan menyampaikan
benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia h Majas Eufemisme, yaitu pengungkapan kata-kata yang dipandang
tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
i Majas Disfemisme, yaitu pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
j Majas Fabel, yaitu menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
k Majas Simbolik, yaitu melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
l Majas Ironi, yaitu sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Universitas Sumatera Utara
m Majas Sarkasme yaitu, sindiran langsung dan kasar. n Majas Sinisme, yaitu ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran
atau ide bahwa terdapat pada manusia lebih kasar dari ironi. o Majas Satire, yaitu ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi
atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
p Majas Innuendo, yaitu sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
q Majas Apofasis, yaitu penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan
r Majas Pleonasme, yaitu menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan. s Majas Repetisi, yaitu perulangan kata, frase, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat. t Majas Alonim, yaitu penggunaan varian dari nama untuk
menegaskan. u Majas Paradoks, yaitu pengungkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. v Majas Antitesis, yaitu pengungkapan dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. w Majas Anakronisme, yaitu ungkapan yang mengandung
ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Universitas Sumatera Utara
4. Klaim legitimasi Klaim legitimasi menunjukkan apakah percakapan yang berlangsung
sudah mengikuti norma-norma sosial yang disepakati bersama dalam masyarakat. Klaim ini dilakukan untuk mengetahui kepentingan siapa yang diangkat oleh
masing-masing partisipan. Pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan pemaknaan mengenai klaim ini
adalah: a. Apakah ada keterlibatan partisipan lain dalam percakapan.
b. Apakah pendukung kandidat lain ikut dalam percakapan. c. Apakah kelompok tertentu mendapat keistimewaan untuk berkomentar.
d. Apakah partisipan yang terlibat menggunakan daya tarik emosional dalam percakapan yang berlangsung? Semisal melibatkan persoalan
kekeluargaan, patriotisme, kesukuan ataupun nilai-nilai keagamaan dalam debat.
e. Apakah ada penggunaan pendapat dari ahli, tokoh yang lebih tinggi ataupun sumber yang digunakan sebagai alat untuk mendapatkan
legitimasi.
3.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi didefenisikan sebagai “semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui isinya “ Eriyanto, 2011: 109. Dalam penelitian ini, yang menjadi
populasinya adalah perbincangan politik mengenai Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 di media sosial.
Universitas Sumatera Utara
Konsep populasi disini sebenarnya masih abstrak, karenanya harus ada populasi sasaran yang kemudian lebih merinci target penelitian ini. Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah semua percakapan yang berlangsung di akun facebook grup pendukung Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry GANTENG dan
Effendy Simbolon – Jumiran Abdi ESJA selama periode kampanye, yaitu tanggal 18 Februari hingga 3 Maret 2013.
Selama periode tersebut, terdapat 143 akun yang aktif membuat status di akun grup pendukung tersebut. Pengguna sebanyak ini tersebar di 3 grup
pendukung, yaitu Kampung ESJA, PATEN, dan Relawan ESJA. Berikut adalah tabel temuan umum mengenai populasi:
Tabel 3.3.1. Data Populasi
No. Nama Grup
Anggota Akun aktif
Percakapan
1. Grup PATEN
10.575 86
248 3.
Komunitas Aceh Pendukung
Ganteng 248
8 29
4. Kampung ESJA
867 42
194 5.
Relawan Pendukung ESJA
493 7
23
TOTAL 12.275
143 494
Sumber: Kerangka Sampel
Dari data populasi di atas diketahui bahwa dari total 12.275 akun yang terdapat dalam grup-grup pendukung kedua kandidat, hanya 143 akun yang aktif
dalam percakapan selama masa kampanye. Total percakapan yang berlangsung di dinding grup pendukung sebanyak 494 percakapan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk populasi, peneliti memfokuskan pada jumlah akun yang terlibat dalam percakapan selama periode kampanye. Pertimbangannya, ke 143 akun ini
merupakan akun yang dapat dipastikan aktif dalam grup pendukung tersebut selama periode tersebut. Setiap percakapan dari sampel terpilih akan dianalisis,
meskipun jumlahnya lebih dari satu.
3.3.2. Metode Pengambilan Sampel
Dalam analisis isi, terdapat beberapa metode penarikan sampel yang dapat digunakan, yaitu penarikan sampel acak
probability sampling dan penarikan sampel tidak acak
non probability sampling. Penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel acak
probability sampling. Penarikan sampel acak
probability sampling adalah “teknik penarikan sampel yang menggunakan hukum probabilitas” Eriyanto, 2011: 115. Dalam
hukum probabilitas setiap anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Peneliti tidak memilih anggota populasi tertentu
untuk menjadi sampel berdasarkan alasan subjektifitas. Dengan meratanya kesempatan untuk menjadi sampel, maka peneliti dapat membuat generalisasi
mengenai populasi dengan perhitungan yang akurat dan ilmiah. Dari data populasi di atas, diketahui bahwa jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 143 akun. Dengan menggunakan program sample size
calculator yang dapat diperoleh dari situs surveysystem.com diketahui secara otomatis bahwa sampel dalam penelitian ini sebanyak 105 akun. Tingkat
kepercayaan yang digunakan sebesar 95 dengan margin of error sebesar 5.
“Tingkat kepercayaan berhubungan dengan seberapa besar taksiran atau estimasi dari sampel berlaku untuk populasi” Eriyanto, 2011: 166. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
tingkat kepercayaan menunjukkan seberapa besar sampel dapat menjadi gambaran dari keseluruhan populasi.
Metode penarikan sampel acak mewajibkan adanya kerangka sampel sampling frame. Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah semua data
percakapan yang berlangsung selama periode 18 Februari hingga 3 Maret 2013. Data ini diperoleh secara manual oleh peneliti dengan mendata dan
mengkompilasi semua akun yang terlibat dalam percakapan di grup-grup pendukung.
Untuk mendapatkan data sampel, peneliti harus menentukan jenis penarikan sampel yang dipilih dalam penarikan sampel acak. Terdapat beberapa jenis
penarikan sampel, yaitu sampel acak sederhana, sampel acak sistematis, sampel acak stratifikasi, dan sampel acak bertingkat, Peneliti menggunakan sampel acak
stratifikasi. Sampel acak stratifikasi dipilih karena sifat populasi yang heterogen.
Heterogenitas dalam penelitian ini terdapat pada latar belakang partisipan yang ikut dalam grup pendukung. Partisipan berasal dari latar belakang agama, suku,
strata ekonomi maupun pendidikan. Selain itu, grup pendukung ini meskipun dikhususkan sebagai forum dukungan bagi salah satu kandidat namun tidak
menutup kemungkinan bagi orang yang bukan pendukung untuk masuk ke dalam grup tersebut.
Facebook sendiri memiliki beberapa kategori untuk fitur grup, yaitu grup terbuka
open group dan grup tertutup closed group. Dari penelusuran peneliti, grup-grup pendukung “GANTENG” maupun “ESJA” adalah grup
terbuka. Dalam artian, membuka peluang bagi non pendukung untuk terlibat dalam percakapan dan memberikan komentar.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan sampel acak ini memberi peluang kepada masing-masing populasi untuk dapat menjadi sampel. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan
jumlah sampel dari masing-masing akun adalah:
N n
n n
+ =
1
Keterangan : n
1
= Jumlah akun n = Jumlah sampel
N = populasi Dengan menggunakan rumus ini, diketahui jumlah sampel untuk masing-
masing akun, yaitu:
Tabel 3.3.2. Sampel Terpilih untuk Masing-masing Akun
No. Nama Akun
Jumlah sampel 1. Grup Paten
63 143
105 86
= =
x n
2. Komunitas Aceh Pendukung Ganteng
6 143
105 8
= =
x n
3. Kampung ESJA
31 143
105 42
= =
x n
4. Relawan Pendukung ESJA Effendy Simbolon – Djumiran
5 143
105 7
= =
x n
TOTAL 105
Selanjutnya, peneliti menggunakan tabel angka acak untuk menentukan akun yang menjadi sampel dalam penelitian. Angka acak diperoleh dengan
menggunakan fitur add-onasap utilitiesyang terdapat dalam program microsoft
excel.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data yang berasal dari akun grup pendukung di
facebook yang membahas mengenai pemilihan kepala daerah Sumatera Utara. Setiap media sosial memiliki fitur
directory yang akan memudahkan peneliti untuk mencari percakapan mengenai pemilihan kepala
daerah. Kata-kata kunci yang digunakan dalam pencarian di fitur ini adalah kata- kata yang sering diidentikkan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera Utara
ataupun inisial dari masing-masing kandidat. Kata-kata kunci tersebut diantaranya, “pemilukada Sumut”, “Ganteng”, “Gatot”, “ESJA”, “Effendy
Simbolon”, “Jumiran Abdi”, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu dokumentasi. Teknik
dokumentasi dilakukan dengan mendokumentasikan berbagai percakapan yang terdapat di media sosial berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera
Utara 2013. Pemilihan kepala daerah Sumatera Utara melalui beberapa tahap
critical moment, mulai dari periode pengumuman nama dan nomor urut calon, masa
kampanye, masa tenang, pemungutan suara, hingga penetapan calon terpilih. Penelitian ini sendiri memfokuskan pada periode masa kampanye yang mulai
dilaksanakan dari tanggal 18 Februari sd 3 Maret 2013. Pemilihan periode ini karena masa kampanye merupakan periode puncak dalam proses sosialisasi
pemilihan umum. Pada periode ini semua kandidat diberikan keleluasaan untuk menginformasikan kelebihannya dibandingkan kandidat lain, maupun program-
program andalan mereka secara legal. Tensi politik juga lebih kuat pada periode ini.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Reliabilitas Penelitian