Wacana Politik di Media Sosial (Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

(1)

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai

Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala

Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

TESIS

Oleh

Farida Hanim Nim: 117045016

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I

F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A


(2)

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai

Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala

Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Farida Hanim Nim: 117045016

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I

F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013) Nama Mahasiswa : Farida Hanim

Nomor Pokok : 117045016

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D)

NIP. 195102191987011001 NIP. 196710021994031002 (Drs. Hendra Harahap, MSi)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dra.Lusiana Andriani Lubis, MA,Ph.D)

NIP. 196704051990032002 NIP. 196805251992031002 (Prof.Dr.Badaruddin,M.Si)


(4)

iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Telah diuji pada

Tanggal: 12 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Amir Purba, M.A., Ph.D. Anggota : Drs. Hendra Harahap, MSi

Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A. Ph.D. Dra. Dewi Kurniawati, MSi., Ph.D.


(5)

(6)

v

PERNYATAAN

Judul Tesis

“WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL”

(Studi Analisi Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera

Utara tahun 2013)

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Master Ilmu Komunikasi pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebahagian tesis ini bukan hasil karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 11 Februari 2014 Penulis,


(7)

Political Discourse in Social Media

( Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm

Approach on the Application of Public Sphere on Facebook

regarding the local election in North Sumatera in 2013)

Abstract

This study is titled Political Discourse in Social Media, Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm Approach on the Application of Public Sphere on Facebook regarding the local election in North Sumatera in 2013. This study is a modification of the use of critical theory applied to the positivist approach. Positivist approach is used to obtain empirical data on how well the Habermas approach can perform in measuring an issue especially in this case in measuring the social media conversation. The theory used in this study is Communicative Act Theory to describe the competence in communication which eventually improve the quality of conversation in public space on social media.

The method used in this study is content analysis method, while the population of this study is the conversations that took place on Facebook regarding local election issues during election campaign period on February 18th until March 3rd 2013. The data collection used in this particular study is documentation technique where researcher documented every conversation that took place on Facebook regarding North Sumatera’s local election in 2013. The purpose of this study was to compare the quality of conversation which took place on Ganteng’s support group account and ESJA’s support group account.

The findings in this study indicate that both support group account during the campaign period was more widely used as a support forum rather than as a campaign tool. Other findings indicate that the quality of conversation that took place on both account was quite good but still weak in legitimacy. The general conversation themes found was the support of group participants towards the candidates.

Besides, the quality of public space on GANTENG’s support group account looked more ideal than the public space found on ESJA’s support group account. However, there was no significant difference between both support group account. It is seen on the results of hypothetical test which was done using Mann-Whitney U test formula. From the test it was found that the mean value of the GANTENG’s support group account is significantly higher than ESJA’s support group account. Participants in both group accont were noticably weak in the application of legitimacy especially for the participants on the ESJA’s support group account, which leads to the unjustified conversation.


(8)

vii

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala

Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

Abstrak

Penelitian ini berjudul Wacana Politik di Media Sosial, Studi Analisis Wacana dengan Pendekatan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013. Penelitian ini adalah modifikasi dari penggunaan teori kritis yang diaplikasikan dengan pendekatan positivis. Penggunaan pendekatan positivis ini digunakan untuk mendapatkan data empiris mengenai seberapa baiknya pendekatan Habermas dalam mengukur persoalan dalam hal ini percakapan di media sosial. Teori yang digunakan adalah Teori Tindakan Komunikatif yang dapat menggambarkan kompetensi dalam komunikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas percakapan di ruang publik di media sosial.

Metode yang digunakan adalah metode analisis isi, dimana populasi dalam penelitian adalah percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai persoalan pemilukada selama masa kampanye yaitu 18 Februari hingga 3 Maret 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dimana peneliti mendokumentasikan setiap percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai Pemilkada Sumatera Utara tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas percakapan yang berlangsung pada akun grup pendukung GANTENG dan akun grup pendukung ESJA.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua akun grup pendukung selama periode kampanye lebih banyak digunakan sebagai forum dukungan daripada sebagai alat kampanye. Temuan lain menunjukkan bahwa kualitas percakapan yang berlangsung sudah cukup baik namun lemah dalam klaim legitimasi. secara umum tema dalam percakapan yang berlangsungadalah dukungan partisipan terhadap kandidat.

Selain itu kualitas ruang publik dalam akun grup pendukung GANTENG lebih ideal dibandingkan dengan akun grup pendukung ESJA. Akan tetapi perbedaannya tidak cukup signifikan. Hal ini diketahui dari perolehan uji hipotesis yang dilakukan melalui uji beda dengan rumus Mann – Whitney U Test. Dari

pengujian ini didapati bahwa nilai mean dalam akun grup pendukung GANTENG

lebih tinggi daripada akun grup pendukung ESJA dengan perbedaan yang signifikan. Partisipan dalam kedua kelompok lemah dalam penerapan legitimasi terutamanya partisipan pada akun grup pendukung ESJA, sehingga banyak

percakapan yang berlangsung di ruang publik pada akun facebook grup

pendukung tersebut tidak terjustifikasi.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti senantiasa panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah sehingga peneliti dapat

menyelesaikan tesisWacana Politik di Media Sosial, Studi Analisis Wacana

dengan Pendekatan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013.

Tesis ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini tidak terlepas dari kendala dan kekurangan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini pun bisa juga diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak di bawah ini :

1. Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Sumatera Utara.

2. Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A. Ph.D selaku Ketua Program Magister

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat melaksanakan proses penyelesaian tesis ini dengan baik.

3. Drs. Amir Purba, MSi., Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

membantu dalam mendiskusikan, mengarahkan, dan memperbaiki tesis ini sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

4. Drs. Hendra Harahap, MSi selaku dosen pembimbing II dan Sekretaris

Program Magister Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mendiskusikan, serta membuka cakrawala peneliti sehingga tesis ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

5. Dra. Dewi Kurniawati, MSi. Dan Yovita Sabarina, S.Sos. MSi selaku dosen

pembanding yang telah banyak memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah


(10)

ix

tesis ini dengan sebaik-baiknya. Peneliti tidak dapat menjabarkan rasa terima kasih peneliti kepada satu per satu orang karena semua orang punya peran dan jasa tersendiri pada peneliti. Semua orang berperan sebagai bapak, ibu, abang, kakak, saudara, dan teman bagi peneliti.

7. Igede Putu Kristian Artawan selaku suami yang tidak hanya memberikan

dukungan moril namun juga tenaga dan pikiran untuk mengkoreksi tata cara penulisan peneliti. Terima kasih juga karena selama 9 tahun ini telah memberi dukungan emosinal kepada peneliti. Mudah-mudahan sampai akhir usia.

8. Windi Adwina Siregar yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpikir

keras untuk mengkoding data penelitian peneliti selaku pengkoding II dan menjadi teman yang memberikan dukungan moril dan semangat kepada peneliti.

9. Munzaimah Masril sebagai teman seperjuangan yang sama-sama memberi

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini dan menjadi teman bertukar pikiran mengenai tesis ini.

10.Teman-teman satu angkatan di Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU yang

telah membantu lewat motivasi dan semangat selama masa-masa perkuliahan maupun penulisan tesis ini.

11.Sri Handayani dan Nurhanifah Nasution yang telah sangat membantu proses

penyelesaian administrasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan tahapan-tahapan perkuliahan hingga meja hijau dengan sebaik-baiknya.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berharap akan kritik dan saran agar tesis ini bisa dijadikan salah satu contoh yang baik untuk tesis-tesis di masa yang akan datang.

Medan, 12 Februari 2014


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENETAPAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 15

1.3.Tujuan Penelitian ... 16

1.4.Manfaat Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori ... 17

2.1.1 Ruang Publik (Public Sphere) ... 21

2.1.1.1. Sejarah dan Perkembangan Public Sphere ... 2.1.1.2. Ekualitas dalam Ruang Publik ... 23

2.1.1.3. Konsep Legitimasi dalam Ruang Publik ... 24

2.1.1.4. Kritik Terhadap Konsep Ruang Publik ... 26

2.1.2. Teori Tindakan Komunikatif ... 27

2.1.3.1. Rasionalitas dan Kekuatan Illocutionary ... 30

2.1.3.2. Tindakan Komunikatif sebagai Wacana Moralitas ... 33

2.1.3.3. Validitas Kebenaran ... 35

2.1.3. Media Sosial ... 39

2.1.3.1. Bentuk-bentuk Media Sosial... 45


(12)

xi

2.2. Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 53

3.2. Metode Pengukuran ... 54

3.2.1. Variabel Konsep ... 54

3.2.2. Defenisi Operasional ... 55

3.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 59

3.3.1. Populasi ... 59

3.3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 61

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 64

3.5. Reliabilitas Penelitian ... 65

3.6. Metode Analisis Data ... 65

3.7. Unit Analisis ... 67

BAB IV TEMUAN PENELITIAN 4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 68

4.1.1 Analisa Frekuensi ... 69

4.1.2. Uji Hipotesis ... 69

4.2. Analisa Frekuensi ... 71

4.2.1. Tema yang Dibahas dalam Akun Grup Pendukung ... 71

4.2.2. Klaim Komprehensibilitas ... 75

4.2.3. Klaim Kebenaran ... 92

4.2.4. Klaim Ketulusan ... 122

4.2.5. Klaim Legitimasi ... 131

4.3. Uji Hipotesis ... 146

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kegagalan Komunikasi dalam Pandangan Habermas ... 152

5.2. Tema yang Dibahas Partisipan dalam Percakapan di Akun Grup Pendukung ... 156

5.3. Kualitas Penerapan Ruang Publik di Media Sosial ... 158


(13)

5.5. Keterbatasan Temuan Penelitian ... 162

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 163

6.2. Saran ... 164

5.2.1. Saran Penelitian ... 164

5.2.2. Saran dalam Kajian Akademis ... 165

5.2.3. Saran dalam Kajian Praktis ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 166

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 172 LAMPIRAN


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

2.1.3.3. Tabel Klaim Validitas ... 39

3.2.1.1. Variabel Konsep ... 54

3.3.1. Data Populasi ... 60

3.3.2. Jumlah Sampel ... 63

4.2.2.1. Penghilangan Kata ... 76

4.2.2.3.1. Dukungan dalam Jargon pada Akun Grup Pendukung Ganteng ... 81

4.2.2.3.2. Dukungan dalam Jargon pada Akun Grup Pendukung ESJA ... 82


(15)

DAFTAR GAMBAR

4.2.1.1. Pembahasan tentang Pemilukada ... 71

4.2.1.2. Kampanye AHER yang Disebar oleh Partisipan di Grup Pendukung GANTENG ... 73

4.2.1.3. Anas Urbaningrum dalam Percakapan Grup Pendukung ... 74

4.2.2.1. Penghilangan kata ... 75

4.2.2.2. Penggunaan Jargon ... 78

4.2.2.3. Penggunaan Jargon secara Positif atau Negatif ... 79

4.2.2.4. Penggunaan Kata-kata yang Ambigu atau Sulit Diinterpretasikan ... 83

4.2.2.5. Apakah ada penggunaan strategi semantik berupa penekanan tertentu? ... 86

4.2.2.6. Positif atau negatif ... 91

4.2.3.1. Tema yang diangkat oleh Partisipan ... 92

4.2.3.2. Ada kelompok yang dirugikan dari tema yang diangkat oleh komunikator dalam status di dinding grup ... 96

4.2.3.3. Apakah partisipan memberikan bukti berkaitan dengan persoalan yang dibahas dalam percakapan? ... 114

4.2.3.4. Apakah informasi ataupun argumentasi memiliki distorsi? .... 117

4.2.3.5. Bentuk Distorsi Pesan pada Akun Grup Pendukung ... 120

4.2.3.6. Bentuk Distorsi Pesan pada Akun Grup Pendukung ... 121

4.2.4.1. Ada Tidaknya penggunaan majas? ... 122

4.2.4.2. Penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang digunakan untuk mengarahkan pada saling pengertian ... 126

4.2.4.3. Penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang digunakan untuk mengarahkan sikap permusuhan ... 128

4.2.4.4. Partisipan lain yang ikut berkomentar dalam status ... 131

4.2.4.5. Selain Pendukung Kandidat, Ada Pendukung Kandidat yang lain ikut dalam Percakapan ... 133

4.2.4.6. Kelompok Tertentu Mendapat Keistimewaan Untuk Berkomentar ... 135


(16)

xv

4.2.4.7. Partisipan yang Terlibat Menggunakan Daya Tarik Emosional Dalam Percakapan Yang Berlangsung ... 138 4.2.4.8. Penggunaan Pendapat Dari Ahli, Tokoh yang Lebih Tinggi

Ataupun Sumber yang Digunakan Sebagai Alat Untuk Mendapatkan Legitimasi ... 144


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekapitulasi Temuan Penerapan Klaim Komprehensibilitas 2. Rekapitulasi Temuan Penerapan Klaim Kebenaran

3. Rekapitulasi Temuan Penerapan Klaim Ketulusan 4. Rekapitulasi Temuan Penerapan Klaim Legitimasi

5. Percakapan pada Akun Grup Pendukung GANTENG dan ESJA 6. Lembar Pengujian Reliabilitas


(18)

xvii

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala

Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

Abstrak

Penelitian ini berjudul Wacana Politik di Media Sosial, Studi Analisis Wacana dengan Pendekatan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013. Penelitian ini adalah modifikasi dari penggunaan teori kritis yang diaplikasikan dengan pendekatan positivis. Penggunaan pendekatan positivis ini digunakan untuk mendapatkan data empiris mengenai seberapa baiknya pendekatan Habermas dalam mengukur persoalan dalam hal ini percakapan di media sosial. Teori yang digunakan adalah Teori Tindakan Komunikatif yang dapat menggambarkan kompetensi dalam komunikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas percakapan di ruang publik di media sosial.

Metode yang digunakan adalah metode analisis isi, dimana populasi dalam penelitian adalah percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai persoalan pemilukada selama masa kampanye yaitu 18 Februari hingga 3 Maret 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dimana peneliti mendokumentasikan setiap percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai Pemilkada Sumatera Utara tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas percakapan yang berlangsung pada akun grup pendukung GANTENG dan akun grup pendukung ESJA.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua akun grup pendukung selama periode kampanye lebih banyak digunakan sebagai forum dukungan daripada sebagai alat kampanye. Temuan lain menunjukkan bahwa kualitas percakapan yang berlangsung sudah cukup baik namun lemah dalam klaim legitimasi. secara umum tema dalam percakapan yang berlangsungadalah dukungan partisipan terhadap kandidat.

Selain itu kualitas ruang publik dalam akun grup pendukung GANTENG lebih ideal dibandingkan dengan akun grup pendukung ESJA. Akan tetapi perbedaannya tidak cukup signifikan. Hal ini diketahui dari perolehan uji hipotesis yang dilakukan melalui uji beda dengan rumus Mann – Whitney U Test. Dari

pengujian ini didapati bahwa nilai mean dalam akun grup pendukung GANTENG

lebih tinggi daripada akun grup pendukung ESJA dengan perbedaan yang signifikan. Partisipan dalam kedua kelompok lemah dalam penerapan legitimasi terutamanya partisipan pada akun grup pendukung ESJA, sehingga banyak

percakapan yang berlangsung di ruang publik pada akun facebook grup

pendukung tersebut tidak terjustifikasi.


(19)

Political Discourse in Social Media

( Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm

Approach on the Application of Public Sphere on Facebook

regarding the local election in North Sumatera in 2013)

Abstract

This study is titled Political Discourse in Social Media, Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm Approach on the Application of Public Sphere on Facebook regarding the local election in North Sumatera in 2013. This study is a modification of the use of critical theory applied to the positivist approach. Positivist approach is used to obtain empirical data on how well the Habermas approach can perform in measuring an issue especially in this case in measuring the social media conversation. The theory used in this study is Communicative Act Theory to describe the competence in communication which eventually improve the quality of conversation in public space on social media.

The method used in this study is content analysis method, while the population of this study is the conversations that took place on Facebook regarding local election issues during election campaign period on February 18th until March 3rd 2013. The data collection used in this particular study is documentation technique where researcher documented every conversation that took place on Facebook regarding North Sumatera’s local election in 2013. The purpose of this study was to compare the quality of conversation which took place on Ganteng’s support group account and ESJA’s support group account.

The findings in this study indicate that both support group account during the campaign period was more widely used as a support forum rather than as a campaign tool. Other findings indicate that the quality of conversation that took place on both account was quite good but still weak in legitimacy. The general conversation themes found was the support of group participants towards the candidates.

Besides, the quality of public space on GANTENG’s support group account looked more ideal than the public space found on ESJA’s support group account. However, there was no significant difference between both support group account. It is seen on the results of hypothetical test which was done using Mann-Whitney U test formula. From the test it was found that the mean value of the GANTENG’s support group account is significantly higher than ESJA’s support group account. Participants in both group accont were noticably weak in the application of legitimacy especially for the participants on the ESJA’s support group account, which leads to the unjustified conversation.


(20)

xix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti senantiasa panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah sehingga peneliti dapat

menyelesaikan tesisWacana Politik di Media Sosial, Studi Analisis Wacana

dengan Pendekatan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013.

Tesis ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini tidak terlepas dari kendala dan kekurangan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini pun bisa juga diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak di bawah ini :

12.Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Sumatera Utara.

13.Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A. Ph.D selaku Ketua Program Magister

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat melaksanakan proses penyelesaian tesis ini dengan baik.

14.Drs. Amir Purba, MSi., Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

membantu dalam mendiskusikan, mengarahkan, dan memperbaiki tesis ini sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

15.Drs. Hendra Harahap, MSi selaku dosen pembimbing II dan Sekretaris

Program Magister Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mendiskusikan, serta membuka cakrawala peneliti sehingga tesis ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

16.Dra. Dewi Kurniawati, MSi. Dan Yovita Sabarina, S.Sos. MSi selaku dosen

pembanding yang telah banyak memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.

17.Bapak dan Ibu dosen di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah


(21)

tesis ini dengan sebaik-baiknya. Peneliti tidak dapat menjabarkan rasa terima kasih peneliti kepada satu per satu orang karena semua orang punya peran dan jasa tersendiri pada peneliti. Semua orang berperan sebagai bapak, ibu, abang, kakak, saudara, dan teman bagi peneliti.

18.Igede Putu Kristian Artawan selaku suami yang tidak hanya memberikan

dukungan moril namun juga tenaga dan pikiran untuk mengkoreksi tata cara penulisan peneliti. Terima kasih juga karena selama 9 tahun ini telah memberi dukungan emosinal kepada peneliti. Mudah-mudahan sampai akhir usia.

19.Windi Adwina Siregar yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpikir

keras untuk mengkoding data penelitian peneliti selaku pengkoding II dan menjadi teman yang memberikan dukungan moril dan semangat kepada peneliti.

20.Munzaimah Masril sebagai teman seperjuangan yang sama-sama memberi

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini dan menjadi teman bertukar pikiran mengenai tesis ini.

21.Teman-teman satu angkatan di Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU yang

telah membantu lewat motivasi dan semangat selama masa-masa perkuliahan maupun penulisan tesis ini.

22.Sri Handayani dan Nurhanifah Nasution yang telah sangat membantu proses

penyelesaian administrasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan tahapan-tahapan perkuliahan hingga meja hijau dengan sebaik-baiknya.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berharap akan kritik dan saran agar tesis ini bisa dijadikan salah satu contoh yang baik untuk tesis-tesis di masa yang akan datang.

Medan, 12 Februari 2014


(22)

xxi

DAFTAR ISI

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii BAB I PENDAHULUAN

1.5.Latar Belakang Masalah ... 1 1.6.Perumusan Masalah ... 13 1.7.Pembatasan Masalah ... 13 1.8.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14 1.8.1. Tujuan Penelitian ... 14 1.8.2. Manfaat Penelitian ... 15 BAB II URAIAN TEORITIS

2.1. Kajian Terdahulu ... 16 2.2. Paradigma Keilmuan dalam Ilmu Komunikasi ... 18 2.3. Publik Sphere ... 19 2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Ruang Public... 21 2.3.2. Ekualitas dalam Ruang Public ... 25 2.3.3. Konsep Legitimasi dalam Ruang Publik ... 26 2.3.4. Kritik terhadap Konsep Ruang Publik ... 28 2.4. Teori Tindakan Komunikatif ... 29 2.4.1. Rasionalitas dan Kekuatan Illocutionary ... 32 2.4.2. Tindakan Komunikatif sebagai Wacana Moralitas ... 35 2.4.3. Validitas Kebenaran ... 37 2.5. Media Sosial ... 41 2.5.1. Bentuk-Bentuk Media Sosial ... 46 2.6. Implikasi Metodologis ... 50


(23)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 51 3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Facebook ... 51 3.2. Metode Penelitian ... 53 3.2.1. Analisis Isi ... 53 3.2.2. Populasi dan Sampel ... 54 3.2.2.1. Populasi ... 54 3.2.2.2. Sampel ... 56 3.2.3. Unit Analisis ... 58 3.2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 59 3.2.5. Teknik Analisis Data ... 60 3.2.5.1. Hipotesis Penelitian ... 62 3.2.5.2. Reliabilitas Penelitian ... 63 3.2.6. Defenisi Operasional ... 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 70 4.1.1 Analisa Frekuensi ... 71 4.1.2. Uji Hipotesis ... 71 4.2. Analisa Frekuensi ... 73 4.3. Uji Hipotesis ... 150 Perbandingan Klaim Komprehensibilitas ... 150 Perbandingan Klaim Kebenaran ... 152 Perbandingan Klaim Ketulusan ... 152 Perbandingan Klaim Legitimasi ... 153 4.4. Pembahasan ... 155 4.4.1. Kegagalan Komunikasi dalam Pandangan Habermas ... 155 4.4.2. Tema yang Dibahas Partisipan dalam Percakapan di Akun

Grup Pendukung ... 159 4.4.3. Kualitas Penerapan Ruang Publik di Media Sosial ... 161 4.4.4. Perbandingan Kompetensi Komunikasi Partisipan ... 162 4.5. Keterbatasan Temuan Penelitian ... 165 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(24)

xxiii

5.1. Kesimpulan ... 166 5.2. Saran ... 167 5.2.1. Saran Penelitian ... 167 5.2.2. Saran dalam Kajian Akademis ... 168 5.2.3. Saran dalam Kajian Praktis ... 169 DAFTAR PUSTAKA


(25)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Klaim Validitas ... 41 2. Data Populasi ... 55 3. Jumlah Sampel ... 58 4. Penghilangan Kata ... 78 5. Dukungan dalam Jargon pada Akun Grup Pendukung

Ganteng ... 83 6. Dukungan dalam Jargon pada Akun Grup Pendukung

ESJA ... 84 7. Perbandingan Klaim Komprehensibilitas ... 150 8. Perbandingan Klaim Kebenaran ... 152 9. Perbandingan Klaim Ketulusan ... 152 10. Perbandingan Klaim Legitimasi ... 153 11. Tema yang Dibahas Partisipan dalam Percakapan di


(26)

xxv

DAFTAR GAMBAR

4.1 Membahas tentang Pemilukada ... 73 4.2 Penghilangan kata ... 76 4.3 Penggunaan Jargon ... 80 4.4 Penggunaan Jargon secara Positif atau Negatif ... 81 4.5 Penggunaan Kata-kata yang Ambigu atau Sulit

Diinterpretasikan ... 85 4.6 Apakah ada penggunaan strategi semantik berupa

penekanan tertentu? ... 88 4.7 Positif atau negatif ... 93 4.8 Tema yang diangkat oleh Partisipan ... 94 4.9 Ada kelompok yang dirugikan dari tema yang diangkat

oleh komunikator dalam status di dinding grup ... 98 4.10 Apakah partisipan memberikan bukti berkaitan dengan

persoalan yang dibahas dalam percakapan? ... 116 4.11 Apakah informasi ataupun argumentasi memiliki distorsi? .... 120 4.12 Apakah ada penggunaan majas? ... 124 4.13 Penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang

digunakan untuk mengarahkan pada saling pengertian ... 128 4.14 Penggunaan majas-majas atau gaya bahasa tertentu yang

digunakan untuk mengarahkan sikap permusuhan ... 131 4.15 Partisipan lain yang ikut berkomentar dalam status ... 134 4.16 Selain Pendukung Kandidat, Ada Pendukung Kandidat

yang lain ikut dalam Percakapan ... 136 4.17 Kelompok Tertentu Mendapat Keistimewaan Untuk

Berkomentar ... 138 4.18 Partisipan yang Terlibat Menggunakan Daya Tarik

Emosional Dalam Percakapan Yang Berlangsung ... 141 4.19 Penggunaan Pendapat Dari Ahli, Tokoh yang Lebih Tinggi

Ataupun Sumber yang Digunakan Sebagai Alat Untuk Mendapatkan Legitimasi ... 147


(27)

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL

(Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala

Daerah Sumatera Utara Tahun 2013)

Abstrak

Penelitian ini berjudul Wacana Politik di Media Sosial, Studi Analisis Wacana dengan Pendekatan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013. Penelitian ini adalah modifikasi dari penggunaan teori kritis yang diaplikasikan dengan pendekatan positivis. Penggunaan pendekatan positivis ini digunakan untuk mendapatkan data empiris mengenai seberapa baiknya pendekatan Habermas dalam mengukur persoalan dalam hal ini percakapan di media sosial. Teori yang digunakan adalah Teori Tindakan Komunikatif yang dapat menggambarkan kompetensi dalam komunikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas percakapan di ruang publik di media sosial.

Metode yang digunakan adalah metode analisis isi, dimana populasi dalam penelitian adalah percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai persoalan pemilukada selama masa kampanye yaitu 18 Februari hingga 3 Maret 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dimana peneliti mendokumentasikan setiap percakapan yang berlangsung di Facebook mengenai Pemilkada Sumatera Utara tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas percakapan yang berlangsung pada akun grup pendukung GANTENG dan akun grup pendukung ESJA.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua akun grup pendukung selama periode kampanye lebih banyak digunakan sebagai forum dukungan daripada sebagai alat kampanye. Temuan lain menunjukkan bahwa kualitas percakapan yang berlangsung sudah cukup baik namun lemah dalam klaim legitimasi. secara umum tema dalam percakapan yang berlangsungadalah dukungan partisipan terhadap kandidat.

Selain itu kualitas ruang publik dalam akun grup pendukung GANTENG lebih ideal dibandingkan dengan akun grup pendukung ESJA. Akan tetapi perbedaannya tidak cukup signifikan. Hal ini diketahui dari perolehan uji hipotesis yang dilakukan melalui uji beda dengan rumus Mann – Whitney U Test. Dari

pengujian ini didapati bahwa nilai mean dalam akun grup pendukung GANTENG

lebih tinggi daripada akun grup pendukung ESJA dengan perbedaan yang signifikan. Partisipan dalam kedua kelompok lemah dalam penerapan legitimasi terutamanya partisipan pada akun grup pendukung ESJA, sehingga banyak

percakapan yang berlangsung di ruang publik pada akun facebook grup

pendukung tersebut tidak terjustifikasi.


(28)

xviii

Political Discourse in Social Media

( Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm

Approach on the Application of Public Sphere on Facebook

regarding the local election in North Sumatera in 2013)

Abstract

This study is titled Political Discourse in Social Media, Discourse Analysis Study with Positivist Paradigm Approach on the Application of Public Sphere on Facebook regarding the local election in North Sumatera in 2013. This study is a modification of the use of critical theory applied to the positivist approach. Positivist approach is used to obtain empirical data on how well the Habermas approach can perform in measuring an issue especially in this case in measuring the social media conversation. The theory used in this study is Communicative Act Theory to describe the competence in communication which eventually improve the quality of conversation in public space on social media.

The method used in this study is content analysis method, while the population of this study is the conversations that took place on Facebook regarding local election issues during election campaign period on February 18th until March 3rd 2013. The data collection used in this particular study is documentation technique where researcher documented every conversation that took place on Facebook regarding North Sumatera’s local election in 2013. The purpose of this study was to compare the quality of conversation which took place on Ganteng’s support group account and ESJA’s support group account.

The findings in this study indicate that both support group account during the campaign period was more widely used as a support forum rather than as a campaign tool. Other findings indicate that the quality of conversation that took place on both account was quite good but still weak in legitimacy. The general conversation themes found was the support of group participants towards the candidates.

Besides, the quality of public space on GANTENG’s support group account looked more ideal than the public space found on ESJA’s support group account. However, there was no significant difference between both support group account. It is seen on the results of hypothetical test which was done using Mann-Whitney U test formula. From the test it was found that the mean value of the GANTENG’s support group account is significantly higher than ESJA’s support group account. Participants in both group accont were noticably weak in the application of legitimacy especially for the participants on the ESJA’s support group account, which leads to the unjustified conversation.


(29)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dalam banyak hal telah membantu manusia untuk meningkatkan kapasitas hidupnya. Dalam artian keberadaan ragam teknologi komunikasi tersebut telah banyak membantu perkembangan hidup manusia. Manusia dapat bersosialisasi dengan banyak orang dalam waktu yang bersamaan, menjalin komunikasi secara intens dengan orang yang berjauhan jaraknya, serta dapat mempermudah penyebaran informasi. Dengan kata lain, teknologi memungkinkan tidak adanya lagi hambatan jarak dan waktu dalam interaksi manusia. Menurut Jim Foust, internet bahkan “telah menjadi kekuatan sosial yang mempengaruhi bagaimana, kapan, dan kenapa manusia berkomunikasi. Lebih jauh, internet malah telah menjadi kekuatan ekonomi, merubah bagaimana perusahaan beroperasi serta cara berinteraksi” (Grant, 2004: 187).

Teknologi komunikasi, dalam hal ini internet menjadi kebutuhan yang primer pada masyarakat maju. Ragam aktivitas masyarakat khususnya pada masyarakat perkotaan dimudahkan oleh keberadaan internet. Tidak hanya untuk mencari informasi, namun juga untuk menjalin interaksi dengan anggota masyarakat lainnya.


(30)

2

Keberadaan internet yang terus berkembang pesat sejak era 90-an kini menimbulkan perdebatan mengenai konsekuensi potensial dari media baru initerhadap perkembangan proses politik. Hal ini dikarenakan banyak aktivitas diskusi publik termasuk didalamnya pembahasan politik yang kini beralih ke ranah dunia maya. Media massa tidak lagi menjadi primadona untuk diskusi-diskusi publik mengenai persoalan politik. Diskusi tersebut telah berpindah ke forum yang lebih atraktif dan interaktif.

Dunia maya, khususnya lewat media sosial telah memungkinkan

terjadinya percakapan yang sifatnya many to many. Dengan percakapan seperti

itu, setiap orang bisa melibatkan diri dalam percakapan bersama. Hal ini yang tidak dapat diakomodir sepenuhnya oleh media massa.

Media massa, yang selama ini mendominasi ruang publik, bersifat one to many, dimana arah pembicaraan dalam ruang publiknya hanya berasal dari media massa. Publik tidak sepenuhnya terlibat dalam pembicaraan yang interaktif. Dengan kata lain, publik mendapatkan wacana sesuai dengan kepentingan media. Persoalannya, apa yang penting bagi media belum tentu penting bagi publik. Situasi yang terjadi kini, nilai penting tidaknya suatu wacana dilihat dari kepentingan media.

Persoalan semakin besar ketika para pemilik media massa kini mulai memanfaatkan medianya untuk kepentingan politis pribadinya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Saleh (Saleh, 2004) menemukan bahwa kepentingan media sebenarnya menerjemahkan ideologi dari pemilik media. Pada akhirnya, terjemahan atas ideologi pemilik media ini justru mengaburkan peran media dalam ruang publik. Media tidak lagi mengedepankan kepentingan publik, namun


(31)

3

kepentingan politis pemilik media. Menurut Nicholas Garnham, “kepemilikan media oleh kapitalis mendorong terjadinya propaganda kapitalis” (Garnham, 2007: 206). Kondisi terkini, malah menunjukkan bahwa beberapa pemilik media kini ikut dalam bursa capres untuk Pemilu 2014. Hal ini kemudian berpengaruh pada isi media yang turut ‘mengarahkan’ agenda publik agar menganggap penting pemilik media bersangkutan sebagai calon presiden dalam pemilihan umum berikutnya.Perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan pers kemudian ternodai oleh kepentingan pengusaha media yang ingin duduk di puncak kekuasaan.

Di Indonesia, media telah mengalami jatuh bangun untuk mencapai kemerdekaan pers. Selama Soeharto berkuasa banyak media dibredel jika memberitakan persoalan yang sensitif bagi penguasa meskipun persoalan tersebut penting bagi kepentingan publik. Pasca jatuhnya Soeharto mediakemudian memiliki kemerdekaan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Akan tetapi dalam perkembangannya media kemudian menjadi industri besar yang berkiblat pada pilar bisnis.Hal ini ditegaskan oleh Hague, bahwasanya “jika kita menilik kembali kepemilikan media massa, dan pengaruh dari perusahaan periklanan, tidaklah mengherankan jika kemudian isi media massa – tidak hanya berita namun juga hiburan –secara umum bersahabat dengan kepentingan perusahaan”(Hague,1999:43).

Pengaruh kepentingan bisnis ini kemudian membuat perusahaan media berusaha untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya Akibatnya, pemberitaan media cenderung mengedepankan unsur kontroversi dibandingkan unsur informasi dan pemenuhan kebutuhan publik akan informasi.


(32)

4

Di tengah situasi ini, keberadaan media sosial membawa angin segar untuk keberadaan ruang publik yang lebih baik. Media baru telah melahirkan komunikasi yang lebih interaktif dalam masyarakat demokrasi. Dalam kajian ilmiah, situasi ini disebut sebagai demokrasi digital (digital democracy). Menurut Bryan, Tsagarousianou dan Tambini (Van Dijk,2006), demokrasi digital dapat meningkatkan kapasitas dalam beberapa hal, yaitu:

1. Demokrasi digitalmeningkatkan pencarian dan pertukaran informasi antara

pemerintah, administrasi publik, perwakilan masyarakat, organisasi politik dan komunitas, maupun individu warga negara.

2. Demokrasi digital mendukung terjadinya debat publik, proses pertimbangan

keputusan, dan pembentukan formasi komunitas.

3. Demokrasi digital meningkatkan partisipasi warga negara dalam proses

pembuatan keputusan.

Komunikasi interaktif merupakan hal yang vital dalam masyarakat demokratis tersebut. Perbincangan yang terjadi secara aktif dan timbal balik

dianggap sebagai bagian dari partisipasi politik dalam konteks publik

sphere.Public spheredidefenisikan sebagai “model interaksi dimana individu yang setara dan saling bergantung satu sama lain dapat membangun interpretasi yang memungkinkan bagi setiap orang tersebut untuk menyerukan respon umum untuk segala kebutuhan kolektifnya ataupun menunjukkan ketidakpuasan” (Johnson, 2006: 1)

Dunia maya pada akhirnya telah membantu memperluas ruang publik alternatif yang menawarkan cita rasa baru dan lebih memberdayakan masyarakat.Keberadaan ruang publik alternatif ini pun kemudian dimanfaatkan


(33)

5

untuk berbagai aktivitas politik. Kampanye politik kini telah berkembang kepada media baru, yaitu media sosial. Kalangan masyarakat menengah perkotaan kini

secara aktif menggunakan media sosial sepeti facebook, youtube, twitter,

thumbler, Linkedin dan sebagainya sebagai bagian dari proses interaksi. Tidak mengherankan kalau kemudian para politisi pun menggiatkan penggunaan medium ini untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Semakin aktif masyarakat bermedia sosial, semakin agresif pula para politisi untuk menyuarakan programnya di media tersebut. Para politisi telah mengembangkan media kampanyenya dari media konvensional seperti penyebaran brosur, spanduk, baliho, ataupun media massa ke media sosial. Masing-masing kandidat memiliki

akun grup pendukung di facebook maupun twitter. Melalui facebook, grup

pendukung ini menuangkan segala bentuk dukungan terhadap para kandidat. Di sisi lain, media baru ini juga meningkatkan partisipasi publik terhadap berbagai persoalan politik yang berkembang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Aelst and Walgrave yang meyakini bahwa partisipasi politik dapat difasilitasi melalui teknologi. Aksi-aksi politik semakin dimudahkan, dipercepat dan lebih universal dengan mengembangkan teknologi (Donk, 2004). Dengan kata lain, keberadaan internet cukup mumpuni untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap persoalan politik, walaupun tidak ada hubungan pasti antara keberadaan internet terhadap partisipasi langsung masyarakat dalam pemungutan suara.

Keberadaan media sosial telah menjadi alternatif saluran informasi tanpa perlu mengkhawatirkan persoalan kepentingan bisnis maupun politis media. Dengan konsep many to many, setiap orang dapat menjadi ”jurnalis” yang dapat menyebarluaskan informasi dengan versinya masing-masing. Dengan kata lain,


(34)

6

kepentingan masing-masing individu ataupun kelompok yang terlibat dapat terakomodir lewat media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial mampu menunjukkan konsep ruang publik yang sebenarnya yaitu ruang publik yang berasal dari warga dan untuk warga.

Akan tetapi, keberadaan internet dalam ruang publik juga bukannya tanpa perdebatan. Media sosial telah memunculkan berbagai perdebatan bebas di masyarakat maupun forum diskusi yang melibatkan komentar maupun wacana baru yang tak jarang justru menyesatkan masyarakat. Kebebasan berkomentar di dunia maya seringkali digunakan tidak pada tempatnya. Partisipan yang terlibat dalam proses tersebut seringkali tidak memiliki kompetensi komunikasi sehingga justru menimbulkan persoalan baru. Dalam media sosial, terjadi percakapan seperti layaknya di dunia nyata. Setiap partisipan yang terlibat dapat melempar sebuah isu yang kemudian akan ditanggapi oleh partisipan lainnya. Percakapan terjadi lewat status, komentar, tweet, ataupun foto yang diunggah ke akun media sosial tersebut.

Beragam persoalan pun kemudian digulirkan di media sosial. Mulai dari hal yang sederhana seperti peristiwa yang dialami sehari-hari, hingga persoalan yang berkaitan dengan pemerintahan, ekonomi, maupun politik. Setiap orang bebas menyampaikan isi pikiran maupun perasaannya di media sosial. Bebas, tanpa ada sensor dari pemerintah.

Percakapan dalam media ini tak jarang kemudian menimbulkan polemik tersendiri di masyarakat. Hal ini dikarenakan percakapan tersebut justru memunculkan perdebatan sebagai akibat dari kurangnya akurasi data, penggunaan


(35)

7

kata-kata yang tidak senonoh, hingga tindakan yang disengaja untuk merusak reputasi orang lain (cyberharassment).

Cyberharassment sendiri memang belum menjadi kajian yang umum di

Indonesia. Dari beberapa literatur yang peneliti baca, tidak banyak yang

membahas persoalan cyberharassment ini. Akan tetapi di Amerika Serikat,

persoalan cyberharassment sudah menjadi perhatian. Di negara ini, tindakan yang dikategorikan sebagai cyberharassment adalah perilaku yang dimaksudkan untuk mengganggu orang ataupun kelompok lain yang dilakukan melalui perangkat teknologi komunikasi. Perangkat ini dapat berupa pesan singkat (sms), pesan di blackberry (BBM), ataupun media sosial. Cyberharassment hanya dilakukan oleh orang dewasa. Apabila pelaku adalah anak-anak dan remaja, diistilahkan sebagai cyberbully (sumber: uslegal.com/c/cyberbully).

Peristiwa cyberharassment dapat terjadi di media sosial, mengingat

banyaknya isu dan percapan yang tidak terkontrol dan memiliki filter. Partisipan yang terlibat di dalamnya secara sadar maupun tidak sadar sering melakukan tindakan yang merusak reputasi orang lain lewat informasi yang disebarluaskan, ataupun pemilihan kata-kata yang tidak pada tempatnya. Sebuah lembaga non

profit Amerika, yaitu National Crime Prevention Council (NCPC) kemudian

membuat beberapa klasifikasi tindakan yang dikategorikan sebagai

cyberharassment. Tindakan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu,

berpura-pura sebagai orang lain untuk mengelabui orang lain, menyebarluaskan kebohongan dan rumor, mengelabui orang lain agar mau mengungkapkan data-data personal, mengirimkan atau meneruskan pesan-pesan yang tidak baik ataupun kasar (ncpc.org).


(36)

8

Situasi ini mengakibatkan terjadinya perang komentar di media sosial yang bersangkutan. Perang komentar terjadi ketika masing-masing pihak yang terlibat mempertahankan pendapatnya sebagai hal yang paling benar dibandingkan dengan pendapat orang lain. Pada akhirnya, debat yang terjadi didalamnya hanyalah sebuah debat kusir tanpa penyelesaian apapun. Seringnya bahkan informasi yang disampaikan sama sekali tidak memiliki dasar/bukti. “Perang” ini pun tak jarang berpindah ke dunia nyata, sehingga banyak relasi sosial yang rusak karena perang komentar tadi.

Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai nilai negatif dari media sosial. Ketiadaan sensor membuat setiap partisipan dapat mengeluarkan pernyataan yang tidak berdasar dan tidak mempertimbangkan hak-hak sosial orang lain. Dengan semakin terbukanya percakapan di media sosial maka lebih besar pula peluang terjadinya persoalan hukum berkaitan dengan pernyataan yang disampaikan melalui media sosial tersebut. Indonesia sendiri mengatur persoalan yang berkaitan dengan dunia maya melalui UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekroktronik. Disini disebutkan bahwa perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat menyebabkan perubahan kegiatan manusia yang pada akhirnya melahirkan bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.

Percakapan yang berlangsung dapat mengalami kegagalan karena siapa saja, dengan latar belakang apa saja, dapat memberikan komentar apa saja. Dengan kata lain, tidak setiap partisipan memiliki kompetensi untuk memberikan komentar terhadap berbagai persoalan yang dilempar dalam forum media sosial. Wacana di media sosial akhirnya kehilangan nilai legitimasi karena kurangnya


(37)

9

kompetensi partisipan. Padahal, wacana membutuhkan legitimasi tersebut. Dalam paparan Van Leeuwen (Leeuwen, 2007) wacana dilihat sebagai wacana legitimasi dapat memperluas dimensi wacana itu sendiri. Di satu sisi dapat menjelaskan praktek sosial, dan di sisi lain menjelaskan nilai wacana yang berlangsung.

Munculnya debat kusir yang disertai dengan komentar negatif, kata-kata kasar, mendiskreditkan, dan merusak reputasi orang lain adalah gambaran bagaimana tidak komunikatifnya partisipan yang terlibat dalam percakapan di media sosial, yang pada akhirnya menjadi cyberharasment. Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa percakapan dalam media sosial akhirnya kehilangan nilai moral wicara.

Akan tetapi, di sisi lain media sosial tak pelak lagi diakui sebagai bagian kebebasan berekspresi alternatif selain media yang sudah ada sebelumnya seperti televisi, media penyiaran, ataupun media cetak. Media sosial menjadi bagian yang

tidak dapat diabaikan begitu saja dalam perkembangan publik sphere di

masyarakat. Bahkan dalam pandangan peneliti dapat dikatakan bahwa media

sosial lebih menggambarkan konsep publik sphere itu sendiri dibandingkan

dengan media massa.Dengan sifatnya yang many to many, media sosial memberi

kesempatan yang sama bagi setiap pemilik akun untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya. Setiap pemilik akun bebas menyebarkan informasi maupun memberikan komentar terhadap berbagai wacana yang muncul dalam media sosial. Berbeda dengan media massa yang bersifat one to many, dimana informasi yang disebarluaskan bersifat satu arah.

Secara ideal, dalam publik sphere seharusnya berlangsung komunikasi


(38)

10

percakapan memiliki kompetensi dalam berkomentar. Tidak hanya sekedar memberikan komentar, namun dapat memberikan komentar yang bermakna.Ruang publik yang ideal juga tercapai ketika setiap orang yang terlibat dalam percakapan bersedia untuk menerima berbagai perbedaan pendapat yang muncul, dan tidak merasa bahwa pendapatnya yang paling benar. Setiap orang yang terlibat harus bersedia untuk “sepakat untuk tidak sepakat”. Ketika hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa proses komunikasi yang berlangsung menuju pada publik sphere yang cerdas.

Format media sosial yang paling populer di Indonesia saat ini adalah twitter dan facebook. Kedua akun ini menjadi salah satu akun favorit dan tidak

jarang dikoneksikan dengan akun media sosial lainnya seperti path, instagram,

foursquare, dan sebagainya. Facebook sebagai salah satu media sosial yang

populer tercatat memiliki jumlah pengguna yang besar. Hingga Mei 2013, tercatat

terdapat 1,1 milyar pengguna akun ini

Popularitasnya memang berkurang ketika twitter mulai ramai digunakan. Akan

tetapi, facebook juga tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh pengguna.

Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Program

Ilmu Komputer di Universitas Harvard. Zuckerberg yang ketika itu berusia 19

tahun mengembangkan facebook sebagai “direktori yang reliabel (dapat

diandalkan) berdasarkan informasi yang nyata mengenai mahasiswa” (Kirpatrick, 2010) di Universitas Harvard.

Pada 4 February 2004, domain facebook yang pada waktu itu masih

menggunakan nama thefacebook dapat diakses melalui internet. Mahasiswa yang ikut bergabung membagi pengalaman ataupun kegiatan mereka selama di Harvard


(39)

11

dengan mahasiswa lainnya, dimana setiap orang punya akses terhadap orang lainnya. Dengan thefacebook, orang yang memiliki kecendrungan introvert tetap dapat bersosialisasi dengan orang lain meskipun harus melalui perangkat teknologi. Lebih jauh, thefacebook telah menjadi jaringan sosial.

Pergerakan thefacebook pada waktu itu sudah cukup progresif. Baru empat hari dirilis saja sudah tercatat 650 orang mahasiswa yang ikut bergabung. Pada hari kelima, tercatat tiga ribu orang bergabung disini (Kirkpatrick, 2010: 31). Facebook menjadi pembicaraan di ruang-ruang publik Harvard. Sebagai jaringan sosial Harvard, Zuckerberg membuat beberapa batasan untuk memastikan privasi pengguna. Diantaranya adalah keharusan untuk menggunakan nama asli dan

memiliki email harvard.edu yang tentu saja hanya dimiliki oleh mahasiswa

Harvard.

Akan tetapi pada minggu kedua setelah rilis muncul banyak permintaan dari

kampus-kampus lain untuk bergabung dengan thefacebook. Pada akhirnya

thefacebook telah berkembang tidak hanya sebagai jejaring sosial antar

mahasiswa, namun antar kampus.

Dengan pergerakan yang demikian cepat akhirnya Zuckerberg memutuskan

bahwa ia tidak sanggup menangani thefacebook sendirian. Akhirnya ia meminta

bantuan Dustin Moskovitz yang juga merupakan teman sekamarnya. Peran Moskovitz menurut Zuckerberg adalah salah satu peran vital yang membuat

thefacebook sukses besar hingga kini. Moskovitz telah membantu

menyempurnakan fitur-fitur dalam thefacebook yang kemudian terus menarik


(40)

12

seperti Columbia, Stanford dan Yale telah bergabung dengan thefacebook. Setelah itu, MIT, Universitas Boston, dan beberapa universitas lain turut bergabung.

Pada pertengahan April 2004, thefacebook resmi menjadi perusahaan yang

berbasis profit. Nama Zuckerberg, Moskovitz, dan Saverin tercatat sebagai pendiri

perusahaan. Thefacebook resmi menerima investor sebagai penyandang dana.

Akan tetapi jangkauannya masih terbatas pada lingkup universitas.

Beberapa waktu kemudian, seiring semakin banyaknya investor dan universitas yang bergabung, thefacebook merubah konsep perusahaan skala kecil menjadi perusahaan skala besar. Pada periode ini pula tepatnya 20 September 2005 thefacebook berubah nama menjadi Facebook. Pergantian nama ini dibuat dengan pertimbangan efisiensi nama, dan logo, dengan harapan bahwa pergantian nama ini akan semakin memudahkan interaksi antara facebook dan pengguna.

Facebook kini telah menjadi perusahaan skala dunia. Hampir seluruh dunia menggunakan akses ini untuk menjalin interaksi sosial melampau batas geografis.

Bahkan kini facebook telah ikut ke bursa saham dunia. Hal ini menunjukkan

bahwa facebook, yang awalnya hanya dirancang dari sebuah kamar asrama di

Harvard telah berhasil merubah konsep interaksi manusia yang awalnya mengedepankan komunikasi tatap muka menjadi komunikasi dengan perantaraan

teknologi. Facebook memang tidak akan bisa benar-benar menggantikan fungsi

komunikasi tatap muka, namun keberadaannya namun dapat menjadi “alat untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain” (Kirkpatrick, 2010: 12).

Dengan penggunaan akun yang progresif, dapat dikatakan bahwa keberadaan media sosial dalam hal ini facebook di ruang publik akan semakin penting. Media sosial ini mampu memberikan akses informasi yang lebih luas,


(41)

13

lebih cepat dan lebih bebas. Pemilik akun juga memiliki kendali berkaitan dengan persoalan apa yang menurutnya penting untuk dibicarakan atau disebarluaskan.

p1

Pemilukada yang telah berlangsung pada 7 Maret 2013 lalu diikuti oleh 5 pasang kandidat yang mengajukan beragam program pembangunan demi Sumatera Utara yang lebih baik.Kelima kandidat tersebut adalah Gus Irawan Pasaribu-Soekirman (GUSMAN) yang mendapatkan nomor urut 1, Effendi MS Simbolon-Jumiran Abdi (ESJA) pada nomor urut 2, Chairuman Harahap-Fadly Nurzal (CHARLY) mendapatkan nomor urut 3, Amri Tambunan-R.E Nainggolan pada nomor urut 4, dan Gatot Pujo Nugroho-T. Erry Nuradi (GANTENG) yang menempati nomor urut 5. Proses demokrasi ini sendiri akhirnya dimenangkan oleh pasangan No. 5 yaitu Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi (GANTENG) dengan perolehan suara sebanyak 33 persen. Posisi kedua diduduki oleh pasangan Effendy Simbolon dan Jumiran Abdi (ESJA) yang mampu mencapai 24 persen dari total perolehan suara.

Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) Sumatera Utara menjadi salah satu peristiwa politik yang ramai dibicarakan oleh masyarakat Sumatera Utara. Dalam PEMILUKADA ini, masyarakat Sumatera Utara menggantungkan harapan akan masa depannya pada tangan kandidat yang mengajukan diri sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.

Keberadaan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada posisi puncak pemilihan kepala daerah Sumatera Utara sebenarnya sudah dapat diprediksi oleh beberapa lembaga survey. Hasil survey dari Polmark Research Centre (PRC) menunjukkan bahwa pasangan ini selalu berada pada level top of

11


(42)

14

mind calon pemilih Sumatera Utara. Fenomena menarik justru terjadi pada

pasangan ESJA. PRC mencatat bahwa pada survey-survey yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa pasangan ini selalu berada pada posisi 3, dibawah pasangan kandidat Gus Irawan Pasaribu dan Sukirman (GUSMAN). Akan tetapi pergerakan politik justru menunjukkan pasangan ESJA mampu menggeser posisi pasangan GUSMAN, dengan perolehan suara mencapai 24 persen.

Kedua kandidat ini dapat dikatakan mewakili dua perwakilan masyarakat dengan latar belakang psikologis budaya yang berbeda. Pasangan GANTENG mewakili masyarakat dengan latar belakang Islam dan merupakan kombinasi suku Jawa dan Melayu. Pasangan ESJA sendiri merupakan kandidat dengan latar belakang kombinasi Kristen dan Islam, serta berasal dari suku Batak dan Jawa. Keberadaan Effendy Simbolon dalam pemilihan kepala daerah ini pun bukannya tanpa perdebatan. Latar belakang Effendy Simbolon yang tidak lahir dan dibesarkan di tanah Sumatera Utara tampaknya menjadi perdebatan tersendiri di masyarakat mengenai kadar ‘kebatakan’ dari Effendy Simbolon.Dikutip dari

situs

Banjarmasin, dan menghabiskan masa sekolahnya di Banjarmasin dan Jakarta. Dengan hasil pencapaian sebagai dua kandidat terkuat dalam pemilihan kepala daerah Sumatera Utara, ditambah dengan latar belakang psikologi yang beragam tentunya menimbulkan banyak perbincangan dan perdebatan di masyarakat. Perbincangan terjadi di ruang-ruang publik, mulai dari warung kopi, kampus, kendaraan umum, media massa, hingga media sosial.

Media sosial sendiri kini menjadi alternatif baru dalam penyampaian aspirasi publik. Kemudahan untuk membuka akses di media sosial telah


(43)

15

menjadikannya sebagai satu primadona dalam interaksi dan komunikasi dimasyarakat, khususnya masyarakat menengah perkotaan. Melalui media sosial, setiap partisipan yang terlibat di dalamnya bebas untuk menyuarakan pendapat mengenai berbagai isu yang berkembang di masyarakat. Mulai dari persoalan ekonomi, sosial, maupun politiktermasuk pemilihan kepada daerah Sumatera Utara 2013.

Setelah KPU merilis secara resmi nama-nama calon peserta Pemilukada Sumatera Utara 2013, muncul beragam tanggapan baik positif maupun negatif di media sosial. Ragam komentar dari masyarakat mewarnai keseluruhan proses pemilihan kepala daerah ini. Tak jarang pula komentar ini saling sahut menyahut, bahkan sering mengarah pada debat kusir diantara para pendukung tersebut. Situasi ini tentu menunjukkan bagaimana media sosial kian menjadi alternatif untuk berpendapat, baik untuk menyuarakan dukungan maupun menjatuhkan lawan politik dalam konteks pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara. Salah satu forum yang digunakan dalam media sosial adalah akun-akun grup pendukung seperti facebook.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti membuat perumusan

masalah sebagai upaya untuk menjawab berbagai persoalan cyberharassment

yang muncul di media sosial, yaitu:

1. “Tema yang menjadi fokus perhatian dalampercakapan di ruang publik

melaluifacebook berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera

Utara 2013”

2. “Seberapa baik atau seberapa buruk penerapan ruang publik di facebook


(44)

16

3. “Siapa sajakah partisipan yang terlibat dalam percakapan di ruang publik

melalui facebook berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera

Utara 2013”

4. “Bagaimanakah kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh partisipan

yang terlibat dalam percakapan di ruang publik melaluifacebook berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera Utara 2013”

1.3.Tujuan Penelitian

Peneliti merangkum tujuan penelitian ini atas beberapa tujuan, yaitu:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tema-tema apa sajakah yang

diangkat sebagai bahasan dalam percakapan di media sosial berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penerapan ruang publik di media sosial.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas kompetensi

komunikasi pada akun grup pendukung GANTENG dan ESJA.

4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi komunikasi dari

partisipan yang terlibat dalam pembicaraan di ruang publik melalui media sosial berkaitan dengan pemilihan kepala daerah Sumatera Utara 2013.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih

terhadap perkembangan analisis wacana dengan paradigma positivis.

2. Secara akademis, penelitian ini dilakukan untuk lebih memperkenalkan

kajian wacana dengan pendekatan Habermas.

3. Secara akademis, penelitian ini dilakukan untuk lebih memberi


(45)

17

4. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi kajian ilmiah mengenai


(46)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teori

2.1.1.Ruang Publik (Public Sphere)

Konsep ruang publik merupakan bagian vital dalam negara demokratis. Demokrasi dapat berjalan dengan baik jika dalam suatu negara terdapat ruang publik yang egaliter dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan menyampaikan idenya (Littlejohn, 2009). Dalam perkembangan demokrasi modern, egalitas mencakup seluruh individu warga negara dan tidak terfokus pada kelompok-kelompok kepentingan tertentu. Ragam ide dan gagasan berhak mendapat porsi yang sama di masyarakat. Dalam prakteknya, banyak upaya pembungkaman yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, terutama yang mayoritas atas ide-ide yang mereka anggap bertentangan dengan nilai yang mereka anut, terutama ide yang berasal dari kelompok minoritas. Aneka ragam pembungkaman tersebut berlangsung di ruang publik, tempat dimana terjadi percakapan antara kelompok maupun individu masyarakat, baik yang minoritas maupu n mayoritas.

Secara defenitif, ruang publik dapat didefenisikan sebagai “ruang yang terletak diantara komunitas ekonomi dan negara tempat publik melakukan diskusi yang rasional, membentuk opini mereka, serta menjalankan pengawasan terhadap pemerintah” (Habermas, dalam Saleh, 2004: 49). Habermas juga menekankan bagaimana “ruang publik dapat dilihat sebagai penyambung jaringan dan jarak yang berlapis” (Couldry, 2007: 80). Keberadaan ragam jaringan budaya yang


(47)

19

semakin beragam dalam pertemuan masyarakat dunia dan publik, ditambah jarak yang sepertinya semakin terbatas dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin maju menuntut hubungan yang berkualitas untuk menciptakan ketentraman dalam proses interaksi tersebut.

Rouper, seperti dikutip oleh Toulouse (1998) mengungkapkan terdapat tiga prinsip utama dalam ruang publik, dalam (Saleh, 2004) yaitu:

1. Akses yang mudah terhadap informasi.

Teknologi masa kini memungkinkan anggota masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Pada masa awal ruang publik berkembang, akses ini hanya dimiliki oleh sebagian kecil kelompok

masyarakat, dalam hal ini kaum borjuis. Keberadaan publik sphere

kemudian semakin berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan media massa. Media massa semakin memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk menyampaikan ide maupun gagasannya untuk dibicarakan di forum-forum publik. Akan tetapi, keberadaan media massa dalam ruang publik kemudian memunculkan persoalan sendiri ketika kepemilikan media massa terkonsentrasi pada sekelompok kecil pengusaha media. Ditambah pula dengan kepentingan politik para pemilik media yang turut memberi warna dalam isi pemberitaannya. Hal ini lah yang kemudian membuat ketidaksetaraan dalam politik. Individu awam tidak memiliki akses yang sama seperti halnya kelompok elite tertentu. Perkembangan terkini dengan adanya internet, lebih menjamin ketersediaan informasi bagi masyarakat serta


(48)

20

meminimalisir kemungkinan pengaruh ideologi media dan pemiliknya dalam proses pembentukan opini dalam ruang publik.

2. Tidak ada perlakuan istimewa (privilege) terhadap peserta diskusi

(partisipan).

Tidak adanya privelege diartikan bahwa setiap anggota masyarakat

memiliki kesetaraan dalam proses wicara. Tidak ada kelompok yang lebih dominan atas kelompok lainnya. Inilah yang kemudian akan dijelaskan dalam bagian berikutnya sebagai ekualitas.

3. Peserta/partisipan mengemukakan alasan rasional dalam berdiskusi

mencari konsensus.

Alasan rasional menjadi syarat penting terwujudnya ruang publik yang baik. Rasionalitas dalam debat akan menjamin bahwasanya debat yang berlangsung adalah debat yang dapat dipertanggungjawabkan dengan sumber informasi yang benar dan tepat, sehingga dapat menghindarkan terjadinya debat kusir ataupun pertarungan emosional antar partisipan.

2.1.1.1.Sejarah dan Perkembangan Teori Public Sphere

Publik sphere sendiri diperkenalkan oleh Jurgen Habermas, seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Habermas lahir pada 18 Juni 1929 di Düsseldorf dan besar di Gummersbach, Jerman (Kuper, 1999). Habermas memutuskan untuk bekerjasama dengan Adorno dan Horkheimer karena ia meyakini bahwa kedua ilmuwan itu mampu membangun teori kritis mengenai masyarakat dengan dari pandangan Marxis dengan lebih kreatif dan inovatif.


(49)

21

Kajian ini dimulai pasca holocaust di Jerman, dimana pada masa tersebut sedang terjadi perubahan politik di Jerman. Jerman pada masa itu sedang menuju masyarakat yang demokratis. Perubahan menuju Jerman yang lebih demokratis ini

membutuhkan demokrasi yang memiliki legitimasi (Garnham, 2007). Habermas

menilai bahwa demokrasi yang memiliki legitimasi tersebut tidak semata persoalan legitimasi oleh suara mayoritas, seperti yang umum diketahui sebagai demokrasi. Akan tetapi, lebih kepada adanya proses diskusi yang melalui pertimbangan dan alasan yang rasional.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Habermas pada tahun 1962 lewat bukunya The Structural Transformation of the Public Sphere. Buku ini menggambarkan “transformasi dan kehancuran virtual rasionalitas ruang publik yang tengah berkembang pada abad 19 dan 20 di Inggris, Perancis, dan Jerman” (Johnson, 2006: 19). Dalam pandangan Habermas, ruang publik yang berkembang pesat pada masa itu seharusnya mampu mengedepankan proses rasional. Akan tetapi, dalam kenyataannya justru terjadi pengekangan kebebasan dan dominasi.

Inilah yang kemudian disebut sebagai ruang publik borjuis. Ruang publik ini

dikuasai oleh sekelompok borjuis yang justru kemudian seolah mengambil alih

ruang publik dari negara dan tidak memberikan kesempatan yang sama pada elemen masyarakat lainnya.

Keberadaan public sphere ini sendiri sebenarnya sudah ada sejak 1700an. Masyarakat barat seperti Perancis dan Amerika mulai melakukan revolusi, dimana warga masyarakat biasa dilibatkan dalam berbagai proses diskusi publik dalam rangka pembuatan keputusan mengenai berbagai persoalan publik. Keberadaan warung-warung kopi di Inggris dan bar-bar di Perancis khususnya pada pra


(1)

Tiba Bandara Polonia, Jokowi dielu-elukan warga Medan | merdeka.com www.merdeka.com Let's be smart. Jokowi akan menjadi juru kampanye pasangan cagub dan cawagub Sumut nomor urut 2, Effendi Simbolon-Jumiran Abdi.

http://regional.kompas.com/read/2013/03/02/0 0055874/Esok..Megawati.dan.Jokowi.Jadi.Jurka m.Effendi.Simbolon

Parda Simbolonp Waspada terhadap TPS Bodong komandan biasanya Incumbent bermain disana

POLLING CALON GUBERNUR SUMUT 2013 pemilunews.com PemiluNEWS.com - Seputar Pemilu & Pemilukada Indonesia

Ibunda Syamsul Arifin DUKUNG ESJA Medan, Cagubsu Effendi MS Simbolon bersilahturahmi dan meminta restu ibunda Syamsul Arifin, Hj Fadlah di kediamannya di Jl. Stasiun, pangkalan brandan, kab. Langkat (27/02/2013) kedatangan Effendi dis By: Kampoeng Esja

Ibunda Syamsul Arifin DUKUNG ESJA Medan, Cagubsu Effendi MS Simbolon bersilahturahmi dan meminta restu ibunda Syamsul Arifin, Hj Fadlah di kediamannya di Jl. Stasiun, pangkalan brandan, kab. Langkat (27/02/2013)

kedatangan Effendi dis By: Kampoeng Esja Medan, Cagubsu Effendi MS Simbolon bersilahturahmi dan meminta restu ibunda Syamsul Arifin, Hj Fadlah di kediamannya di Jl. Stasiun, pangkalan brandan, kab. Langkat (27/02/2013) kedatangan Effendi disambut bahagia oleh keluarga dan kerabat Syamsul arifin. Dalam kesempatan bahagia ini, HJ Fadlah dan Effendi terlihat tidak canggung dan terlihat lebih lebih akrab saat berbincang terutama ibunda Hj Fadlah yang menyukai politik. Ibunda mantan orang nomor satu di sumut ini, berdoa dan berharap agar effendi terpilih menjadi gubernur sumatera utara di 2013 dan dapat memimpin sumut dengan baik. Usai

mengunjungi Kediaman Ibunda Syamsul Arifin, Effendi kemudian menyapa pedagang di pasar brandan, desa perlis, kampung nelayan kab. Langkat. selain mengunjungi pengobatan gratis yang disediakan oleh ESJA, Effendi-pun sempat mendengar keluhan para pedagang ikan mengenai sumber pendapatan yang semakin berkurang. " Saya melihat Effendi ini bersih dan mampu menjadi sosok pemimpin yang bertanggung jawab. Bersih penampilan pasti bersih juga hatinya. Saya dukung penuh Effendi menjadi Gubernur Sumatera Utara yang baru". "Saya juga menyarankan agar masyarakat jangan salah pilih saat 7 maret nanti".Iswadi salah satu nelayan di pasar brandan mengatakan, ikan selayang dan ikan baling-baling bambu yang biasanya dijual 500 ekor per hari kini hanya mampu dijual 300 Ekor per hari. ia pun berharap agar Effendi terpilih menjadi gubernur Sumut dan peduli pada rakyat kecil terutama nelayan. " Effendi Mengatakan jika terpilih nanti menjadi Gubernur Sumut perbaikan dari teknis dan non teknis seperti peralatan menangkap ikan yang lebih baik akan diberikan kepada para nelayan" tak hanya itu infrastruktur bagi para masyarakat langkat-pun akan dibenahi".Effendi-pun menyempatkan diri menaiki perahu nelayan untuk mengelilingi pelabuhan pangkalan brandan, dan menyapa


(2)

warga kampung nelayan.

Ibunda H. Syamsul Arifin, SE (Gubernur Sumut 2008 - 2013) Dukung Effendi Simbolon - Jumiran Abdi (ESJA) menjadi Gubernur (2013 - 2018) # COBLOS No. 2 #

Jos Mangasi Simbolon Terimakasih

http://www.hariansumutpos.com/2013/02/531

92/effendi-sungkem-ke-ibu-syamsul-arifin#axzz2MAaoRa2R

Harapan Kita Bersama kepada Pasangan ESJA agar ini tidak Terjadi Lagi...# Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku.. COBLOS No. 2 # Jembatan Putus, Pelajar SD Menantang Derasnya Arus Sungai

news.okezone.com Para pelajar di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara,

menantang maut dengan menerobos derasnya arus sungai untuk berangkat sekolah. Sebab, jembatan gantung yang putus akibat diterjang banjir hingga kini belum diperbaiki.

Mantap! KAMPUNG ESJA Siapkan 1000 Relawan – TerasMedan – Terpenting Dan Terdepan terasmedan.com Mantap! KAMPUNG ESJA Siapkan 1000 RelawanPosted date: 12 hours ago on February 26, 2013In: Deli Kini, Komunitas, Pilgubsu, PolitikKawal Suara Effendi-Jumiran Dalam Pilgub SumutTERAS-MEDAN.com, Medan – Komunitas Anak Muda Pendukung Effendi Simbolon – Jumiran Abdi (KAMPUNG ESJA) terus melakukan geraka...

Kawal Suara Effendi-Jumiran, KAMPUNG ESJA Siapkan 1000 Relawan Komunitas Anak Muda Pendukung Effendi Simbolon - Jumiran Abdi (KAMPUNG ESJA) terus melakukan gerakan sosialisasi dan rekrutmen relawan untuk memenangkan pasangan nomor urut 2 pada pilkada Sumut

Kampanye ESJA di Marelan # Effendi Simbolon Abdi Pilihanku... COBLOS No. 2 #

Wlpun sudah pukul 02.00 Wib, Tetap Semangat, tak kenal lelah para Relawan berjuang untuk memenangkan ESJA satu putaran, Penyerahan secara simbolis alat peraga & tanda gambar Pasangan Esja kepada Koordinator Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Tembung serta Medan Timur di Sekretariat Kampung ESJA. # Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku.. COBLOS No. 2 #

Dukungan Mengalir terus untuk pasangan ESJA, skrng bertambah lagi Relawan yg bergabung ke KAMPUNG ESJA dari Kecamatan Medan Tembung, Perjuangan dan Timur. Target satu putaran akan tercapai, untuk menjadikan Effendi Simbolon - Jumiran Abdi memimpin Sumatera Utara 2013 - 2018 # Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku... COBLOS No. 2 #


(3)

Ketua KAMPUNG ESJA saat Dialog bersama Masyarakat Kec. Medan Sunggal.

Masyarakat berharap penuh agar Effendi - Jumiran dpat memimpin Sumut 2013 - 2018 sehingga tercapai harapan untuk melakukan Perubahan bagi warga Sumut.# Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku.. Coblos No. 2 #

# Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku.. Coblos No. 2 #

Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku... Co

Untuk yang ke Tiga kalinya Facebook KAMPUNG ESJA di Hack Orang tidak bertanggungjawab...Semakin Banyak Tantangan nampaknya pergerakkan ini... Harus Tetap Semangat dan

kuat…KAMPUNG ESJA Siap Memenangkan Effendi Simbolon - Jumiran Abdi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara pada 7 maret 2013.

Juriwati Siregar Apapun tantangannya...pilihanya tetap ESJA..SEKALI ESJA TETAP ESJA.

Marudut Sahala Manik Biasa itu katua itu tanda nya mereka udah menyadari bahwa ESJA yg akan menang,...

Apul Pangaribuan semangatttt ..itu tandanya bhwa mereka sangat menakutkan pergerakan kampung /relawan ESJA yg begitu solid memenangkan esja bravo esja Dollarsimbolon mantab bah.. Teruskan perjuangan...ESJA Pasti bisa..

Sorba Simbolon Kiranya Tuhan senantiasa Memberi Kesehatan, Kekuatan, dan Berkat yang Melimpah bagi seluruh Team Relawan/Sukses E S J A ( 2 ) Juga perjuangan Mereka Bersama Masyarakat Sumut utk memenangkan pasangan ESJA dengan Berpengharapan kepada Tuhan kelak pasangan ini membawa SUMUT menjadi Propinsi terdepan. Sukses.

Gn Purnama Jaya 'Poer' Tak hanya kader partai, Menurut Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Ir Taufan Agung Ginting , seluruh sayap partai diantaranya, Relawan Perjuangan untuk Demokrasi (Repdem), Tim Merah Putih dan Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), merapatkan barisan, bulatkan tekad mendukung dan memenangkan pasangan

Cagub/Cawagubsu Effendi-Jumiran nomor urut 2 yang diusung PDIP, PPRN dan PDS itu. Bahkan Gerakan Rakyat Dukung Effendi Simbolon-Jumiran Abdi (GARDU EsJa), bertekad memenangkan pasangan Effendi Simbolon-Jumiran Abdi dalam satu putaran.

Jos Mangasi Simbolon mainkan la , Cs...

Suko Prastyo Wibowo kmrn fb ku juga mau di hack orang tpi tdk bisa terbaca sama dia alhsl fb dia yng di blok.


(4)

Kepada Seluruh Pendukung pasangan Effendi Simbolon - Jumiran Abdi (ESJA) agar kiranya mulai hari ini sampai tanggal 7 Maret 2013 sebagai bentuk sosialisasi dan dukungan kita berharap dapat memakai / mengganti Foto Profil dan media sosial lainnya dengan Foto Pasangan ESJA. # Effendi Simbolon - Jumiran Abdi Pilihanku #

12 Muhammad Kamil Salam Persaudaraan . kita Semua Bersaudara .

jalan -jalan di kampoeng Esja boleh kan numpang nimbruk hanya ucapkan Salam Persaudara buat kita Semua . Salam buat Esja .

" jalan -jalan ke kampoeng esja rumah gubuk atap nipa masih ada boca tak tau baca pun ada tu tugas Esja ada bila jadi natinya rumah murah tuk rakyat nya , belajar gratis sampai Sma " .

Akhmad Utoyo mantab. di daerah mana nih ? jgn lupa tgl 7 maret 13 P Benny Dedeo

Simbolon

P Benny Dedeo Simbolon

14 Ramses Simbolon Ramses Simbolon Mantap. Satukan langkah Menuju No.2 ESJA Menang.

Adha Pane Harus menang

15 Rotama Apridayana Simbolon II

cepat nonton tv one Saron Silalahi Situngkir capee dehh 16 Sakti Budiarto

SimBolon

Kami Mohon Dengan Sangat Semua Saudara2ku Relawan Pendukung ESJA Untuk saling Mengigatkan dan Memeriksa Kembali DPT (Daftar Pemilih Tetap) Ke TPS-TPS Masing2... Agar Perjuangan kita Medukung ESJA Tidak Sia-sia...

Sebenarnya Masyarakat Sumut Sudah Sadar Bahwa dari Lima Kandidat Hanya ESJA Yang Paling Baik. Tapi itulah hidup Mungkin karena Iming2 atau Uang mereka jadi memaksakan diri untuk merubah Paradigma yang sebenarnya itu tidak baik...Yah mudah2an masih ada waktu sampai tgl 7 Maret 2013 Masyarakat sumut mau sadar akan pilihan mereka.Ingat MAsa Depan SUMUT ada di tangan Kita SEmua..Yang Pasti Kalau SUMUT MAu berubah Hanya ESJA yang Paling TEPAT untuk Mewujudkan Perubahan itu. Salam ESJA Pilih Nomor 2 Menuju SUMUT BARU

17 Sar Mi La Program ESJA (visi dan misi) yg disampaikan dalam paripurna DPRD Sumut, Senin 18 Feb 2013: - Menjamin adanya pendidikan yang dibiayai pemerintah hingga 12 tahun dengan program KARTU SUMUT CERDAS. - Jaminan Kesehatan bagi seluruh rakyat dengan program KARTU SUMUT SEHAT - Memberikan

penambahan modal kepada masyarakat berusaha dengan program KARTU MODAL BERGULIR - Memberikan jaminan penyelesaian masalah tanah rakyat secara adil, dengan program PENYELESAIAN MASALAH TANAH RAKYAT.Untuk itu mari kita gunakan hak pilih kita dengan mencoblos no.2 pada Kamis, 7 Maret 2013.@ ESJA Menang....Nomor 2 pilihan ku

18 Saron Silalahi Situngkir

KITA JALIN PERSATUAN TANPA ADA PERBEDAAN THANKS,

Sms siapa ini bang www.youtube.com Video Clip dangdut assssyiiikkkk

Fábio Coentrão: WOYY...!!! JANGAN LIRIK KIRI KANAN.. TUH ADA NO.2 !!!!BRAVO REAL MADRID, BRAVO ESJA !!!


(5)

Sergio Ramos : Mari kawan", para pecinta Real Madrid, dukung ESJA No.2 !!!!!

"Anas Urbaningrum akan di maafkan rakyat jika Anas Urbaningrum mau membantu rakyat mengungkapkan kasus IT KPU dan pengelembungan suara. Menolong rakyat dengan menjelaskan kemana uang Bailout Century di pakai. Maka segenap rakyat akan memberikan pengampunan masal untuk tidak digantung di Monas"

19 Sorba Simbolon Kiranya Tuhan senantiasa Memberi Kesehatan, Kekuatan, dan Berkat yang Melimpah bagi seluruh Team Relawan/Sukses E S J A ( 2 ) Juga perjuangan Mereka Bersama Masyarakat Sumut utk memenangkan pasangan ESJA dengan Berpengharapan kepada Tuhan kelak pasangan ini membawa SUMUT menjadi Propinsi terdepan. Sukses.

21 Zeky Laia ESJA MENANG??? MERDEKA....!!!!!!

ya'ahowu... 2, merdeka!!!!

22 Donny Hutajulu MERDEKA..di mana merdeka..

23 Hendy Simbolon Apalagi, jabatan Gubernur & Wakil Gubernur, bukanlah Kaisar dan Raja yang berkuasa absolut, tapi kekuasaannya terbatas hanya pada kekuasaan eksekutif di DKI Jakarta saja, tidak sekaligus membawahi kekuasaan legislatif dan yudikatif. Selamat memilih gubernur dan wakil gubernur, demi kesejahteraan, kedamaian dan kerjasama semua warga Jakarta, tanpa membedakan agama dan etnisnya. Wllah a'lamu bi al-shawab...(contoh kasus di Jakarta untuk pemilihan SUMUT-SATU)... Salam solidaritas

SUMUT-SATU...http://www.tribunnews.com/2012/07/ 23/rasulullah-juga-membangun-masyarakat-plural-di-madinah

Marsada Ma Bangso Batak Cipt .Tony Lambas Pasaribu SH Arr: Viky Sianipar Sianjur mula-mula nadi toruni pusuk buhit Huta Hatubuan ni bangso batak najogi Dolok Pusuk Buhit dolok Na mansai Timbo dolok Dolok Partonggoan ni oppui Siraja

Batak..Marserak ma Sude akka pinomparnai Tu Desa na walu Tu Liat Portbion Songon Bintang dilangit Naung diparserahan i Tung torop tahe Pinomparni siraja batak..Bangso Batak bangsoki bangso najogi Dalihan Natolu i ikkon do ingoton ta i Bangsa batak tarbarita do goar mi akka nauli ima tapareak tu joloanon Batak Toba,Batak karo,pakpak mandailing nang dohot simalungun i Molo Dung Marsada sude Bangso bataki Dapot ta ma sude akka nataparsitta i Tung uli tahe akka na sauduran i. Bangso Batak bangsoki bangso najogi Dihuta Nang diranto marsitogu-toguan Dalihan Natolu i ikkon do ingoton ta i Bangsa batak tarbarita do goar mi Ta padao Hosom elat Teal..i akka nauli ima tapareak tu joloanon Dang Diahu Dang Diho Tumagon Ma dihita Bangso Batak bangsoki bangso najogi Dalihan Natolu i ikkon do ingoton ta i Bangsa batak tarbarita do goar mi akka nauli ima tapareak tu joloanon Dang Diahu Dang Diho Tumagon Ma dihita Ta padao Hosom elat Teal..i Tapada hosom elat Teali..3 x. http://www.youtube.com/watch?v=-pb_F-ovhW8


(6)

24 Karles Simbolon modon perhatian esja nanti setelah terpilih kesejahteraan guru swasta dari propinsi yang

telah dijolimin selama ini

Karles Simbolon APBD tingkat i sumut mengarkan kesra guru swasta tapi ga disampaikan oleh pemko siantar

Karles Simbolon APBD tingkat i sumut mengarkan kesra guru swasta tapi ga disampaikan oleh pemko siantar

25 Oskar Simbolon Besok 2 Maret'13,STANZA OnAir Inbox SCTV.Lks POINT SQUARE Lbk Bulus,Segment Awal yg ngga Bisa ngelive Staytune.Don't Miss It,Impormasikan.

Nanti Pas Jam 12 Malam Kita Buat Heboh HBD Sion_Stanza,TTW aja Ok Go,go go,go,go. Wow...All. #18thSionStanza Ucapan Selamat di twwiter TTW, Ok_All.

Info: Sabtu,2,Maret'13 Stanza Onair,Inbox SCTV,utk Stanzania yuk Rame rame Ngelive Langsung utk menyemangati,yg diluar kota,Staytune.Promote

26 Reno Sebastian Harus kita menangkan dengan mengajak saudara dan kawans....

27 Rukun Tarigan Orang-orang yang membentuk dan

berkumpul di Pujakesuma itu unik. Sangat berbeda dengan orang jawa yang tinggal di Pulau jawa. Contoh: Drs.Haji Djumiran Abdi, silahkan panggil dengan ciri khas jawa "mas jumiran". Pasti tidak disahuti. Tapi kalau kita panggil "bang jumiran" dia akan langsung dekati dan bertanya "ada apa dek". Silahkan coba bandingkan dengan gatot pujo nugroho, mana yang pujakesuma mana yang tidak.

Jabar kemungkinan besar Putaran ke2. http://news.detik.com/read/2013/02/25/035521/ 2178360/10/pdip-masih-yakin-rieke-teten-lolos-putaran-kedua-pilgub-jabar?ntprofil

Ide Pemikir Brat putaran kedua..., sudah direvisi dgar2 undang2 untuk pemilu 30% plus sudah bisa Menang Putaran pertama ja. Di Riset ahmad heriawan uda 33% paling Mendkatin ntuh hsil manual 31 %.

28 Suara Perkasa

Esja membawa perubahan. Yakini,,,

29 Suko Prastyo Wibowo

Dugaan Penyimpangan Bupati Deliserdang di KPK, Usut Korupsi Amri Tambunan | Harian Orbit www.harianorbit.com Jakarta-ORBIT:Badai korupsi diduga membelit Bupati Deliserdang Amri Tambunan (foto) sampai juga ‘ke telinga’ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Al Bara seram x mukak kawan ne.

Mimpi Jadi Gubernur Sumut, Amri Tambunan

Abaikan Amanah Rakyat | Harian Orbit www.harianorbit.com Medan-ORBIT: Pasangan Calon Gubernur (Cagub)-Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumut sudah mulai mempromosikan dirinya untuk dapat mejadi pemimpin di Sumatera Utara (Sumut).

30 Apul Pangaribuan Effendi Simbolon dan Jumiran Abdi adalah sosok yang jujur dan bersih, begitu kata Jokowi sewaktu kampanye terakhir di Lapangan Merdeka Medan. Puluhan ribu orang datang dan memerahkan Lapangan Merdeka...ESJA No. 2

31 Faisal Tanjung Reno Sebastian Perjuangan yang patut dihargai dari anak-anak ini untuk menuntut ilmu. Ayo ESJA, kalo saudara terpilih pikirkan nasib kami ini ya...dengan pembangunan infrastruktur yang berkwalitas...Bravo ESJA...


Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013

1 64 93

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006

1 119 95

Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

2 47 70

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

WACANA POLITIK DI MEDIA SOSIAL (Studi Analisis Wacana dengan Paradigma Positivis mengenai Penerapan Ruang Publik di Facebook tentang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magiste

0 0 26