Pemikiran Dasar Kegiatan Usulan Kegiatan Retret

105 16.00-16.30 Snack 16.30-19.00 Sesi V : Menonton Film “Mother Teresa of Calcuta” 19.00-19.30 Makan malam 19.30-21.00 Sesi VI : Sharing mengenai film “Mother Teresa of Calcuta” Hari III : New Life 06.30-07.00 Doa pagi 07.00-08.00 Sarapan 08.00-09.00 Sesi VII : Menentukan sikap dalam beriman 09.00-10.00 Sharing mengenai sikapaksi konkret yang akan dilakukan 10.00-10.30 Ibadat penutup 10.30 Sayonara 106 Tabel 4 Matriks Program

10. Matriks Program

Tema : Menjadi Pribadi Yang Reflektif Tujuan : Peserta dapat beriman secara individuatif dan reflektif. No Acara Tujuan Materi Metode Sarana Sumber bahan Hari I : life Mengungkapkan pengalaman faktual peserta Pengalaman peserta selama studi di PAK Refleksi Diskusi sharing - Laptop - Proyektor - Soundsystem Pengalaman peserta Hari II : faith Mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih mengena bagi kehidupan peserta - Tahap-tahap perkembangan iman - 3 dimensi iman - Kebebasan Informasi Sharing Penayangan film “Mother Theresa of Calcuta” - Laptop - Proyektor - Soundsystem - Agus, Cremers. 1995. Tahap - Tahap Perkembangan Iman. Yogyakarta: PT. Kanisius - Groome, Thomas H. 2010. Christian Religius Education. Jakarta: Gunung Mulia 107 - Setyawan, A, SJ.2011. Saat Tuhan Tiada; dari cermin Anthony de Mello, SJ. Yogyakarta: PT. Kanisius Hari III : new life Mengajak peserta untuk menemukan nilai hidup yang hendak digarisbawahi dan merumuskan tindakan nyata terkait hidup beriman - Pengalaman hidup peserta - Hasil sharing sesi I dan II Refleksi Diskusi Sharing - Laptop - Proyektor - Soundsystem Pengalaman peserta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108

C. Contoh Persiapan Sesi III Hari II

1. Pemikiran dasar

Pada bagian sesi I dan II peserta telah mengungkapkan dan membagikan pengalaman suka maupun duka selama belajar di Prodi PAK. Peserta juga telah melihat kembali bagaimana perkembangan iman mereka selama menempuh studi di PAK. Pengalaman-pengalaman tersebut adalah konteks hidup para peserta yang akan menjadi bahan utama dalam retret ini. Pada sesi ini peserta diajak untuk belajar dari refleksi para ahli tentang hidup beriman. Peserta diajak untuk mengkritisi cara hidup beriman mereka selama ini dan menimba inspirasi dari refleksi para ahli tentang iman. Perbandingan antara pengalaman dengan refleksi para ahli akan membantu peserta untuk menjadi seorang Kristiani yang dewasa.

2. Tujuan

Peserta mendapatkan inspirasi tentang iman yang berkembang dan tergerak hatinya untuk memperbarui hidup berimannya selama ini.

3. Materi

a. Tahap-tahap perkembangan iman b. 3 dimensi iman

4. Sumber bahan

a. Tahap - Tahap Perkembangan Iman. Yogyakarta: PT. Kanisius 109 b. Groome, Thomas H. 2010. Christian Religius Education. Jakarta: Gunung Mulia.

5. Metode

a. Informasi b. Tanya Jawab

6. Sarana

a. Laptop b. Proyektor c. Soundsystem

7. Langkah-langkah sesi III : Gambaran iman yang berkembang

a. Pengantar

Teman-teman yang terkasih pada sesi I dan II kita telah berbagi pengalaman suka-duka menempuh studi di PAK dan merefleksikan pengalaman hidup beriman kita selama ini. Teman-teman telah melihat bagaimana perkembangan hidup beriman teman-teman selama menempuh studi di PAK. Maka pada kesempatan ini, kita bersama-sama akan mendalami refleksi para ahli terkait hidup beriman. Harapannya setelah mendalami refleksi para ahli terkait hidup beriman, teman-teman menemukan ilham atau inspirasi untuk menjadi seorang Kristiani yang dewasa. 110

b. Penyampaian materi

1 Iman yang berkembang menurut Fowler Cremers 1995: 95-96 mengungkapkan kembali pandangan Fowler bahwa tahap perkembangan iman sebagai keseluruhan operasi pengertian dan penilaian yang terintegrasikan dan spesifik secara kualitatif memungkinkan pribadi memiliki gambaran tentang iman yang berbeda sesuai dengan masing- masing tahap. Fowler menyusun tujuh tahap dalam perkembangan iman. Menurut Fowler gambaran iman yang berkembang berada pada tahap individuatif-reflektif 21-35 tahun. Pada tahap ini muncul kesadaran diri dan refleksi diri yang mendalam. Orang dewasa muda semakin kritis melihat perbedaan jati dirinya yang dipersepsikan oleh orang lain dengan yang ia alami sendiri. Dalam tahap ini refleksi diri tidak seluruhnya bergantung pada pandangan orang lain. Melalui sikap refleksivitasnya yang tinggi, orang muda mulai mengajukan pertanyaan kritis tentang keseluruhan nilai, pandangan hidup, kepercayaan, dan komitmen yang selama ini ia terima dan jalani. Ia tidak dapat lagi bersandar pada orang lain, tetapi dengan berani dan kritis ia harus memilih secara pribadi ideologi, filsafat dan cara hidup yang menghantar pada komitmen-komitmen kritis serta mawas diri dalam segala hubungan dengan tugasnya. Orang dewasa muda dalam tahap ini sudah mem ahami dirinya dan orang lain, tidak hanya menurut pola sifat “pribadi” atau “antar pribadi”, melainkan sebagai suatu bagian sistem sosial dan institusional. Tahap ini menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos dan lain sebagainya atau sering disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala macam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 simbol dan mitos yang ia kenal selama ini mulai diselidiki dengan kritis dan radikal. Simbol tidak lagi dipandang identik dengan kesakralan, melainkan sebagai sarana yang memuat sejumlah arti tertentu. Kekhasan tahap kepercayaan individuatif-reflektif ini adalah seorang dewasa muda mengembangkan visi kepercayaannya sebagai hasil refleksi kritis semata-mata. Dengan sikap kritis yang tinggi terhadap tradisi religiusnya, ia memeriksa satu persatu ajaran dan gambaran religius, kemudian mulai meninggalkan hal-hal yang baginya tidak masuk akal. Ia menciptakan suatu integrasi baru dalam pola kepercayaannya dan berusaha memperoleh suatu pandangan religius pribadi yang baru. Kepercayaan dalam tahap ini ditandai oleh kesadaran yang tajam akan individualitas dan otonomi. Jika ia mengakui tokoh religius tertentu, misalnya Yesus, maka pengakuan itu bukan berdasarkan tradisi Kristen yang mengumumkan dan mengesahkan tokoh tersebut sebagai pendiri Gereja dan nabi yang utama, melainkan karena pribadi istimewa tersebut dipandang sebagai tokoh yang sungguh menghayati hubungan dengan Allah. Bagi orang dewasa yang dijadikan kriteria adalah aspek penghayatan yang sungguh-sungguh pribadi dan mesra sebagaimana diilhami dan disemangati oleh Allah yang berkarya dan mendorong hati mereka. Dalam tahap ini seseorang menemukan identitasnya dan terbuka pada realitas sosial yang ada Cremers, 1995: 160-179. 112 2 Iman Menurut Thomas H. Groome Groome 2010: 81 menyatakan bahwa iman memiliki tiga dimensi, yakni : 1 iman sebagai keyakinan faith as believing, 2 iman sebagai kepercayaan faith as trusting, 3 iman sebagai tindakan faith as doing. Dimensi kognitif dari iman adalah sebuah keyakinan yang teguh terhadap apa yang diimani dan kemampuan untuk mengkritisi serta memaknai pengalaman maupun informasi yang diperoleh. Dimensi afektif dari iman adalah sebuah kepercayaan. Berbeda dengan dimensi kognitif yang menekankan pengakuan dalam iman, dimensi afektif ini lebih menekankan relasi personal seseorang terhadap apa yang ia imani. Dalam hal ini relasi tersebut berarti hubungan personal seseorang dengan Allah. Karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus menimbulkan kepercayaan, kekaguman, hormat, pemujaan, rasa terima kasih, dan permohonan dari pihak manusia. Perasaan-perasaan ini kemudian diungkapkan melalui doa, baik secara pribadi maupun komunal. Doa merupakan dimensi dialogis dari hubungan kita dengan Allah, tanpa dialog ini maka hubungan tersebut tidak akan bertahan. Iman sebagai tindakan faith as doing berkenaan dengan ungkapan nyata dari iman dalam wujud tindakan. Yesus sendiri menegaskan bahwa orang yang masuk Kerajaan Allah bukanlah mereka yang selalu berseru “Tuhan, Tuhan”, tetapi mereka yang melakukan kehendak Allah Mat 7:21. Untuk mencapai iman yang dewasa maka ketiga dimensi ini harus berkembang secara seimbang. Dengan demikian hidup beriman berarti mencakup seluruh aspek dalam pribadi seseorang kognitif, afektif dan psikomotorik. Iman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan hidup seseorang, bahkan iman akan menjadi nyata jika sungguh dihadirkan dalam pengalaman hidup sehari-hari.

c. Refleksi

Teman-teman yang terkasih kita telah mendalami bersama refleksi para ahli tentang iman. Dalam bagian kita akan diberi waktu untuk merefleksikan hidup beriman kita selama ini. Untuk membantu kita dalam berefleksi, telah disediakan beberapa panduan berikut ini : 1. Apa saja kriteria iman yang berkembang ? 2. Apakah selama ini imanku sudah berkembang? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan imanku? Teman-teman bebas memilih tempat untuk berefleksi dan silakan kembali berkumpul sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati.

d. Sharing

Setelah kita merefleksikan hidup beriman kita selama ini, sekarang adalah kesempatan untuk kita saling memperkaya satu dengan yang lain melalui sharing hasil refleksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 15 132

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Usaha meningkatkan mutu renungan harian di program studi Pendidikan Agama katolik untuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakart

0 11 138

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

0 2 118

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230