56 R9 berasal dari Kampung Muara Asa dikenal juga dengan nama Jolokng
dengan luas 20,48 Km
2
dan jumlah penduduknya sebanyak 704 jiwa. Etnik yang dominan adalah etnik Tonyooi. Penduduk di kampung ini masih memegang teguh
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, misalnya Beliatn upacara adat untuk
memohon kesembuhan dan lain sebagainya, Ngerangkau ritual untuk menghormati
roh leluhur dan potong kerbau. Mata pencaharian utama penduduk Kampung Muara Asa adalah menyadap karet, berladang, menangkap ikan dan berdagang Nikolaus,
2007: 285. R10 berasal dari Kampung Datah Suling atau sering juga disebut Kampung
Long Isun. Kampung ini terletak di daerah lembah aliran Sungai Maraseh, anak Sungai Mahakam. Kampung Long Isun ini memiliki luas 781 Km
2
dan merupakan kampung paling luas di Kecamatan Long Pahangai. Jumlah penduduk kampung ini
relatif sedikit yakni hanya 389 jiwa. Etnik yang dominan adalah etnik Dayak Bahau. Masyarakat Long Isun masih memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh nenek
moyang terutama dalam upacara menanam padi yang dalam bahasa Dayak Bahau disebut
lalii’ugaal. Upacara adat ini merupakan yang paling meriah dari upacara- upacara lainnya. Mata pencaharian utama penduduk Kampung Long Isun adalah
berladang, namun ada juga yang menangkap ikan dan mencari hasil hutan Nikolaus, 2007: 225.
R11 berasal dari Kampung Ngenyan Asa, Kecamatan Barong tongkok. Kampung Ngenyan Asa ini berbatasan langsung dengan Kampung Barong Tongkok
yang merupakan pusat pemerintahan, sehingga kampung ini mengalami kemajuan yang cukup pesat. Etnik yang dominan di kampung ini adalah etnik Tonyooi, namun
karena jaraknya yang cukup dekat dari pusat kota maka banyak etnik pendatang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57 seperti Bugis, Jawa, Flores yang juga berdomisili di kampung ini. Luas Kampung
Ngenyan Asa ini adalah 31,13 Km
2
dengan jumlah penduduk sebanyak 926 jiwa. Kampung ini juga masih sering menyelenggarakan ritual-ritual adat yang diwariskan
oleh nenek moyang misalnya belian, pejeaak petakaar upacara yang terkait dengan
adat dan lain sebagainya. Sebagian besar penduduk asli Ngenyan Asa berprofesi sebagai penyadap karet, namun etnik pendatang kebanyakan membuka usaha
seperti: warung, bengkel dan pencucian kendaraan Nikaulaus, 2007: 289. R12 berasal dari Kampung Pepas Ehekng yang terkenal dengan kerajinan
anyam-anyaman dari rotan. Kegiatan menganyam biasanya dilakukan pada sore hari secara bersama-sama. Kampung Pepas Ehekng memiliki jumlah penduduk sebanyak
878 jiwa dengan luas wilayah 21,30 Km
2
. Kampung ini masih memegang teguh tradisi nenek moyang yang sudah jarang ditemui, misalnya upacara
beliant upacara mohon kesembuhan, syukur dan penghormatan pada leluhur. Etnik yang
berdomisili di kampung ini adalah etnik Benuaq. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dan penyadap karet Nikolaus, 2007: 276.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kabupaten Kutai Barat terdiri berbagai macam suku dan budaya serta bahasa.
Keberagaman ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, kendati begitu banyak perbedaan masyarakat tetap hidup rukun dan damai
sesuai dengan norma adat yang berlaku. Aturan adat masih dipandang sebagai aturan tertinggi yang berlaku dalam masyarakat, sehingga berbagai perkara misalnya,
sengketa lahan, perceraian, perkelahian dan lain sebagainya selalu diselesaikan secara adat terlebih dahulu.
58 Pada umumnya Kabupaten Kutai Barat memiliki tanah yang subur,
sehingga tidak mengherankan jika mayoritas penduduk bergerak di bidang pertanian. Komoditas utama pertanian masyarakat Kabupaten Kutai Barat adalah
karet. Pohon karet dipilih sebagai tanaman utama dalam pertanian, karena dianggap tidak merusak ekosistem lingkungan, dari segi ekonomis hasil dari perkebunan
karet cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, menyadap pohon karet tidak membutuhkan waktu yang lama, biasanya hanya setengah hari,
sehingga masyarakat masih bisa melakukan aktivitas lain misalnya, berladang. Namun akhir-akhir ini harga karet mengalami penurunan yang cukup drastis,
sehingga karet tidak dapat menjadi jaminan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
2. Harapan Umat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat Terhadap
Guru Agama Katolik dan Katekis
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia IPM tahun 2002, Kabupaten Kutai Barat mendapat angka 67,8 lebih rendah dari rata-rata IPM
Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 69,9. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas SDM merupakan masalah yang penting bagi Kabupaten Kutai
Barat Nikolaus, 2007: 577. Sejauh ini, kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat dalam upaya
mengembangkan pendidikan selain kondisi geografis yang berupa daerah perbukitan dan pegunungan serta dataran rendah yang rawan banjir, juga masalah tenaga kerja
dalam bidang pendidikan. Data yang dirilis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah guru cenderung mengalami
penurunan terutama di daerah hulu Sungai Mahakam Nikolaus, 2007: 581. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59 Pemerintah Kabupaten terus berupaya untuk mengatasi kekurangan tenaga
kerja dan meningkatkan mutu pendidikan melalui program beasiswa untuk putra- putri daerah yang berprestasi dan siap mengabdi. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
melakukan berbagai upaya untuk menyeleksi peserta beasiswa, sehingga yang terpilih adalah yang terbaik. Melalui program beasiswa ini pemerintah berharap agar
dapat membentuk generasi muda yang dapat menjadi tokoh penggerak dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu para peserta program beasiswa ini diharapkan dapat
belajar dan mengembangkan seluruh potensi diri, sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berkompeten serta siap mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
Selain bergerak di bidang pendidikan, para peserta beasiswa ini juga diharapkan dapat mengembangkan kearifan lokal yang dimiliki oleh Kabupaten
Kutai Barat, misalnya gotong royong, toleransi, menjaga alam, dan lain sebagainya . Kearifan lokal atau sering disebut dengan istilah
local wisdom adalah semua bentuk pengetahuan, pemahaman, wawasan dan etika yang menuntun perilaku manusia
dalam komunitas. Seperti diuraikan pada bagian awal, Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten yang sangat kaya akan keberagaman suku dan budaya. Oleh
sebab itu sangat dibutuhkan tokoh yang dapat mengelola kearifan lokal agar masyarakat dapat hidup harmonis baik dengan sesama maupun dengan alam.
Mahasiswa-mahasiswi yang belajar di program studi Pendidikan Agama Katolik tidak hanya dibentuk menjadi seorang guru yang profesional dan tokoh
dalam masyarakat, tetapi juga menjadi katekis yang dapat diandalkan dan siap melayani, karena situasi pembinaan iman umat di Kabupaten Kutai Barat sangat
memprihatinkan. Sebagian besar paroki tidak memiliki kegiatan pendampingan yang rutin dan sistematis untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa.
60 Selama ini kegiatan yang dilaksanakan masih bersifat insidental, misalnya
merayakan hari anak misioner, Paskah dan Natal. Pembinaan iman yang intensif dan berjenjang masih menjadi harapan, karena tidak tersedianya tenaga yang
berkompeten di bidang tersebut. Hampir seluruh pendamping atau aktivis yang peduli dan mau terlibat dalam kegiatan pendampingan iman di paroki atau
lingkungan adalah relawan atau katekis volunter yang hanya bermodalkan pengalaman dan ketulusan. Kegiatan-kegiatan pembinaan iman seperti retret,
rekoleksi, camping rohani, sarasehan, pendalaman iman dan gerakan-gerakan
devosional masih sangat jarang dijumpai. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah pun masih sebatas pengetahuan semata. Sebagai akibatnya umat tidak memiliki
banyak pengetahuan tentang imannya dan tidak mampu memaknai pengalaman hidupnya, sehingga iman menjadi kering dan tidak relevan lagi.
Umat melalui pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat berharap agar para peserta beasiswa yang dikirim untuk menjadi guru agama dan katekis dapat menjadi
solusi terhadap masalah kekurangan tenaga kerja baik di bidang pendidikan maupun bidang katekese. Guru agama dan katekis inilah yang menjadi ujung tombak
terciptanya Gereja yang dicita-citakan oleh umat dan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat, yakni Gereja yang sungguh beriman pada Kristus menurut kebudayaan,
nilai-nilai dan cara hidup umat setempat LG art.1, sekaligus Gereja yang siap menjadi saksi Kristus di tengah kehidupan bermasyarakat GS art.1, sehingga
Gereja sungguh memiliki iman yang mendalam, relevan dan misioner. Oleh sebab itu para calon guru agama dan katekis ini pertama-tama harus memiliki iman yang
mendalam, berintegritas, memiliki pemikiran yang kritis, berkepribadian dewasa dan memiliki ketrampilan yang bisa diandalkan oleh Gereja.
61
B. Profil Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata
Dharma
Pada bagian ini penulis mengandalkan informasi dari Borang Akreditasi Prodi PAK-USD dan Laporan Evaluasi Diri Prodi PAK-USD yang disusun oleh tim
akreditasi tahun 2013. Prodi PAK merupakan salah satu Prodi yang dipercaya oleh pemerintah
Kabupaten Kutai Barat untuk mendidik dan membimbing para mahasiswa- mahasiswinya. Prodi PAK memiliki visi yang sama dengan harapan pemerintah
yakni, mendidik calon Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang beriman tangguh dan profesional demi terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat
Indonesia yang semakin bermartabat. PAK merupakan salah satu Prodi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang bertujuan untuk
menghasilkan sarjana pendidikan yang beriman mendalam, berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas, dengan sikap yang unggul dapat membantu
sesama umat beriman mengembangkan imannya, yang dapat berprofesi menjadi guru agama Katolik, katekis, dan pengembang karya katekese melalui kerja sama
dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi lainnya. Selama kurang lebih 54 tahun Prodi ini secara konsisten menyiapkan calon
katekis dan guru agama yang siap melayani sesama serta memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang memadai. Dengan semboyan
Pradnyawidya Prodi ini berupaya untuk membentuk pribadi yang cerdas dan juga bijaksana. Upaya ini diwujudkan
melalui sistem kurikulum yang menekankan pendidikan secara utuh bagi mahasiswa-mahasiswi. Pendidikan secara utuh ini bertujuan agar mahasiswa-
mahasiswi tidak hanya berkembang secara kognitif saja, tetapi aspek afektif dan psikomotorik juga berkembang. Pendidikan secara utuh yang dilaksanakan oleh
62 Prodi ini dapat dilihat dalam tiga kegiatan pokok dari kurikulum, yakni: kurikuler,
ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler Prodi ini mencakup proses perkuliahan yang memuat
mata kuliah keilmuan dan ketrampilan, keahlian berkarya serta mata kuliah kehidupan bermasyarakat. Bidang ilmu yang diajarkan meliputi kateketik, teologi,
Kitab Suci, filsafat dan pendidikan. Kegiatan kurikuler ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan bagi para calon katekis dan guru agama dalam
melaksanakan karya pelayanan. Kegiatan ko-kurikuler yang dilaksanakan oleh Prodi guna mendukung
perkembangan mahasiswa meliputi: pembinaan spiritualitas, suasana kekeluargaan dan perhatian pada setiap pribadi. Kegiatan pembinaan spiritualitas ini dilaksanakan
di setiap semester dengan tema yang berbeda-beda. Kegiatan ini bertujuan untuk membimbing para mahasiswa-mahasiswi agar dapat merefleksikan pengalaman
hidup sehari-hari dan memakani setiap pengalaman tersebut. Prodi ini juga sangat menekankan suasana kekeluargaan yang bertujuan
untuk memupuk relasi antara dosen, karyawan dan mahasiswa. Suasana ini sangat mendukung perkembangan pribadi mahasiswa-mahasiswi terlebih mereka yang
berasal dari luar Pulau Jawa. Melalui suasana ini tidak ada yang merasa terasing, karena semua merupakan satu keluarga. Prodi ini memberikan perhatian terhadap
setiap pribadi atau sering dikenal dengan istilah cura personalis yang terwujud
dalam kegiatan pendampingan oleh dosen pembimbing akademik DPA. Perhatian ini sangat penting, karena setiap mahasiswa memiliki latar belakang dan
permasalahan yang berbeda-beda, sehingga perlu diadakan pendekatan atau perhatian secara personal.
63 Selain
kegiatan kurikuler
dan ko-kurikuler,
Prodi ini
juga menyelenggarakan kegiatan ekstra-kurikuler guna mengembangkan bakat dan minat
mahasiswa. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi HMPS, di Prodi PAK disebut Himpunan Mahasiswa
Kateketik HIMKA. Kegiatan pengembangan bakat dan minat ini dikoordinir oleh seorang dosen yang ditunjuk sebagai kepala bidang kemahasiswaan. Kegiatan-
kegiatan yang dikoordinir oleh HIMKA dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu: bidang organisasi dan administrasi, bidang penalaran dan keilmuan, bidang
kesejahteraan dan bidang pengabdian masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam bidang organisasi dan administrasi mencakup
antara lain: kaderisasi pengurus HIMKA, pembentukan kepengurusan, penyusunan rencana kegiatan dan rencana anggaran, pelaksanaan tugas administrasi harian
HIMKA, evaluasi program, membangun jejaring dengan organisasi lain, terutama dalam lingkup Universitas Sanata Dharma. Kegiatan penalaran dan keilmuan antara
lain ceramah ilmiah membahas permasalahan-permasalahan yang aktual dengan mengundang narasumber dari luar Prodi guna mengisi acara pembinaan umum yang
diadakan secara rutin setiap hari KamisJumat minggu ketiga, menerbitkan majalah dinding dan majalah
Gema Pradnyawidya secara berkala. Kegiatan di bidang kesejahteraan meliputi kegiatan olahraga sepak bola,
volley, bulu tangkis, tenis meja, dan bela diri, kesenian paduan suara Pradnyawidya, band kampus, teater rakyat, tari, kesehatan, kursus ketrampilan
kursus elektronik, komputer, internet, media murah, fotografi, kegiatan keakraban meliputi malam keakraban dengan mahasiswa baru pada awal tahun akademik, hari
Prodi, pentas seni, nonton bareng, piknik dan kegiatan rohani: misa kampus setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64 awal bulan, ziarah, doa bersama, pelayanan misa di paroki-paroki. Dalam bidang
kesejahteraan ini ada tiga seksi yang bertanggungjawab, yakni seksi olahraga, keakraban seksi liturgi. Kegiatan-kegiatan di bidang pengabdian masyarakat antara
lain: posko bencana, donor darah, gerakan penghijauan, pelayanan tugas gerejani di berbagai paroki, retret dan rekoleksi untuk siswa dari berbagai sekolah, bina iman
anak dalam rangka BKSN dan Kristianitas di SMA Pangudi Luhur Van Lith. Setelah mengalami seluruh pendidikan yang ditawarkan oleh Prodi, para
lulusan diharapkan memiliki kompetensi yang integratif, mencakup ranah kognitif competence, afektif conscience dan psikomotorik compassion. Kompetensi
lulusan yang integratif ini digambarkan sebagai berikut: mempunyai integritas, kritis, dewasa, bisa diandalkan oleh Gereja, mampu mendampingi umat dalam
pencarian makna dan mampu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal iman.
C. Penelitian Tentang Gambaran Perkembangan Iman Mahasiswa-Mahasiswi
Kabupaten Kutai Barat 1.
Rencana Penelitian a.
Latar Belakang Penelitian
Iman yang mendalam merupakan salah satu syarat yang mutlak bagi seorang calon guru agama. Iman bukan hanya menyangkut hal-hal yang bersifat
religius atau hanya berhubungan dengan Tuhan, tetapi meliputi seluruh aspek dalam kehidupan. Iman memiliki tiga dimensi yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yakni
believing, trusting, and doing. Ketiga dimensi ini menyangkut segi kognitif, afektif dan motorik seseorang, sehingga bila membahas mengenai perkembangan iman
sesungguhnya adalah membahas perkembangan pribadi seseorang secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 menyeluruh. Iman hanya akan berkembang jika seluruh pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh selama masa studi direfleksikan atau dibatinkan, tetapi bila hal ini tidak dilaksanakan, maka seluruh proses perkuliahan hanya sebatas
menambah wawasan. Oleh sebab itu sangat penting bagi mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK untuk merefleksikan seluruh pengetahuan yang diperoleh, sehingga
kegiatan perkuliahan menjadi sarana untuk mencapai tujuan dan alasan mahasiswa- mahasiswi menempuh pendidikan di Prodi PAK.
Berdasarkan hal ini penulis ingin mendapatkan gambaran apakah mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat yang telah belajar di Prodi PAK ini
berkembang imannya sesuai dengan harapan pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan profil alumni Prodi PAK. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan
perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat selama belajar di Prodi PAK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam merencanakan program beasiswa dan menjadi referensi dalam kegiatan pendampingan mahasiswa.
b. Tujuan Penelitian
Menurut Groome 2010: 81 iman Kristen memiliki tiga dimensi yang diekspresikan dalam tiga kegiatan yakni, iman sebagai keyakinan
faith as believing, iman sebagai kepercayaan faith as trusting, dan iman sebagai tindakan
faith as doing. Dalam konteks mahasiswa Universitas Sanata Dharma kegiatan ini diterjemahkan dalam
triple C, yakni, competence, conscience dan compassion. Berdasarkan penjelasan ini maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
66 1.
Mendeskripsikan sejauh mana dimensi-dimensi iman mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat Prodi PAK berkembang.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman mahasiswa-
mahasiswi Kabupaten Kutai Barat Prodi PAK.
c. Definisi Konseptual
Groome 2010: 81 menyatakan bahwa iman Kristen sebagai realitas yang hidup meliputi tiga dimensi yakni, iman sebagai keyakinan
faith as believing, iman sebagai kepercayaan
faith as trusting, iman sebagai tindakan faith as doing.
d. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono 2013 : 14, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yakni, penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian.
Penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
e. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain ex post facto.
Desain ini menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas telah terjadi sebelumnya, sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal
melihat efeknya pada variabel terikat. Menurut Sugiyono 2013: 50 penelitian dengan desain
ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-