Tahap-Tahap Perkembangan Iman Menurut Fowler

27 Bagi orang dewasa muda yang dijadikan kriteria adalah aspek penghayatan yang sungguh-sungguh pribadi dan mesra sebagaimana diilhami dan disemangati oleh Allah yang berkarya dan mendorong hati mereka. Dalam tahap ini seseorang menemukan identitasnya dan terbuka pada realitas sosial yang ada Cremers, 1995: 160-179.

5. Tahap Konjungtif Setengah baya: 35-40 tahun

Kepercayaan konjungtif biasanya muncul setelah usia paruh baya, yakni sekitar usia 35 tahun. Pada tahap ini gambaran diri yang telah tersusun ditinjau kembali secara lebih kritis. Berbagai pandangan hidup, kepribadian dan batas-batas diri yang sebelumnya telah ditetapkan dengan jelas, kini seakan-akan tidak ada. Muncul kesadaran baru dan pengakuan kritis terhadap berbagai macam ketegangan yang dirasakan oleh sang pribadi dalam diri dan hidupnya. Kebenaran tidak lagi dipandang sebagai hasil penangkapan arti yang bersifat rasional, konseptual dan jelas, melainkan hasil perpaduan berbagai paradoks. Dalam tahap ini seseorang mengalami tingkat kepolosan kedua yang mempengaruhinya dalam menafsirkan arti simbol. Semua simbol, bahasa, cerita, mitos, dan lain sebagainya, diterima sebagai salah satu sarana yang cocok untuk mengungkapkan realitas yang lebih mendalam Cremers, 1995 : 185-205. Seorang yang berada dalam tahap ini mulai melihat bahwa kenyataan sekitar saling berkaitan. Mereka memiliki pengetahuan yang dialogis dengan pola komunikasi yang lebih matang. Dialog dipahami sebagai jalan untuk mengenal dan memahami pihak lain, sekaligus memperteguh imannya. Mereka mampu hidup dalam situasi 28 paradoks dan meyakini bahwa Allah adalah penopang hidup serta terang yang selalu menyinari dari dalam Heryatno, 2008 : 79.

6. Tahap Yang Mengacu Pada Universalitas 30 tahun ke atas.

Tahap ini dianggap sebagai tahap yang paling tinggi. Dalam tahap ini keyakinan transendental mampu melampaui seluruh ajaran agama dan kepercayaan di dunia. Pada tahap ini orang tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, bahkan kehadirannya dimaknai sebagai agen yang membawa perubahan di tengah dunia ke arah yang sebenarnya Kerajaan Allah. Pada tahap ini seseorang sangat mencintai kehidupan, tetapi kehidupan tersebut tidak dipertahankan secara mati-matian. Dalam istilah teologi tahap ini adalah tahap di mana Kerajaan Allah dialami sebagai realitas kehidupan. Sedangkan dalam spiritualitas, tahap ini adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan Cremers, 1995 : 96-218. Seseorang yang berada dalam tahap ini memiliki pandangan hidup yang menyeluruh comprehensif, holistic, integratif dan menembus sekat-sekat yang ada. Mereka mampu mengatasi ego dan mengarah pada yang transenden. Orang-orang miskin, tersingkir, menderita dan tertindas menjadi prioritas perhatian mereka. Heryatno 2008: 79 mengungkapkan kembali pandangan Fowler yang menyatakan bahwa Bunda Teresa, M. Gandhi dan Marthin Luther merupakan tokoh yang telah mencapai tahap universalitas dalam beriman. 29

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan iman

1. Faktor Internal

a. Kebebasan

Menurut Chang 2001: 57 kebebasan adalah kemampuan untuk menentukan pilihan yang berasal dari dalam diri tanpa ada paksaan dari pihak luar. Kendati kebebasan merupakan masalah perseorangan bukan berarti kebebasan adalah sesuatu yang tanpa aturan. Kebebasan harus ditempatkan dalam konteks hidup manusia yang terbatas. Manusia selalu hidup berdampingan dengan orang lain, sehingga kebebasan seseorang selalu terkait dengan tatanan nilai normatif yang disepakati bersama. Perwujudan kebebasan dalam hubungan dengan batas-batas itu memungkinkan manusia untuk menemukan dan mengamalkan kebebasan dalam arti yang utuh. Dalam hal ini kebebasan terarah pada kebebasan interior manusia. Kebebasan ini menghantar manusia untuk sampai pada kebebasan mengambil keputusan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Keputusan yang berasal dari dalam diri dan disadari oleh akal budi adalah keputusan yang lahir dari kebebasan. Keputusan yang diambil berdasarkan kebebasan ini sangat penting terutama keputusan dalam hal iman. Karena iman menyangkut seluruh hidup maka harus dipastikan bahwa tindakan yang dilakukan dalam upaya mewujudkan iman bukanlah intervensi dari pihak luar. Tindakan yang penuh kebebasan ini akan menjadikan seseorang sungguh menyadari apa yang ia lakukan dan menjadikan tindakan tersebut bagian dari hidupnya. Kebebasan merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup beriman. Karena iman yang dewasa mengandaikan bahwa seseorang mampu memilih secara bebas, sehingga ia menyadari dan bertanggungjawab atas pilihan yang ia tentukan. 30

b. Suara Hati

Menurut Chang 2001: 129 suara hati dalam bahasa Latin disebut conscientia yang terbentuk dari dua kata yakni, cum dengan dan scientia pengetahuan. Secara harafiah suara hati berarti “pengetahuan dengan”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia suara hati berarti hati yang telah mendapat cahaya Tuhan atau perasaan yang paling murni. Dalam terjemahan bahasa Indonesia un sur “hati” lebih ditekankan daripada pengetahuan. Chang 2001: 129 juga mengemukakan kembali pemikiran Thomas Aquinas tentang suara hati yakni, “conscienta dicitur cum alio scientia” “hati nurani sebagai pengetahuan beserta yang lain”. Kata “cum-scientia” dimengerti sebagai “manusia mengetahui sesuatu dengan yang lain”. Suara hati dalam pemikiran Thomas Aquinas mengandung pengertian yang lebih kaya, sebab buka n hanya “dengan pengetahuan”, tetapi memuat dimensi kebersamaan atau keterkaitan antar pribadi. Definisi ini ingin menegaskan bahwa suara hati tidak hanya menca kup unsur “pengetahuan” tetapi juga “hati”, hal ini berarti mencakup seluruh pribadi manusia. Katekismus Gereja Katolik memberikan uraian yang sangat jelas mengenai suara hati yakni, sebagai berikut : Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum, hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batin KGK, art. 1776 Berdasarkan uraian ini suara hati dapat dipahami sebagai bisikan atau suara yang menyerukan untuk selalu berbuat kebaikan. Suara hati adalah kesadaran moral yakni, 31 kesadaran tentang hal yang baik dan yang jahat. Suara hati tidak hanya sekedar kesadaran moral tetapi juga kemampuan untuk mengambil keputusan untuk melakukan yang baik dan menghindari yang jahat. Suara hati adalah inti terdalam dari manusia, karena melalui suara hati seseorang dapat mendengar suara Allah yang menggema.

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan tanggapan atas tindakannya. Tanggapan tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa tindakan tersebut dilakukan dan kesanggupan untuk menanggung konsekuensi dari tindakan tersebut. Dalam konteks moral, tanggung jawab tidak hanya dimaknai sebagai kesanggupan memberi jawaban dan menanggung konsekuensi, tetapi merupakan komitmen untuk melakukan kebaikan Dapiyanta, 2013: 34 Chang 2001: 59 mengungkapkan kembali pandangan Vidal tentang tiga unsur penting dalam menentukan tanggung jawab moral seseorang atas tindakannya yakni, unsur afektif, pengetahuan dan kehendak. Unsur afektif termasuk dalam bagian mendasar dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Karena tindakan manusia lahir dari iklim kejiwaan seseorang. Tatanan afektif manusia bukan hanya bersifat perasaan, tetapi sungguh mencerminkan kesatuan dalam diri manusia. Namun harus tetap dipahami bahwa masalah moral bukanlah masalah sentimental, karena moral berdasarkan kedalaman dan maksud tindakan seseorang. Unsur afektif dalam tindakan dijadikan sebagai kategori tindakan bertanggungjawab. Sedangkan unsur pengetahuan menyangkut keterlibatan akal budi manusia dalam melakukan suatu tindakan. Unsur pengetahuan mencakup perhatian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 pertimbangan mendalam dan batasan-batasan yang terkontrol. Pengetahuan dalam hal ini tidak hanya mengacu pada kebenaran secara umum, tetapi mengacu pada arti pengetahuan akan nilai-nilai moral yang perlu ditempatkan dalam visi sejarah keselamatan. Unsur lain yang menentukan tanggungjawab moral seseorang adalah kehendak. Unsur ini menjadi penyatu antara unsur-unsur lain dalam tindakan. Kehendak merupakan suatu kesatuan kepribadian manusia yang diungkapkan dalam tindakan. Dalam tindakan yang berdasarkan kehendak tidak ada unsur paksaan, karena kehendak berasal dari dalam diri manusia. Unsur kehendak menunjuk pada aspek kebebasan seseorang untuk berbuat sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut maka tanggungjawab dapat diartikan sebagai kesanggupan untuk memberi tanggapan terhadap tindakan yang ia lakukan dan merupakan sebuah komitmen untuk melakukan kebaikan. Sedangkan tanggungjawab moral adalah tindakan yang didasari oleh perasaan, pertimbangan akal budi dan kehendak bebas.

2. Faktor Eksternal

a. Keluarga

Keluarga adalah tempat perkembangan iman yang pertama dan utama. Dalam sebuah keluarga orang tua memiliki peran yang sangat strategis untuk mendidik dan memperkembangkan iman anak-anaknya. Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Gravisimum Educationis tentang Pendidikan Kristen menyatakan bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar mereka mengabdi Allah sesuai dengan iman permandiannya dan disiapkan untuk memasuki masyarakat serta umat Allah sebagai orang dewasa GE, art. 3. Keluarga adalah tempat penyemaian 33 benih-benih iman. Orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik bagi anak- anaknya, sehingga benih-benih iman yang tertanam dalam diri anak-anak mereka dapat berkembang GE , art. 11. Kitab Hukum Kanonik KHK menyatakan : Orang tua, karena telah memberi hidup kepada anak-anaknya, terikat kewajiban yang sangat berat dan mempunyai hak untuk mendidik mereka, maka dari itu adalah pertama-tama tugas orang tua kristiani untuk mengusahakan pendidikan kristiani anak-anak menurut ajaran yang diwariskan Gereja Kan. 226, § 2. Orang tua memiliki tugas yang cukup berat yakni, bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan pendidikan anaknya. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama untuk anak-anaknya terutama dalam hidup beriman. Suasana yang penuh dengan kehangatan kasih sayang dan penghargaan adalah tempat yang sangat kondusif untuk perkembangan iman anak. Oleh sebab itu perlulah suasana tersebut diusahakan agar tercipta dalam keluarga, sehingga semua anggota keluarga merasa saling memiliki. Perkembangan iman seseorang mendapat pengaruh yang sangat besar dari keluarganya. Jika dalam keluarga seorang anak tidak pernah mengalami pendidikan iman dan teladan yang baik, maka dapat dipastikan setelah dewasa ia akan kesulitan mempertanggungjawabkan imannya. Suasana dalam keluarga sangat menentukan perkembangan iman seseorang. Oleh sebab itu keluarga diharapkan mampu untuk menunjukkan sikap cinta terhadap kehidupan. Sikap tersebut ditandai dengan keyakinan yang teguh bahwa hidup sebagaimana adanya harus dihadapi oleh setiap keluarga seperti yang dikehendaki sang pencipta. Hidup keluarga adalah tawaran kasih karunia Allah yang menghendaki segalanya menjadi baik. Maka setiap keluarga diharapkan mampu menjadikan segalanya baik Darmawijaya, 1994: 7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 Keluarga sering juga di sebut sebagai lingkungan primer karena merupakan tempat bagi anak untuk mengalami pembinaan iman yang pertama. Oleh sebab itu peran keluarga sangat penting dan mendasar bagi perkembangan iman anak. Jika dalam keluarga diselenggarakan pembinaan iman yang kondusif dan relevan serta signifikan maka iman anak akan terbentuk sampai ia dewasa. Sebaliknya jika dalam lingkungan primer gagal memberikan pembinaan iman yang layak, maka kemungkinan dalam tahap sekunder juga akan gagal.

b. Gereja

Menurut Mardiatmadja 1985: 15 kata Gereja berasal dari bahasa Portugis Igreja yang berakar dari Bahasa latin Ecclesia. Kata-kata ini merupakan terjemahan dari Bahasa Hibrani Qahal, yang berarti pertemuan. Kata ini seringkali digunakan untuk menyebut pertemuan dalam rangka perayaan kepada Yahwe yang disebut Qahal Yahwe. Istilah ini juga bermakna sebagai pertemuan meriah umat Allah. Sementara dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah kerk yang serumpun dengan kirche dalam bahasa Jerman. Kedua kata ini berasal dari bahasa Yunani riake yang berarti milik Tuhan. Dalam bahasa Indonesia istilah Gereja mengandung kedua arti tersebut dan digunakan untuk menyebut paguyuban umat beriman. Katekismus Gereja Katolik menguraikan makna Gereja sebagai Berikut : Gereja itu dalam Kristus bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Tujuan utama Gereja ialah menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam. Oleh karena persatuan di antara manusia berakar dalam persatuan dengan Allah, maka Gereja adalah juga sakramen persatuan umat manusia. Di dalam Gereja kesatuan ini sudah mulai, karena ia mengumpulkan manusia-manusia dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa. Serentak pula Gereja adalah tanda dan sarana untuk terwujudnya secara penuh kesatuan yang masih dinantikan KGK, art. 775. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 15 132

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Usaha meningkatkan mutu renungan harian di program studi Pendidikan Agama katolik untuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakart

0 11 138

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

0 2 118

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230