2.2.3. Kepatuhan Wajib
Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip oleh Kiryanto, 1999, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau
aturan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu, kelompok dan organsasi. Dalam hal pajak, aturan yang berlaku
adalah aturan perpajakan. Jadi dalam hubungannya dengan wajib pajak yang patuh, maka pengertian kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan
untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Kiryanto, 1999
Menurut Zain, Mohammad 2008: 31, Misi utama dari instansi pajak adalah menciptakan dan mengembangkan iklim perpajakan yang
bercirikan : 1.
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan tepat
3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar
4. Membayar pajak tepat pada waktunya.
Dari keempat misi tersebut diatas, satu sama lain saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri jadi wajib pajak patuh tidak hanya karena satu tindakan
saja melainkan beberapa tindakan yang merupakan kewajiban perpajakan wajib pajak seperti yang telah diuraikan yaitu wajib pajak memahami
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, mengisi formulir
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pajak dengan tepat, menghitung pajak dengan jumlah yang benar dan membayar pajak tepat pada waktunya.
Apabila wajib pajak gagal memenuhi semua kewajiban di atas maka mereka dapat dianggap sebagai wajib pajak yang tidak patuh. Namun, ada
perbedaan dalam menentukan derajat ketidakpatuhan apakah kesalahan wajib pajak itu atas kesengajaan untuk tidak memenuhi kewajiban atau
karena ketidaktahuan atau juga karena perbedaan intepretasi dalam memandang peraturan yang berlaku.
Wajib pajak yang tergolong patuh dapat mencerminkan bahwa dalam diri wajib pajak telah tertanam jiwa kebangsaan yang kuat dalam
mempertahankan kemaslahatan hidup manusia, sepanjang dalam membayar pajak tersebut tidak merasa adanya unsur paksaan, walaupun secara teori
paksa merupakan unsur pengertian pajak. Penekanan jiwa kebangsaan dalam diri Wajib Pajak Patuh berkaitan dengan pelayanan yang diberikan
kepada Wajib Pajak yang bersangkutan adalah hal wajar terlebih dalam era reformasi dan transparansi yang saat ini dituntut oleh semua pihak.
2.2.4. Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak