“Menurut Sarlito 2002: 87, Arti adalah hasil dari proses belajar yang berwujud gejala idiosinkratik. Dalam proses belajar, arti yang
terpendam dalam simbol dikonversikan dalam isi kognitif yang berbeda-beda”. Setelah wajib pajak memahami kewajiban dan hak
perpajakannya yang didapat melalui sosialisasi perpajakan kemudian wajib pajak akan mengambil inti dari yang telah ia pelajari.
Berdasarkan uraian teori diatas, pengetahuan perpajakan berjalan sesuai dengan runtutan yaitu diawali dengan proses kognisi dan
struktur kognitif, rangsang, respons dan diakhiri dengan mengambil suatu arti atau inti dari yang telah dipelajari. Dengan demikian
sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu untuk dipahami dan dipelajari oleh wajib pajak sehingga mampu
menimbulkan rasa sadar akan pentingnya pajak dalam diri wajib pajak. Apabila wajib pajak telah sadar lalu menjalankan kewajiban
perpajakannya, maka mampu menciptakan wajib pajak patuh.
2.2.8. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori rangsang balas stimulus-response theory Sartilo, 2002:19 menjadi salah satu teori yang mendukung adanya hubungan antara
pelayanan petugas wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Pelayanan yang baik akan membuat wajib pajak bereaksi dengan baik pula sehingga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
timbul dorongan dari dalam diri wajib pajak untuk selalu menjalankan kewajibannya.
Pelayanan yang diterapkan pemerintah merupakan sistem kontrol yang memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan. Melalui pemberian
sosialisasi, pelayanan, pengawasan maka akan mendorong individu berinteraksi dengan pemerintah, sehingga timbul kesadaran untuk patuh.
Teori lain yang mendukung adanya hubungan antara dua orang adalah teori hasil interaksi [Sarlito, 2002: 33]. Teori ini menjelaskan bahwa
interaksi sosial hanya akan diulangi apabila kedua belah pihak memperoleh hasil yang positif. Pelayanan para petugas pajak terhadap wajib pajak akan
memperoleh dampak yang positif apabila keduanya sama-sama menjalankan kewajibannya. Petugas pajak akan memperoleh gaji dari
pemerintah atas pelayanan yang ia berikan sedangkan wajib pajak memperoleh imbalan dari pemerintah jika telah menjalankan kewajibannya.
Teori lain yang juga mendukung adalah teori inferensi korespondensi yang dikembangkan oleh Jones Davis 1965. Teori ini
menerangkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat dari pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain.
Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak
dengan kepatuhan wajib pajak yakni pelayanan yang baik dari petugas pajak akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula dalam melakukan kewajiban
perpajakannya, begitu pula sebaliknya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.9. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori yang mendukung adanya hubungan antara persepsi wajib pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh dengan kepatuhan wajib pajak
adalah teori rangsang balas yang sering disebut dengan teori penguat yang menyatakan tentang kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku
tertentu jika ia menghadapi suatu rangsang tertentu Sarlito,2002: 19”. Untuk menjadi wajib pajak patuh, kriteria yang telah ditentukan oleh
pemerintah diharapkan bisa dipenuhi oleh wajib pajak meskipun kriteria wajib pajak patuh masih dirasa terlalu banyak. apabila kriteria wajib pajak
patuh dipenuhi oleh wajib pajak, maka wajib pajak berhak mendapatkan imbalan beupa restitusi di muka.
Jika teori rangsang balas dihubungkan dengan kriteria wajib pajak patuh maka wajib pajak seharusnya bertingkah laku positif dalam arti wajib
pajak bersifat aktif dalam upaya untuk menjadi wajib pajak patuh sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian apabila wajib pajak
memiliki kelebihan atas pembayaran pajak, maka wajib pajak berhak mendapatkan imbalan berupa restitusi di muka tanpa adanya pemeriksan
dari petugas pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3. Kerangka Pikir
Di dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib
pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh. Sampel dalam penelitian ini adalah
WP Badan yang berada di KPP Wonocolo. Untuk menentukan kerangka dalam penelitian ini didukung oleh
premis oleh penelitian terdahulu, yaitu :
Premis 1 : Teori rangsang balas stimulus-response theori yang sering disebut juga
dengan teori penguat reinforcement-theory Sarlito, 2002: 19. Teori ini menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku
tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu. Premis 2 :
Teori hasil interaksi Sarlito, 2002: 33. Teori ini menjelaskan bahwa interaksi sosial hanya akan diulangi apabila kedua belah pihak memperoleh
hasil yang positif. Premis 3 :
Terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dan tidak patuh, ada persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh
terhadap petugas pajak, ada perbedaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh terhadap kriteria wajib pajak patuh Trisna Gardina dan
M.Y. Dedi Haryanto, 2006.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.