positif dalam usahanya untuk mengembangkan hubungan yang baik dan menyenangkan dengan para pembayar pajak sehingga para wajib pajak
memberikan reaksi yang positif terhadap sikap petugas pajak.
2.2.6. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh
Dasar hukum penetapan kriteria wajib pajak patuh ini terdapat pada Peraturan Mentri Keuangan No 192PMK.032007. Wajib pajak dengan
kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun berturut- turut, dan
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima tahun terakhir.
Bagi wajib pajak yang dapat memenuhi kriteria tersebut, akan diberikan pembayaran restitusi di muka dan penghargan dari Direktorat
Jenderal Pajak. Wajib pajak dapat memperoleh hak atas restitusi dalam jangka waktu tiga bulan untuk pajak penghasilan PPh tanpa melalui
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemeriksaan oleh petugas pajak. pengembalian restitusi ini merupakan fasilitas yang akan diberikan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak tidak
perlu lagi menunggu menunggu hingga satu tahun untuk mendapatkan kembali restitusi pajak penghasilan.
Tabel 4: Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Masa
Jenis Pajak Yang Menyampaikan
SPT Batas Waktu Penyampaian
SPT Masa PPh Pasal 21
Pemotong pajak Tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 22 Impor, PPN dan PPnBM atas impor
Wajib Pajak
14 hari setelah berakhirnya Masa Pajak
PPh pasal 23 Pemotong pajak
Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
PPh pasal 25 Wajib
Pajak yang
Punya NPWP Tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal
26 Tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
PPN dan PPnBM Pengusaha Kena Pajak Tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Tabel 5: Batas Waktu Penyampaian Surat Perberitahuan SPT Tahunan Jenis Pajak
Yang Menyampaikan SPT
Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak
yang mempunyai NPWP
Selambatnya 3 bulan setelah akhir tahun pajak biasanya
tanggal 31 Maret tahun berikutnya
PPh Pasal 21 tahunan Pemotong PPh Pasal
21 Selambatnya 3 bulan setelah
akhir tahun pajak
Tabel di atas merupakan perincian mengenai batas waktu penyampaian SPT masa dan tahunan untuk masing- masing jenis pajak. Dari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
batas waktu yang telah ditentukan oleh Pemerintah diharapkan agar wajib pajak dapat mematuhinya dan tidak sampai terjadi keterlambatan baik
karena ketidaktahuan wajib pajak tentang batas waktu ataupun keengganan wajib pajak sendiri dalam melaporkan SPT masa maupun tahunan.
2.2.7. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengetahuan perpajakan yang dimiliki seorang wajib pajak, didukung oleh teori rangsang balas stimulus-response theori yang sering
disebut juga dengan teori penguat reinforcement-theory Srlito, 2002: 19. Teori ini menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk bertingkah
laku tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu. Dengan demikian apabila pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak dianggap
sebagai salah satu bentuk rangsangan atau stimulus, maka diharapkan mampu mendorong wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Selain teori rangsang balas, teori lain yang mendukung adalah teori- teori yang berorientasi kognitif. “Teori kognitif adalah teori yang
menitikberatkan proses-proses sentral misalnya: sikap, ide, harapan Sarlito, 2002:83”. Terdapat empat istilah dasar dalam teori kognitif :
1. Kognisi dan Struktur Kognitif
Menurut Nieser sebagaimana dikutip oleh Sarlito, 2002:85 Kognisi adalah proses mengubah, mereduksi, memperinci, menyimpan,
mengungkapkan, dan memakai setiap masukan input yang datang dari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
alat indra. Dengan demikian, sosialisasi perpajakan dari pemerintah yang merupakan masukan input bagi para wajib pajak, nantinya akan
dipahami, dihafaldisimpan dalam memori wajib pajak yang selanjutnya akan diterapkan oleh wajib pajak dalam menjalani kewajiban
perpajakannya. 2.
Rangsang “Menurut Sarlito 2002: 86, definis rangsang yang banyak
dipakai adalah rangsang yang merupakan dalam bentuk fisiknya”. Sosialisasi perpajakan merupakan salah satu bentuk rangsang bagi
wajib pajak. Motivasi yang ada pada diri wajib pajak tergantung pada sekuat apa rangsang tersebut, yakni sejauh mana sosialisasi perpajakan
mampu menciptakan kesadaran wajib pajak sehingga mampu menjadi wajib pajak patuh.
3. Respons
“Menurut Sarlito 2002: 87, respons adalah proses pengorganisasian rangsang”. Setelah diberikan sosialisasi perpajakan,
maka wajib pajak akan merespons hal- hal yang berkenaan dengan pajak, baik itu berupa respons positif maupun respon negatif. Respons
positif berarti wajib pajak menjalankan kewajiban dan haknya sesuai dengan yang telah disosialisasikan oleh pemerintah, sedangkn respon
negatif adalah wajib pajak masih enggan menjalankan kewajiban dan hak perpajakannya meskipun telah diberikan sosialisasi.
4. Arti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
“Menurut Sarlito 2002: 87, Arti adalah hasil dari proses belajar yang berwujud gejala idiosinkratik. Dalam proses belajar, arti yang
terpendam dalam simbol dikonversikan dalam isi kognitif yang berbeda-beda”. Setelah wajib pajak memahami kewajiban dan hak
perpajakannya yang didapat melalui sosialisasi perpajakan kemudian wajib pajak akan mengambil inti dari yang telah ia pelajari.
Berdasarkan uraian teori diatas, pengetahuan perpajakan berjalan sesuai dengan runtutan yaitu diawali dengan proses kognisi dan
struktur kognitif, rangsang, respons dan diakhiri dengan mengambil suatu arti atau inti dari yang telah dipelajari. Dengan demikian
sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu untuk dipahami dan dipelajari oleh wajib pajak sehingga mampu
menimbulkan rasa sadar akan pentingnya pajak dalam diri wajib pajak. Apabila wajib pajak telah sadar lalu menjalankan kewajiban
perpajakannya, maka mampu menciptakan wajib pajak patuh.
2.2.8. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak