Uji F Uji t

X 3 = Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh e = kesalahan pengganggu disturbance term, artinya nilai-nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Hasan, 2003: 254

3.4.5. Uji Hipotesis

3.4.5.1. Uji F

Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi linier berganda yang dihasilkan digunakan uji F dengan prosedur : 1. Menyusun hipotesis H : β 1, β 2, β 3 = 0 Model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak cocok. H : β 1, β 2, β 3  0 Model regresi linier berganda yang dihasilkan cocok. 2. Derajat pembilang digunaka nilai k-1, yaitu jumlah variabel dikurangi 1 Untuk derajad penyebut digunakan n-k, yaitu jumlah sampel dikurangi dengan jumlah variabel. Sedangkan untuk taraf signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5. 3. Kriteria keputusan a. Jika nilai propabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y. b. Jika nilai propabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y.

3.4.5.2. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel X 1 , X 2 , atau X 3 berpengaruh nyata atau tidak terhadap Y dengan melakukan uji-t. Beberapa langkah yang diperlukan adalah sebagi berikut : 1. Menentukan Hipotesis. Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan berpengaruh nyata apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol Suharyadi, 2004: 525. Berikut hipotesis lengkapnya : a. H : β 1, β 2, β 3 = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. H 1 : β 1, β 2, β 3  0 Ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y. 2. Derajat bebas yaitu n-k, level of signifikan  = 5 3. Kriteria keputusan : a. Jika nilai propabilitas 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y. b. Jika nilai propabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak X1, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak X2, atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh X3 terhadap kepatuhan wajib pajak Y. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Surabaya Wonocolo

Sebagai unit organisasi Departemen Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak DJP mempunyai tugas yang cukup menentukan bagi kelangsungan pembangunan. Selain bertugas untuk menghimpun penerimaan dalam sektor pajak dengan target penerimaan yang terus menerus meningkat setiap tahun, Direktorat Jenderal Pajak DJP juga ditintut memberikan pelayanan pajak yang baik dan berkualitas bagi masyarakat Wajib Pajak. Demi melaksanakan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak DJP membentuk unit organisasi dibawahnya yang meliputi Kantor Pelayanan Pajak KPP diseluruh Indonesia, guna lebih menyentuh target, yaitu masyarakat wajib pajak. Dalam perkembangannya, tak henti-hentinya dilakukan perbaikan struktur organisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak DJP. Salah satunya membentuk KPP baru yang diharapkan mampu mengakomodasi seluruh kepentingan Direktorat Jenderal Pajak DJP dan masyarakat. Perbaikan struktur organisasi tersebut terakhir digunakan dalam surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak DJP Nomor SE-575PJ2001 tanggal 23 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.