yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai
media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik pemerintah , duni usaha dan media massa.
Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang,
malu bersikap malas, malu membiarkan lingkunganya kotor. Karakter tidak terbentuk secar instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar
mencapai bentuk dan kekutan yang ideal. Richard Eyre dan Linda dalam Heri Gunawan berpendapat bahwa yang menghasilkan suatu perilaku dan
perilaku itu berdampak positif, baik bagi orang yang melajalankan maupun bagi orang lain ialah sebuah kejujuran yang dinyatakan sebagai sebuah nilai
yang positif. Karena perilaku ini menguntungkan baik bagi yang melakukan maupun bagi orang lain yang terkena akibatnya. Sama halnya dengan
keadilan, tanggung jawab, hormat, kasih sayang dll. Nilai-nilai ini walaupun diberikan kepada orang lain, maka persediaan perbendaharaan bagi yang
melakukan pun masih banyak dan semakin banyak orang memberikan kepada orang lain, maka akan semakin banyak pula dia menerima dari orang
lain.
c. Pendekatan Tematik Integrative
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu integrated instruction yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan ini
berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihanhafalan drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memeberikan pengalaman bermakan kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembalajaran tematik, siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkanya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembalajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran
sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. Dalam melaksanakannya, pendekatan pembelajaran tematik ini
bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan dengan adanya tema akan memberikan banyak keuntungan
diantaranya: 1 siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2 siswa dapat mempelajari dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, 3 pemahaman terhadap materi pembelajaran lebih mendalam dan berkesan,
4 kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5 siswa dapat lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6 siswa dapat lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengambungkan mata pelajaran lain, 7 guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan memberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Secara
filosofis, kemunculan
pembelajaran tematik
sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut 1 progresivisme, 2
kontruktivisme 3 humanism aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentuk kreativitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah natural, dan memerhatikan pengalaman siswa. Dalam proses belajar, siswa dihadapkan pada
permasalahan yang menuntut pemecahan. Untuk memecahkan masalah tersebut, siswa harus memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan
pengalaman belajar yang telah dimiliki. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa direct expriences sebagai kunci dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, isi atau materi pembelajaran perlu dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Menurut aliran
ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri
oleh masing-masing. Pengetahuan merupakan sesuatu yang berkembang terus-menerus.
Keaktifin siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanis
memelihat siswa dari segi keunikan kekhasannya, potensinya dan motivasi yang dimilkinya. Siswa selain melihat kesamaan juga memiilki kekhasan.
Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: a layanan pembelajaran selain bersifat klasikal juga bersifat individual. b
pengakuan adanya siswa yang lambat slow learning dan siswa yang cepat, c penyikapan tehadap hal-hal yang unik dari diri siswa, baik yang
menyangkut faktor personalindividual maupun yang menyangkut faktor lingkungan sosialkemasyarakatan.
d. Pendekatan Saintifik