Pengembangan perangkat pembelajaran subtema Aku Istimewa mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA AKU ISTIMEWAMENGACU KURIKULUM SD 2013

UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR Muhammad Wahyu Sukoco

Universitas Sanata Dharma 2015

Pengetahuan yang dimiliki guru mengenai kurikulum SD 2013 masih kurang. Guru masih kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dan melakukan penilaian otentik. Selain itu, guru juga masih memerlukan contoh perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum SD 2013. Oleh sebab itu, pengembangan perangkat pembelajaran masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dikembangan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 yang menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik serta penilaian otentik dalam kegiatan pembelajarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Kemp (2011) dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983). Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SD Negeri Tegalrejo Yogyakarta, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua pakar Kurikulum 2013 dan dua guru kelas I SD.

Berdasarkan validasi dua pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 3,77 dan 4,51, dua guru kelas I SD menghasilkan skor 4,02 dan 4,53. Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,21 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal tersebut ditinjau dari 11 aspek yang ada pada instrumen validasi yaitu, adalah (1) identitas rpp, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) skenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) lembar kerja siswa dan (11) bahasa.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENTAL LEARNING INSTRUMENTS

SUBTHEME I AM EXTRAORDINARY BASED ON ELEMENTARY SCHOOL 2013 CURRICULUM FOR FIRST GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Muhammad Wahyu Sukoco Sanata Dharma University

2015

Teachers’ knowledge about curriculum 2013 for elementary school still lack and limited. The teachers are still finding difficulties in implementing scientific approach and in doing authentic evaluation. Besides, the teachers still need some example of learning instrument which based on curriculum 2013 for elementary school. Therefore, development of learning instrument is really needed in order to fulfil teachers’ need.

This research is a development research. The product that developed in this research is a set of learning instrument that based on curriculum 2013 for elementary school also thematic integrative, scientific, and authentic measurement approach in the learning process. The aim of this research is to produce a set of learning instruments based on curriculum 2013 for elementary school.

This material development use the procedure of material development by Jerold E. Kemp (2011) and the procedures are adopted and become a more simple development model, which is used as the research’s principal. There are five steps of development procedure used in this research. They include (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, to produce the final product design such as learning tools which refers Curriculum 2013 for the first grade of primary school students. Instruments in this study is a list of needs analysis interview questions. Interviews were used for analysis needs to first grade elementary school teacher Gentan, Ngaglik, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of learning by two experts Curriculum 2013 and the two first grade elementary school teacher.

Based on the validation of two experts Curriculum 2013 resulted in a score of 3,77 (good) and 4.51 (very good), two first grade elementary school teacher resulted in a score of 4.02 (good) and 4.53 (very good). The teaching material gets the average score of 4,21 and it is categorized “good”. It is observed from 11 aspect of the instrument validation ie, are (1) the identity RPPTH, (2) the formulation of indicators, (3) formulating learning goals, (4) the selection of teaching materials, (5) the selection of learning resources, (6) learning media selection, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student worksheets and (11) language.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

SUBTEMA AKU ISTIMEWA MENGACU KURIKULUM SD

2013 UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Muhammad Wahyu Sukoco NIM: 111134221

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

SUBTEMA AKU ISTIMEWA MENGACU KURIKULUM SD

2013 UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Muhammad Wahyu Sukoco NIM: 111134221

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

ALLAH SWT

Sumber segala rahmat yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap langkahku

Bapak dan Ibuku tercinta Bapak Wahyudi dan Ibu Parjiyem

yang selalu memberikan doa, restu, dan semangat untuk terus berjuang

Kakak-kakakku tercinta Jaka Suryanta, Puji Astuti, Ferry Irawan, Bekti Setyani, Tri Suwarto, dan Diah Retno Satuti

yang selalu memberikan saran dan dukungan

Kharisma Citra Melati

Terima kasih atas perhatian, motivasi dan dukungannya

Teman-temanku mahasiswa PGSD

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang, canda, dan tawa yang kalian berikan

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan pada hari ini. Jangan menunggu waktu yang tepat untuk

melaksanakan sesuatu, karena waktu tidak pernah tepat bagi mereka yang menunggu.

Jika anda menginginkan kehidupan terbaik, maka anda akan menghadapi masalah yang sulit.

Kesuksesan adalah mengenal kemampuan diri sendiri dalam menghadapi dan melalui kesulitan dengan senang hati.

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana

hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit.

–Ali bin Abi Thalib-

Terkadang ada beberapa hal dalam hidup yang tidak dapat dijelaskan kenapa semua harus berjalan semestinya. Tapi

satu hal yang kutahu, kamu adalah sesuatu hal yang istimewa. –Elysium-

Jangan salahkan orang lain karena mengecewakan kamu. Salahkan diri kamu sendiri, karena berharap terlalu banyak


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Maret 2015


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Muhammad Wahyu Sukoco

Nomor Mahasiswa : 111134221

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Aku Istimewa Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa Kelas Satu (1) Sekolah Dasar.

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan rolayti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Februari 2015

Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA AKU ISTIMEWAMENGACU KURIKULUM SD 2013

UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR

Muhammad Wahyu Sukoco Universitas Sanata Dharma

2015

Pengetahuan yang dimiliki guru mengenai kurikulum SD 2013 masih kurang. Guru masih kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dan melakukan penilaian otentik. Selain itu, guru juga masih memerlukan contoh perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum SD 2013. Oleh sebab itu, pengembangan perangkat pembelajaran masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dikembangan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 yang menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik serta penilaian otentik dalam kegiatan pembelajarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Kemp (2011) dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983). Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SD Negeri Tegalrejo Yogyakarta, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua pakar Kurikulum 2013 dan dua guru kelas I SD.

Berdasarkan validasi dua pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 3,77 dan 4,51, dua guru kelas I SD menghasilkan skor 4,02 dan 4,53. Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,21 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal tersebut ditinjau dari 11 aspek yang ada pada instrumen validasi yaitu, adalah (1) identitas rpp, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) skenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) lembar kerja siswa dan (11) bahasa.


(12)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENTAL LEARNING INSTRUMENTS SUBTHEME I AM EXTRAORDINARY BASED ON ELEMENTARY SCHOOL 2013 CURRICULUM FOR FIRST GRADE OF ELEMENTARY

SCHOOL

Muhammad Wahyu Sukoco Sanata Dharma University

2015

Teachers’ knowledge about curriculum 2013 for elementary school still lack and limited. The teachers are still finding difficulties in implementing scientific approach and in doing authentic evaluation. Besides, the teachers still need some example of learning instrument which based on curriculum 2013 for elementary school. Therefore, development of learning instrument is really needed in order to fulfil teachers’ need.

This research is a development research. The product that developed in this research is a set of learning instrument that based on curriculum 2013 for elementary school also thematic integrative, scientific, and authentic measurement approach in the learning process. The aim of this research is to produce a set of learning instruments based on curriculum 2013 for elementary school.

This material development use the procedure of material development by Jerold E. Kemp (2011) and the procedures are adopted and become a more simple development model, which is used as the research’s principal. There are five steps of development procedure used in this research. They include (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, to produce the final product design such as learning tools which refers Curriculum 2013 for the first grade of primary school students. Instruments in this study is a list of needs analysis interview questions. Interviews were used for analysis needs to first grade elementary school teacher Gentan, Ngaglik, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of learning by two experts Curriculum 2013 and the two first grade elementary school teacher.

Based on the validation of two experts Curriculum 2013 resulted in a score of 3,77 (good) and 4.51 (very good), two first grade elementary school teacher resulted in a score of 4.02 (good) and 4.53 (very good). The teaching material gets the average score of 4,21 and it is categorized “good”. It is observed from 11 aspect of the instrument validation ie, are (1) the identity RPPTH, (2) the formulation of indicators, (3) formulating learning goals, (4) the selection of teaching materials, (5) the selection of learning resources, (6) learning media selection, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student worksheets and (11) language.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Aku Istimewa Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa

Kelas I Sekolah Dasar, dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 6. Titi Suwarni, S.Pd. Selaku guru guru kelas I SD Negeri Tegalrejo 1 yang


(14)

xi

7. Muhammad Subakir, S.Pd. selaku guru kelas I SD Negeri Tanjungtirto 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

8. Sarinah Nuraini, S.Pd. selaku guru kelas I SD Negeri Semper Timur Jakarta Utara yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Adrian Arif, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

10.Maria Kristi W., S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

11.Orang tuaku Wahyudi dan Parjiyem yang setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kakakku Jaka Suryanta, Ferry Irawan, dan Tri Suwarto yang selalu memberi semangat.

13.Adinda Kharisma Citra Melati yang selalu memberi semangat, motivasi, dan dukungannya selama ini.

14.Teman dekatku Fica, Meilin, Nari, Lala, Iwan, Evant, Dias, Adhi, Vian, Oka, Nanda, Bowo, Ibeh, Abil, Brigita, Vivin, Danang, Mitha, Dinta, Flo, Arifka, Irwansyah, Anggun, dan Rita yang telah memberikan semangat, motivasi dan dukungan.

15.Sahabatku Riski, Adhe, Ary, Neni, Yasin, Catur, dan, Arif yang telah memberikan semangat.

16.Teman-teman satu perjuangan mahasiswa skripsi payung pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.

17.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari


(15)

xii

berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 16 Februari 2015 Penulis


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Spesifikasi Produk ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Kurikulum SD 2013 ... 9

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ... 12

2.1.1.2 Penguatan Pendidikan Karakter ... 20

2.1.1.3 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 22


(17)

xiv

Halaman

2.1.1.5 Pendekatan Saintifik ... 32

2.1.1.6 Penilaian Otentik ... 35

2.1.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 41

2.1.2.1 Silabus dan RPPTH ... 48

2.2 Penelitian yang Relevan ... 52

2.3 Kerangka Pikir ... 55

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 57

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 58

3.2 Prosedur Pengembangan ... 61

3.2.1 Potensi dan Masalah ... 62

3.2.2 Pengumpulan Data ... 63

3.2.3 Desain Produk ... 63

3.2.4 Validasi Desain ... 64

3.2.5 Revisi Desain ... 64

3.3 Jadwal Penelitian ... 64

3.4 Validasi Ahli Kurikulum ... 65

3.5 Validasi Guru Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 66

3.6 Instrumen Penelitian ... 66

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.8 Teknik Analisis Data ... 67

3.8.1 Data Kuantitatif ... 67

3.8.2 Data Kualitatif ... 67

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan ... 71

4.1.1 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ... 71

4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 75

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 75

4.2.1 Silabus ... 76


(18)

xv

4.3 Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 79

4.4 Data Validasi Guru SD Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 81

4.5 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 81

4.5.1 Kajian Produk Akhir ... 82

4.5.1.1Silabus ... 82

4.5.1.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 82

4.5.2 Pembahasan ... 83

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 94

5.3 Saran ... 95

DAFTAR REFERENSI ... 96


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum ...14

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian ...65

Tabel 3. Konversi Nilai Skala Lima ...68

Tabel 4. Kriteria Skor Skala Lima ...70

Tabel 5. Komentar Pakar Kurikulum dan Revisi ...80


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom ... 23

Gambar 2. Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp yang Direvisi ... 42

Gambar 3. Kerangka Berpikir Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 56


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Surat Ijin Wawancara ... 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 102

Lampiran 3 Analisis Kebutuhan Guru ... 103

Lampiran 4 Data Mentah Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 pertama ... 106

Data Mentah Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 kedua ... 110

Lampiran 5 Data Mentah Validasi Guru Kelas I SD ... 114

Data Mentah Validasi Guru Kelas I SD ... 118

Lampiran 7 Silabus ... 122

Lampiran 8 Biodata ... 203 Lampiran 9 Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah)


(22)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna bagi kemajuan bangsa. Pendidikan di Indonesia pada umumnya diselenggarakan melalui sebuah program pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Depdiknas, 2008: 23). Majid (2014: 15) mengartikan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Sementara itu, pembelajaran menurut Oemar Hamalik (dalam Majid, 2014: 141) adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, pembelajaran adalah serangkaian peristiwa atau proses belajar antar peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar, atau peserta didik dengan pendidik yang di dalamnya terdapat kombinasi berbagai faktor yang saling berpengaruh dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, tentunya memerlukan perlengkapan berupa perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran sangat diperlukan oleh sebuah kurikulum yang berlaku karena dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan memaparkan bahwa kurikulum adalah


(23)

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran (Daryanto, 2014: v). Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2009: 21) bahwa guru harus mampu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang harus dilaksanakan dalam merencanakan program dengan baik.

Pemerintah mengadakan Kurikulum SD 2013 pada tahun 2014 semester gasal ini. Kurikulum ini adalah kurikulum yang diadopsi dari unsur-unsur kurikulum yang sudah ada, dan merupakan penyempurnaan dari kurikulum yang berlaku sebelumnya. Kurikulum 2013 ini memberlakukan pembelajaran tematik. Prinsip-prinsip utama yang mengalami pengembangan dalam Kurikulum 2013 adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan keberlanjutan dari kebutuhan, Standar Isi (SI) yang merupakan keberlanjutan dari SKL melalui kompetensi inti yang bebas dari mata pelajaran. Pada Kurikulum 2013 ini, guru menyusun RPP yang berorientasi pada pendidikan karakter dan mengimplementasikannya pada praktik pembelajaran sehari-hari di kelas melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) yang telah dibuat. Tetapi pada pelaksanaannya masih banyak guru yang belum mampu menyusun RPPTH dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu TS selaku guru kelas I di SD N Tegalrejo pada hari Kamis, 17 April 2014 pukul 11:26 WIB, diperoleh informasi


(24)

bahwa guru belum mampu memahami Kurikulum 2013 secara menyeluruh dikarenakan diklat pelatihan kurikulum ini berlangsung dengan tergesa-gesa, sehingga pemahaman guru yang mengikuti penataran kurang maksimal. Beliau menambahkan, pemahaman guru terkait dengan perumusan indikator dan tujuan pembelajaran yang mempertimbangkan keutuhan pribadi siswa juga belum maksimal. Namun, seiring berjalannya implementasi kurikulum baru ini, beliau sudah mulai untuk mempelajari dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran yang mempertimbangkan keutuhan pribadi siswa. Mengenai pemahaman guru terkait dengan pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran, beliau menegaskan bahwa jika dipelajari dengan sungguh-sungguh, pendekatan tematik integratif ternyata tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan.

Ibu TS mengatakan bahwa beliau juga belum memahami betul penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, ditambah dengan perlunya pengadaan media yang terkait pembelajaran dimana tidak semua wilayah dapat menyediakan media tertentu, misalnya pengadaan media tanaman yang selama ini menjadi kendala di SD N Tegalrejo yang mana berada di wilayah kota. Di Samping itu, terkait penilaian otentik beliau juga belum memahami secara jelas. Ibu TS juga memaparkan jika beliau memerlukan contoh-contoh rubrik penilaian non tes.

Selain itu, Ibu TS juga masih ingin mengikuti diklat terkait Kurikulum 2013 agar lebih bisa memahami jenis-jenis karakter yang akan dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Disebutkan juga bahwa guru masih memerlukan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 yang sudah dikembangkan, karena di SD Negeri Tegalrejo 1 contoh perangkat


(25)

pembelajaran yang sesuai tuntutan Kurikulum 2013 belum semuanya ada. Guru juga mengalami kesulitan mengembangkan pembelajaran dan pembuatan rubrik penilaian. Untuk itu, guru meminta agar fasilitas untuk penyaji pembelajaran dilengkapi agar pembelajaran menjadi lebih mudah.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki beberapa permasalahan dalam penyusunan perangkat pembelajaran, sehingga guru membutuhkan perangkat pembelajaran untuk membantu dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, peneliti mencoba untuk membantu memberikan solusi berupa perangkat pembelajaran yang terintegrasi melalui pendekatan saintifik dan pendidikan karakter mengacu Kurikulum SD

2013 yang sudah dikembangkan sendiri oleh peneliti pada subtema “Aku

Istimewa” untuk siswa kelas I SD. Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat

membantu mengatasi permasalahan yang dialami guru. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema aku istimewa mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema aku istimewa mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar?


(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran subtema sku istimewa mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar. 1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran

subtema aku istimewa mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan perangkat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru dalam melakukan pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013 di kelas I SD dengan Research and Development (R&D).

1.4.2 Bagi Guru

Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi Siswa

Perangkat pembelajaran ini membantu siswa kelas I Sekolah Dasar dalam melakukan pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Aku Istimewa.


(27)

1.4.4 Bagi Sekolah

Sekolah mendapat tambahan refrensi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013 subtema aku istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD mendapat tambahan masukan atau referensi mengenai penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) namun juga memadukan pendekatan tematik inetgratif dan pendekatan saintifik.

1.5.2 Pendidikan karakter adalah upaya untuk membuat peserta didik berkarakter baik dengan tujuan membentuk budi pekerti dan akhlak mulia dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan.

1.5.3 Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berfikir seseorang pada ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah aspek analisa, aspek evaluasi dan aspek mencipta.

1.5.4 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk memadukan berbagai kompetensi dari berbagai


(28)

mata pelajaran yang dapat dikaitkan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta dididk.

1.5.5 Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah sains dalam membangun pengetahuan melalui proses pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

1.5.6 Penilaian otentik adalah adalah asesmen yang digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada.

1.5.7 Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS), materi pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran.

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Komponen RPPTH yang disusun lengkap yaitu: 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) materi ajar, 5) sumber belajar, 6) media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, dan 10) lembar kerja siswa.

1.6.2 RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.


(29)

1.6.4 RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik, meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mencoba, dan mengomunikasikan.

1.6.5 Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik yang dimaksudkan untuk menilai peserta didik secara nyata menggunakan pedoman penilaian.

1.6.6 RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD, meliputi: penggunaan tanda baca yang tepat, penggunaan huruf kapital, pemilihan kata yang tepat,


(30)

9 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kurikulum SD 2013

Kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Oleh sebab itu, kurikulum bersifat dinamis dan harus mengalami perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Majid (2014: 19) bahwa kurikulum merupakan sistem yang mengatur pendidikan, dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Kurikulum yang baru ini diharapkan mampu memberikan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Pengembangan dan perubahan kurikulum harus dilakukan secara sistematis dan terarah serta memiliki visi dan arah yang jelas agar dapat diketahui akan menjadi seperti apa sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Kurikulum SD 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa, 2013: 66). Kurikulum SD 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada


(31)

pemrolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Mulyasa (2013: 164) berpendapat bahwa secara konseptual, Kurikulum SD 2013 memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

1. Kurikulum SD 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontkstual), kerana berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.

2. Kurikulum SD 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

3. Bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang di dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Pelaksanaan Kurikulum SD 2013 dirasa Kurniasih (2014: 40) memiliki banyak keunggulan selama pelaksanaannya, yakni:


(32)

1. Peserta didik dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi peserta didik tidak hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5. Tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial.

6. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

7. Adanya remediasi secara berkala. 8. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

9. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

10.Kelengkapan dokumen memicu guru untuk menerapkan budaya literasi, membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

11.Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah telah telah menyiapkan semua komponen kurikulum.


(33)

Penjelasann di atas memberikan kesimpulan bahwa dalam pengembangan Kurikulum SD 2013 diharapkan dapat menyiapkan SDM yang berkualitas sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dan kompleks.

2.1.1.1Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Rasional perubahan Kurikulum SD 2013 menurut Widyastono (2014: 119) meliputi konsep dasar, faktor-faktor pengembangan, karekteristik, dan tujuan Kurikulum SD 2013. Konsep dasar Kurikulum SD 2013 menekankan pada pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang. Ketiga kompetensi tersebut akan dijabarkan dalam rapor dan menjadi penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Sehingga guru wajib mengimplementasikannya ke dalam pembelajaran serta harus menilai kompetensi tersebut secara menyeluruh. Menurut Syaifudin (dalam Husamah, 2013: 7), ada

lima rasionalisasi dalam pengembangan Kurikulum SD 2013, yaitu: 1. Tantangan Eksternal dan Internal

a. Tantangan Internal

(1) PP 19/2005 mengamanatkan bahwa pengembangan pendidikan mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kompetensi lulusan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana, serta standar pendidik dan tenaga kependidikan.


(34)

(2) Kondisi pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara maju. Aspek ini akan melihat standar isi, khususnya pada kompetensi dasar.

(3) Demografi bangsa Indonesia, yang membutuhkan SDM berkualitas. b. Tantangan Eksternal

Lima tantangan penting yaitu tantangan masa depan, persepsi masyarakat, kompetensi masa depan, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, dan fenomena negatif yang mengemuka. Pengembangan Kurikulum SD 2013 mengintegrasikan tiga komponen penting, yaitu

attitude, skill, and knowledge (ASK), mengurangi beban siswa yang

terlalu berat dengan mengintegrasikan mata pelajaran ke dalam tema (khusus untuk SD/MI), serta menitik beratkan pada pengembangan karakter siswa dalam kompetensi lulusannya.

2. Pola pikir pikir pengembangan Kurikulum SD 2013

a. Pola pikir pengembangan Kurikulum SD 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.

1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan.

2) Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.

3) Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

4) Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. 5) Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).


(35)

b. Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum

Tabel 1. Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum (Syaifudin dalam Husamah, 2013: 8)

Elemen Ukuran tata kelola KTSP 2006 KURIKULUM SD 2013

Guru

Kewenangan Hampir mutlak Terbatas

Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku

Beban Berat Ringan

Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran Rendah (banyak waktu untuk persiapan) Tinggi Buku

Peran penerbit Besar Kecil

Variasi materi dan proses

Tinggi Rendah

Variasi harga/ beban siswa

Tinggi Rendah

Siswa Hasil pembelajaran Tergantung sepenuhnya kepada guru Tidak sepenuhnya tergantung pada guru

Pemantauan

Titik

penyimpangan

Banyak Sedikit

Besar

penyimpangan

Tinggi Rendah

pengawasan Sulit, hampir tidak mungkin

Mudah

Penyusunan silabus

Guru Hampir mutlak

(dibatasi hanya oleh SK-KD)

Pengembangan dari dari yang sudah disiapkan pemerintah Hanya sampai

SK-KD

Mutlak

Penyusunan buku

Penerbit Kuat Lemah

Guru Hampir mutlak Kecil, kecuali untuk buku pengayaan Pemerintah Kecil, untuk

kelayakan penggunaan sekolah

Kecil untuk buku teks, kecil untuk buku pengayaan

Penyusunan Rencana

Guru Hampir mutlak Kecil,kecuali untuk pengembangan dari


(36)

Pelaksanaan Pembelajaran

yang ada pada buku teks

Pemerintah daerah Supervisi penyusunan dan pemantauan Supervisi pelaksanaan dan pemantauan Pelaksanaan pembelajaran

Guru Mutlak Hampir mutlak

Pemerintah daerah Pemantauan kesesuaian dengan rencana (variatif)

Pemantauan kesesuaian dengan buku teks (terkendali)

Penjaminan mutu

Pemerintah Sulit, karena variadi terlalu besar

Mudah. Karena mengarah pada pedoman yang sama

Langkah-langkah yang direncanakan pemerintah dalam penguatan tata kelola tersebut sebagai berikut :

1) Menyiapkan buku pegangan pembelajaran.

2) Menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan.

3) Memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Pendalaman dan perluasan materi

Pendalaman dan perluasan materi didasarkan pada materi-materi pelajaran yang dikembangkan di negara-negara maju, dan membandingkannya dengan kondisi yang ada di Indonesia.

4. Penguatan Proses

Penguatan proses ditekankan pada dua aspek penting yaitu proses pembelajaran dan proses penilaian.


(37)

a. Pembelajaran

1) Menggunakan pendekatan saintifik dengan mengamati, bertanya, mencoba menalar dan sebagainya.

2) Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

3) Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery

learning).

4) Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif. b. Penilaian

1) Disediakan buku pegangan guru.

2) Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan).

3) Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa. 4) Menggunakan portofolio pembelajaran siswa.

5. Penyesuaian Beban

1) Disediakan buku pegangan guru.

2) Pendekatan tematik terpadu menggunakan satu buku untuk semua mata pelajaran sehingga dapat selaras dengan kemampuan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge.

3) Penyediaan buku teks oleh pemerintah daerah/kota.

Selain lima rasional perubahan kurikulum di atas, ada hal lain yang menjadi pokok penyusunan Kurikulum SD 2013 (Hidayat, 2013: 120-121), yakni


(38)

menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada Kurikulum 2006 di mana ada beberapa permasalahan di antaranya:

a. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. b. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan

tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

c. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

d. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnyapendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi dalam kurikulum.

e. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

f. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.


(39)

h. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Selain masalah yang ada pada kurikulum yang berlaku sebelumnya, hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum SD 2013 (Hidayat, 2013: 121), yaitu:

1. Tantangan masa depan di antaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan serta hasil TIMSS dan PISA.

2. Kompetensi masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.

3. Fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).

4. Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban peserta didik yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.


(40)

Pada Kurikulum SD 2013 terdapat empat elemen perubahan, yaitu perubahan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar isi, standar proses dan standar evaluasi. Perubahan yang terjadi pada SKL adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas, pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan, pengalaman agama, sikap keterampilan, dan pengetahuan). Perubahan pada standar isi yaitu dalam hal pengembangan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi muatan pelajaran melalui pendekatan tematik integratif. Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompeten. Pada standar proses, perubahan terjadi pada strategi pembelajaran. Di dalam pembelajaran, guru wajib memfasilitasi peserta didik untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Standar evaluasi pada Kurikulum SD 2013 juga mengalami perubahan, yaitu yang mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Beberapa konsekuensi akibat perubahan subtansi tersebut adalah dalam hal: pendekatan (isi) menggunakan tematik integratif, dan dalam hal struktur kurikulum (isi) untuk sekolah dasar adalah menyeluruh berbasis sains, jumlah mata pelajaran dari sepuluh mejadi 6, dan jumlah jam bertambah 4 jam perminggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.


(41)

Berdasarkan elemen perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum SD 2013 menata ulang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan bagi pendidikan nasional.

2.1.1.2Penguatan Pendidikan Karakter

Kurikulum SD 2013 mengharuskan guru menyusun RPP yang berorientasi pada Pendidikan Karakter dan mengimplementasikannya pada praktik pembelajaran sehari-hari di kelas melalui RPPTH yang telah dibuat. Sa’dun (2013: 127) berpendapat bahwa pendidikan karakter pada dasarnya adalah upaya menjadikan peserta didik berkarakter baik. Pendidikan karakter (Mulyasa, 2013: 7) dalam Kurikulum SD 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum SD 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari, hal ini dapat dilihat pada kegiatan inti di pembelajaran 1 pada produk halaman 9. Dalam implementasi Kurikulum SD 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan


(42)

sehari-hari. Sedangkan Daryanto (2014: 39) mengemukakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Jadi, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).

Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Zubaedi (2012: 195) menjelaskan, pendekatan holistis dalam pendidikan karakter memiliki integrasi sebagai berikut:

1. Segala kegiatan di sekolah diatur berdasarkan sinergitas-kolaborasi hubungan antara peserta didik, guru, dan masyarakat.

2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli dimana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan peserta didik, guru, dan sekolah. 3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik. 4. Kerjasama dan kolaborasi di antara peserta didik menjadi hal yang lebih

utama dibandingkan persaingan.

5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di luar kelas.


(43)

6. Peserta didik-diswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktikkan perilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan.

7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman .

8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan peserta didik berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan memecahkan masalah.

Revitalisasi dan penekanan karakter dalam pengembangan Kurikulum SD 2013 diharapkan mampu menyiapkan SDM yang berkualitas, sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dan kompleks. Jadi, Pendidikan karakter adalah upaya untuk membuat peserta didik berkarakter baik dengan tujuan membentuk budi pekerti dan akhlak mulia dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan.

2.1.1.3Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.

Pelaksanaan Kurikulum SD 2013 mengharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kuswana (2012: 109) berpendapat bahwa kemampuan berpikir yang baik dicapai melalui beberapa tahapan yang dapat dilihat dari teori berpikir kritis menurut taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Revisi tersebut dilakukan oleh Anderson dan Kartwohl (dalam Purwanto, 2013: 49) dengan beberapa tahapan, yaitu (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, (6) menciptakan. Berikut hierarki taksonomi Bloom yang sudah direvisi beserta penjelasan di bawahnya.


(44)

Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom

Berdasarkan gambar di atas, berikut penjelasan dari setiap tahapan menurut taksonomi Bloom (Purwanto, 2013: 50-51):

1. Mengingat (C1)

Mengingat merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan mengeluarkan fakta yang disimpan di dalam otak yang digunakan untuk merespons suatu permasalahan.

2. Memahami (C2)

Kemampuan memahami merupakan kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Mengingat/ menghafal dianggap tidak cukup karena memahami lebih baik dalam melihat hubungan antara pengetahuan dengan fakta.

3. Menerapkan (C3)

Menerapkan merupakan kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya. Biasanya kemampuan pada tingkat ini digunakan untuk memecahkan masalah.


(45)

4. Menganalisis (C4)

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan untuk memahami suatu dengan cara menguraikannya ke dalam unsur-unsur sederhana.

5. Mengevaluasi (C5)

Mengevaluasi adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

6. Mencipta (C6)

Kemampuan mencipta merupakan kemampuan berpikir yang paling tinggi. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang menjadikan pengetahuan yang dimiliki, diolah menjadi suatu bentuk yang baru.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif menurut taksonomi Bloom merupakan kemampuan yang bertahap untuk sampai kepada tingkat tertinggi. Pelaksanaan pedekatan tematik integratif ini dapat dilihat pada kegiatan inti pembelajaran 1 pada produk halaman 9.

2.1.1.4Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif merupakan salah satu ciri khas dari Kurikulum SD 2013. Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran


(46)

jadi bermakna bagi peserta didik (Majid, 2014: 85). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid (Poerwadarminta dalam Majid, 2014: 80). Dalam Kemendikbud (2014: 15) juga disebutkan bahwa belakangan ini, pembelajaran tematik integratif diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Terkait hal tersebut juga dijelaskan tujuan dari pembelajaran tematik integratif, yakni:

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan berada dalam konteks tema yang jelas;


(47)

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Menurut Majid (2014: 80), pendekatan tematik integratif merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Majid (2014: 86) memberikan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran tematik sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memeahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yag berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.

3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.


(48)

4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Pembelajaran tematik memberikan keluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Majid (2014: 89) mengenai prinsip pembelajaran tematik sebagai berikut:

1. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang berragam dari beberapa mata pelajaran.

2. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.

3. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5. Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.


(49)

Sebagai suatu model pembelajaran yang diterapkan di sekolah dasar, Majid (2014: 89) memperjelas karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung

Peserta didik akan dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Peserta didik diharapkan mampu memahami konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pada pembelajaran tematik, guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana peserta didik dan sekolah berada.


(50)

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Sedangkan karakteristik pembelajaran tematik menurut TIM Pengembang PGSD (dalam Majid, 2014: 90) adalah:

a. Holistik, suatu gejala atau yang menjadi pusat perhatian dalam

pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

b. Bermakna, pengkajian atau fenomena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar-skemata yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

c. Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik memahami

secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

d. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada

pendekatan inquiry discovery dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.

Pembelajaran tematik memiliki rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaannya, adapun rambu-rambu pembelajaran tematik (Majid, 2014: 91) adalah sebagai berikut:

a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.


(51)

c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara mandiri. e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, lingkungan, dan daerah setempat.

Kelebihan atau arti penting dari pembelajaran tematik menurut Majid (2014: 92) adalah sebagai berikut:

1. Menyenangkan, karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik.

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.


(52)

Kelebihan pembelajaran tematik integratif juga dijelaskan oleh Ahmadi (2014: 224) sebagai berikut:

1. Premis utama pembelajaran tematik integratif terpadu bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan untuk menggunakan talentanya. 2. Menyediakan waktu bersama orang lain untuk secara cepat

mengkonseptualisasi dan mensintesis.

3. Relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar. 4. Menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. 5. Memiliki perbedaan kualitatif dengan model pembelajaran lain, karena

sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda, sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Selain kelebihan tersebut, Ahmadi (2014: 224) menjelaskan manfaat pembelajaran tematik integratif, yaitu:

1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.

2. Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah.

3. Mengoptimalisasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom).

4. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.


(53)

5. Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format ramah otak.

6. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.

7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas.

8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

Keberhasilan pembelajaran tematik integratif sangat ditentukan oleh seberapa jauh pembelajaran terpadu direncanakan dan dikemas sesuai dengan kondisi peserta didik: minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran yang dapat dikaitkan, namun dengan melihat prinsip dan rambu-rambu yang ada agar manfaat dan tujuan pelaksanaan pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

2.1.1.5Pendekatan Saintifik

Penerapan pendekatan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum SD 2013. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah (scientific


(54)

approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Majid, 2014: 211), penerapan pendekatan saintifik nampak pada produk perangkat pembelajaran halaman 9. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan: penilaian proses, penilaian produk, dan penilaian sikap (Hosnan, 2014: 396). Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat peserta didik bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja, hal ini nampak pada produk perangkat pembelajaran halaman 18. Instrumen berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik/ kinerja atau performance, yaitu penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b. Penilaian projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,


(55)

perkembangan, prestasi, dan/ atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. 2. Penilaian produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis, hal ini nampak pada produk perangkat pembelajaran halaman 15-16.

a. Instrumen tes tulis berupa soal pilhan ganda, isisan, jawaban singkat, soal benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran.

b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap/oral, sehingga peserta didik merespons pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan keberaniam dari peserta didik. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat atau paragraf yang diucapkan.

3. Penilaian sikap. Pendidik melakukan penilaian melalui observasi,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal di saat peserta didik bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap, hal ini nampak pada produk perangkat pembelajaran halaman 17-18. a. Observasi: merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.


(56)

b. Penilaian diri: merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antar peserta didik/ teman: merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

d. Jurnal/ catatan guru: merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. 2.1.1.6Penilaian Otentik

Kurikulum SD 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Penilaian atau asesmen yang dilakukan dimaksudkan untuk mengukur kompetensi atau kemampuan tertentu terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan penilaian untuk mengetahui sikap digunakan teknik nontes (Hosnan, 2014: 387). Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah otentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Muslich (dalam Hosnan, 2014: 387) berpendapat bahwa Asesmen otentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar peserta didik.


(57)

Pendapat ini serupa dengan arti penilaian otentik yang dikemukakan Majid (2014: 238), yaitu penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik yang digunakan oleh guru untuk dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dalam mengumpulkan data tentang ketercapaian suatu tujuan belajar adalah mustahil dilakukan hanya dengan menggunakan satu model asesmen saja, karena selama ini ternyata pelaksanaan penilaian hanya menggunakan asesmen tradisional. Hal ini sependapat dengan Santrock dalam Majid (2014: 236) yang berpendapat mengenai alasan pengembangan penilaian otentik, yaitu karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan peserta didik secara holistik. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah asesmen alternatif untuk melengkapi penilaian tradisional yang selama ini dilakukan. Asesmen alternatif juga dikenal dengan nama asesmen otentik yang digunakan untuk menilai belajar peserta didik pada situasi dunia nyata atau konteks di mana peserta didik berhadapan dengan masalah-masalah yang memerlukan beberapa macam cara pemecahan. Karena satu asesmen belum tentu dapat menunjukkan seluruh ranah kecerdasan peserta didik. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk melengkapi asesmen tradisional, perlu adanya asesmen alternatif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin diukur. Hosnan (2014: 387) mengatakan bahwa Asesmen otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. American Library Association (dalam Hosnan, 2014: 388)


(58)

mendefinisikan asesmen otentik sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.

Asesmen otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum SD 2013, karena penilaian/ asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan definisi dari Pusat Kurikulum (dalam Majid, 2014: 236) yang berbunyi, “Penilaian otentik (authentic

assessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan

informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat,

dan konsisten sebagai akuntabilitas publik”. Karena cenderung fokus pada tugas -tugas yang kompleks atau kontekstual, asesmen otentik memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi secara lebih otentik. Sehingga asesmen ini sangat trelevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Dengan demikian asesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Selanjutnya data asesmen otentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen otentik dapat diolah dianalisis dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penilaian otentik digunakan


(59)

oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan (Majid, 2014: 240). Penilaian otentik menurut Kunandar (2014: 38) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik, namun harus dipastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif.

2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (selama kegiatan pembelajaran) dan kemampuan kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik. 4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam

melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komperehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil


(60)

tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian.

5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas). Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu.

Kunandar (2014: 38) memberikan karakteristik Penilaian otentik sebagai berikut:

1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya penilaian otentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).

2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya penilaian otentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).


(61)

3. Berkesinambungandan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian otentik harus secara berkesinambungan (terintegrasi) dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap. Pencapaian kompetensi peserta didik.

4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian otentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara komperehensif.

Kesimpulan yang dipaparkan oleh Kunandar (2014: 42) mengenai penilaian otentik adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru, yakni:

1. Otentik dari instrumen yang digunakan. Artinya dalam melakukan penilaian otentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi (tidak hanya satu instrumen) yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum.

2. Otentik dari aspek yang diukur. Artinya, dalam melakukan penilaian otentik otentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara komperehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.

3. Otentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya dalam melakukan penilaian otentikguru perlu menialai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan,


(62)

maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar).

2.1.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran memerlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan (Sudjana, 2010: 92). Sehubungan dengan pendapat tersebut, pengembangan perangkat pembelajaran memiliki beberapa model, peneliti menggunakan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp. Menurut Kemp (dalam Trianto, 2010: 179) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik mana pun di dalam siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari kompetensi mana pun. Namun, dikarenakan kurikulum yang berlaku di Indonesia berorientasi pada tujuan, maka seyogianya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para peserta didiknya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran (Rusman, 2010: 166). Oleh sebab itu, Kemp memberikan rancangan desain pengembangan yang dapat digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni:

1. Apa yang harus dipelajari peserta didik (tujuan pembelajaran).

2. Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan).


(63)

3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)

Adapun langkah model pengembangan menurut Jerold E. Kemp yang telah direvisi (dalam Morisson, 2011: 12), adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp yang Direvisi Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Kemp (dalam Morrison, 2011: 14-18).

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengindentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan, baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(64)

Bahan kajian, pokok bahasan, atau materi yang dikembangkan, selanjutnya alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya pencapaian tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.

2. Analisis Siswa (Learner Characteristics)

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik secara individual maupun berkelompok. Analisis siswa tersebut di antaranya:

a. Tingkah Laku Awal Siswa

Kardi (dalam Trianto, 2011: 180) menjelaskan bahwa diperlukan identifikasi keterampilan khusus yang seharusnya dapat dilakukan siswa untuk memulai pembelajaran. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.

b. Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik yang dimaksud adalah dengan memperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman siswa baik sebagai individu maupun kelompok. Ibrahim (dalam Trianto, 2011: 180) memaparkan bahwa analisis karakteristik ini di antaranya kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerja sama, keterampilan sosial, dan lain-lain. Hasil analisis dapat digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran.


(1)

198

hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau

tradisional. 3.3

Mengetahui konsep gerak dasar

manipulatif sesuai dengan dimensi

anggota tubuh yang

digunakan, arah, ruang gerak,

hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau

permainan

Konsep gerak dasar


(2)

199

tradisional. 3.4

Mengetahui konsep bergerak secara

seimbang dan cepat dalam rangka

pengembangan kebugaran jasmani melalui permainan sederhana dan atau

tradisional.

Konsep

keseimbangan

4.1

Mempraktikka n pola gerak dasar

lokomotor sesuai dengan dimensi

anggota tubuh yang

digunakan, arah, ruang


(3)

200

usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau

tradisional.

4.3

Mempraktikka n pola gerak dasar

manipulatif sesuai dengan dimensi

anggota tubuh yang

digunakan, arah, ruang gerak,

hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau


(4)

201

tradisional.

4.4

Mempraktikka n aktivitas pengembangan kebugaran jasmani untuk melatih

keseimbangan dan kecepatan tubuh melalui permainan sederhanadan dan atau tradisional.

4.8

Mempraktikka n cara

memelihara dan menjaga kebersihan bagian-bagian tubuh sendiri terutama badan, kuku,


(5)

202

hidung, telinga, tangan dan kaki, serta menjaga kebersihan pakaian yang digunakan.


(6)

200

BIODATA PENULIS

Muhammad Wahyu Sukoco lahir di Sleman, 20

Oktober 1993. Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri

Tanjungtirto 1, Sleman, Yogyakarta, tamat pada tahun

2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP

Negeri 1 Berbah, Sleman, Yogyakarta tamat pada tahun

2008. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA

Negeri 1 Prambanan, Sleman, Yogyakarta, tamat pada

tahun 2011.

Pada tahun 2011, peneliti melanjutkan studi ke

perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan

menulis skripsi yang berjudul “

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema

Aku Istimewa Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa kelas I Sekolah Dasar

”.

Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut dilakukan karena masih banyak

guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran yang mengacu

Kurikulum SD 2013.