ini menunjukkan bahwa pada jam ke-24 terjadi kerusakan hati yang paling tinggi ditandai dari puncak tertinggi nilai aktivitas serum ALT dibandingkan dengan
waktu pencuplikan lainnya. Hasil statistik aktivitas serum ALT pada pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 jam dapat dilihat di tabel V.
Tabel V. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke
0, 24, 48 jam ALT
Jam 0 Jam 24
Jam 48 Jam 0
BB BTB
Jam 24 BB
BB Jam 48
BTB BB
BB = Berbeda bermakna p0,05; BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada waktu 0, 24, 48 jam
Berdasarkan tabel IV dan gambar 7 aktivitas serum AST yang paling tinggi juga terdapat pada kelompok pencuplikan jam ke-24. Hal ini dapat dilihat
dari nilai aktivitas serum AST pada kelompok jam 0, 24 dan 48 secara berturut- turut 109 ± 4,6; 425,6 ± 10,4; dan 150,6 ± 7 UI. Aktivitas kenaikan serum AST
pada jam ke-24 mengalami kenaikan sebesar 4 kali lipat dibandingkan aktivitas serum AST jam ke-0. Sedangkan pada jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas
serum AST. Pengujian aktivitas serum AST sama seperti aktivitas serum ALT, yaitu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi normal
p0,05 dan dengan levene test didapatkan variansi homogen p=0,320. Analisis statistik dilanjutkan dengan analisis
pola searah One Way ANOVA dengan hasil aktivitas serum AST pada jam ke- 0 dan 48 menunjukkan perbedaan yang
bermakna terhadap pencuplikan jam ke-24 p0,05. Pada pencuplikan jam ke-0 dengan jam ke-48 terjadi perbedaan bermakna p=0,009, hal ini menunjukkan
bahwa pada jam ke-48 aktivitas serum AST mulai mendekati normal jam ke-0. Penurunan aktivitas serum AST pada jam ke-48 berbeda dengan aktivitas
serum ALT karena enzim AST tidak hanya dilepaskan oleh organ hati ketika mengalami stres oksidatif. Organ-organ lain seperti jantung, otot rangka juga
dapat melepas enzim AST jika mengalami kerusakan serupa. Pemberian karbon tetraklorida secara intraperitoneal akan melalui rute sistemik yang
memungkinkan terjadinya stres oksidatif pada organ-organ lain selain hati, seperti otot jantung, otot rangka, ginjal, otak, paru-paru, leukosit, dan eritrosit yang dapat
melepas serum AST Pratt and Kaplan, 2000. Selain itu, penurunan aktivitas serum AST membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kisaran
normal, karena kapasitas regenerasi organ lain tidak memiliki kecepatan yang serupa dengan hati. Peningkatan aktivitas serum AST umumnya lebih besar
dibanding aktivitas serum ALT dimana kenaikan aktivitas serum ALT mencapai tiga kali lipat dan kenaikan aktivitas serum AST empat kali lipat dari nilai
normalnya. Hal tersebut dikarenakan serum AST tidak spesifik dilepaskan oleh hati saja. Pada penelitian ini walaupun serum AST tidak spesifik pada kerusakan
hati, pengamatan aktivitas AST dapat digunakan sebagai data pendukung. Hasil statistik aktivitas serum AST pada pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 jam
dapat dilihat di tabel VI.
Tabel VI. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke
0, 24, 48 AST