F. Pengukuran Serum ALT-AST
Untuk mengidentifikasi kerusakan hati, dapat digunakan enzim serum didasarkan spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan hati. Beberapa
enzim lain yang dapat digunakan sebagai penanda untuk mengetahui adanya kerusakan hati adalah enzim-enzim golongan hidrogenase seperti laktat
dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, isositrat dehidrogenase, dan malat dehidrogenase. Enzim-enzim tersebut jarang digunakan untuk mendeteksi
kerusakan hati dan kurang sensitif dibandingkan kombinasi AST dan ALT Hodgson, 2010.
Alanin aminotransferase ALT dan aspartat aminotransferase AST
serum merupakan dua enzim yang paling sering berikatan dengan kerusakan hepatoselular. ALT memiliki fungsi memindahkan antara alanin dan asam alfa-
ketoglutamat. AST berfungsi memerantarai reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Sejumlah AST terdapat di hati, miokardium, otot rangka serta
eritrosit dalam kadar sedang. Pada konsentrasi tinggi ALT terdapat di hati sedangkan pada konsentrasi sedang terdapat pada ginjal, jantung serta otot rangka
Sacher dan McPherson, 2002. Pendeteksian kerusakan hepatoselular yang sedang berlangsung dapat
dilakukan dengan mengukur indek fungsional dan mengamati produk hepatosit yang rusak Sacher dan McPherson, 2002. Kondisi stres oksidatif akibat radikal
bebas akan meningkatkan permeabilitas membran dan nekrosis hepatosit Pujar, Kashinakunti, Kalaganad, Dambala, Doddamani, 2010. Hal tersebut akan
menyebabkan enzim-enzim intraseluler seperti ALT dan AST terlepas dari
membran plasma menuju pembuluh darah dan masuk ke aliran darah. Hal ini akan menyebabkan kenaikan jumlah enzim tersebut di dalam aliran darah sehingga
dapat menandakan adanya kerusakan pada sel-sel hati Dongare, Dhande, and Kadam 2013.
G. Landasan Teori
Hati merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia karena memiliki peran metabolisme dan detoksifikasi rancun dalam tubuh. Ketika fungsi
hati mengalami kerusakan, akan terjadi nekrosis dari sel-sel hepatosit. Kerusakan sel-sel hepatosit akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel dan
melepaskan enzim enzim transaminase menuju aliran darah Dongare, et al., 2013.
Karbon tetraklorida adalah senyawa model yang biasa digunakan untuk menginduksi kerusakan hati dengan mekanisme perlemakan hati. Karbon
tetraklorida akan dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 menjadi senyawa radikal bebas triklorometil
∙CCl
3
yang akan memulai reaksi berantai hingga menyebabkan kerusakan sel hepatosit
Gregus and Klaaseen, 2001. Kandungan fitokimia herba Bidens pilosa L. golongan polifenolik
memiliki peran penting dalam mempertahankan fungsi normal hati Bairwa, et al., 2010. Ketika hati mengalami kerusakan akibat peroksidasi lipid, senyawa-
senyawa polifenolik sepertik flavonoid dan fenolik dapat membantu menetralkan senyawa-senyawa radikal penyebab peroksidasi lipid. Penelitian Cortés-Rojas, et
al. 2013 menunjukan bahwa aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh herba
Bidens pilosa L. disebabkan oleh kandungan flavonoid yang dominan. Pada hasil
penelitian Kviecinski, et al., 2011 didapatkan efek hepatoprotektif pemberian fraksi etil asetat herba Bidens pilosa L. yang berasal dari kandungan quercetin.
Berdasarkan penelitian Ueno, Nakano, dan Hirono 1983 yang meneliti tentang distribusi dosis tunggal quercetin dan metabolitnya yang diberikan secara per oral
didalam tubuh tikus. Diketahui bahwa pemberian dosis tunggal senyawa quercetin yang telah diberi label radioaktif memiliki konsentrasi tertinggi pada hati dan
ginjal pada jam ke-6 setelah pemberian. Hal tersebut mendasari pemilihan waktu enam jam jangka pendek sebagai waktu praperlakuan sebelum diinduksi dengan
karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan sediaan infusa herba Bidens pilosa L.
didasarkan pada kebiasaan masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat dengan cara direbus dan air rebusan tersebut dikonsumsi. Proses pembuatan
tanaman obat hasil perebusan memiliki kemiripan dalam membuat sediaan infusa. Selain itu, proses pemanasan pada teknik infundasi juga akan membantu
penyarian senyawa-senyawa polifenolik seperti flavonoid dalam herba Bidens pilosa
L. yang bersifat polar hingga semipolar. Harapannya senyawa quercetin dalam herba Bidens pilosa L. yang bersifat semipolar juga dapat tersari karena
berdasarkan penelitian Kviecinski, et al. 2011 senyawa quercetin bertanggung jawab terhadap efek hepatoprotektif pada mencit.
H. Hipotesis