Hepatotoksin Metode Penyarian PENELAAHAN PUSTAKA

sintesis fosfolipid, gangguan pada trasfer VLDL melalui membran sel, dan gangguan beta oksidasi lipid pada mitokondria Hodgson, 2010. Penumpukan lemak pada hati dapat menimbulkan beberapa hal yang tidak diinginkan antara lain 1 peningkatan apoptosis, 2 peningkatan regulasi TNF- α yang merupakan faktor pro-inflammatory dan pro-steatotic, 3 disfungsi mitokondria yang dapat meningkatkan reactive oxygen species ROS dan menginduksi peroksidasi lipid pada membran sel, 4 menginduksi CYP2E1 yang menghasilkan ROS, dan 5 menginduksi faktor pro-inflammatory seperti COX-2 dan TNF- α Tolman and Dalpiaz, 2007.

C. Hepatotoksin

Obat-obat atau senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan hati diklasifikasi menjadi dua, yaitu hepatotoksin teramalkan intrinsik dan tak teramalkan idiosinkratik Hodgson, 2011. Hepatotoksin teramalkan merupakan senyawa yang dapat merusak hati jika diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan Forrest, 2006. Hepatotoksin tak teramalkan merupakan senyawa toksik pada hati yang hanya memberikan efek toksik orang-orang tertentu. Kejadian toksisitasnya tiap individu akan berbeda-beda dan hepatotoksin jenis ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid dan clorpromazine Forrest, 2006.

D. Karbon tetraklorida

1. Sinonim karbon tetraklorida

Nama lain dari karbon tetraklorida adalah karbona, freon 10, metana tetraklorida, perklorometana, tetraklorometana, tetraklorokarbon, dan tetrafinol. 2. Sifat karbon tetraklorida CCl 4 Gambar 4. Struktur karbon tetraklorida Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995 Karbon tetraklorida CCl 4 adalah senyawa golongan halogen alifatik berupa cairan tak berwarna, tidak terbakar, berbau khas. Berat molekul karbon tetraklorida adalah 153,84; titik didih 77 o C dan titik beku -23 o C Budavari, ONeil, Smith, Heckelman 1989; Lide and Frederikse, 1993. Struktur karbon tetraklorida terdiri dari atom C yang mengikat arom Cl gambar 4 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Kelarutan karbon tetraklorida 1 mL dalam 2000 mL air, sangat mudah larut dalam alkohol, benzena, kloroform, eter, karbon disulfida, dan minyak Budavari, et al.,1989

3. Penggunaan karbon tetraklorida CCl

4 Karbon tetraklorida digunakan sebagai pelarut untuk laboratorium dan industri sebagai perantara dalam sintesis triklorofluorometana dan diklorodifluorometana. Selain itu, karbon tetraklorida juga digunakan untuk fumigasi atau pengasapan di pertanian, sebagai agen pembersih dan anti cacing Royal Society of Chemistry, 1989.

4. Metabolisme karbon tetraklorida CCl

4 Karbon tetraklorida akan mengalami reduksi dehalogenasi di hati melalui aktivasi enzim pemetabolisme sitokrom P450, terutama CYP2EI yang dapat membentuk radikal bebas triklorometil •CCl 3 . Enzim sikotrom CYP2EI akan mereduksi dan mengkatalis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil •CCl 3 . Radikal bebas triklorometil merupakan metabolit reaktif dan akan bertambah reaktif jika bereaksi dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi •OOCCl 3 Gregus and Klaaseen, 2001. Ikatan kovalen dari radikal bebas triklorometil •CCl 3 akan memulai penghambatan sekresi lipoprotein dan proses perlemakan hati steatosis, sedangkan reaksi dengan oksigen yang membentuk radikal triklorometilperoksi gambar 5 akan memulai peroksidasi lipid Weber, Boll , and Stampfl, 2003. Radikal triklorometilperoksi yang bereaksi dengan enzim gluthation GSH membentuk phosgene. Metabolit ini merupakan intermediet yang bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan makromolekul seluler untuk menginduksi terjadinya kerusakan sel Hodgson, 2010. Metabolit radikal dari karbon tetraklorida akan membentuk ikatan kovalen dengan jaringan sekitar seperti pada jaringan lemak sampai pada protein subseluler. Senyawa radikal ini kemudian dapat melakukan peroksidasi pada lipid sehingga mengawali terjadinya steatosis Boll, Weber, Becker, and Stampfl, 2001. Gambar 5. Mekanisme toksisitas karbon tetraklorida Timbrell, 2008. Peroksidasi pada lipid akan menyebabkan gangguan integritas membran sel hati. Kerusakan membran sel pada hati akan menyebabkan terlepasnya enzim- enzim transaminase antara lain enzim Alanine transaminase ALT yang akan menuju ke peredaran darah Zimmerman, 1999. Tabel I. Tingkat relatif peningkatan enzim serum pada beberapa kasus kerusakan hati oleh racun Zimmerman, 1999 Toxicant Lesion Degree of increasse in serum enzyme levels Zona Necrosis Steatosis AST ALT OCT, SDH CCl 4 + + 4+ 3+ 4+ Thioacetamide + - 4+ 3+ 4+ Tetracycline - + 2 + 1+ Ethionine - + + - + Phosphorous + + 1-2+ 1-2+ 1-2+ Karbon tetraklorida dapat meningkatkan kerusakan hati dengan jenis perlemakan hati. Kerusakan hati yang dikarenakan karbon tetraklorida dapat dilihat dari kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang terukur tabel I. Karbon tetraklorida dapat meningkatkan aktivitas serum ALT sebesar 3 kali normal dan aktivitas serum AST sebesar 4 kali normal Zimmerman, 1999.

E. Metode Penyarian

Ekstrasi merupakan sediaan pekat yang didapat dengan cara mengekstrasi zat aktif yang berasal dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah di tetapkan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Metode ekstrasi dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perlokasi, dan penyarian berkesinambungan. Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Infundasi adalah metode ekstraksi untuk mendapatkan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Infusa dibuat dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci yang berisi air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit yang mulai dihitung ketika mencapai suhu 90ºC sambil sesekali diaduk. Setelah 15 menit, infusa diserkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979.

F. Pengukuran Serum ALT-AST

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tertraklorida.

1 1 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Pengaruh waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

3 13 115

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115