Tabel XI. Perbandingan aktivitas serum ALT tanpa perlakuan jam-0 dengan perlakuan kontrol negatif jam-24
ALT
Jam 0 Jam 24
Jam 0 BTB
Jam 24 BTB
BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Tabel XII. Perbandingan aktivitas serum AST tanpa perlakuan jam-0 dengan perlakuan kontrol negatif jam-24
AST
Jam 0 Jam 24
Jam 0 4
BTB Jam 24
BTB BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Hasil statistik uji t berpasangan menunjukkan aktivitas serum ALT pada jam ke-0 berbeda tidak bermakna p=0,593 dengan aktivitas serum pada jam ke-
24 setelah mendapat perlakuan olive oil. Data statistik perbandingan aktivitas serum ALT dapat dilihat pada table XI. Hasil uji t berpasangan aktivitas serum
AST menunjukkan bahwa pada jam ke-0 juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna p=0,344 dengan aktivitas serum pada jam ke-24 tabel XII.
Dari kedua hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil yang berfungsi sebagai pelarut karbon tetraklorida tidak memiliki pengaruh dalam
peningkatan aktivitas serum ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol negatif ini dapat dijadikan acuan nilai normal aktivitas ALT dan AST pada penelitian ini.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB
Pengukuran aktivitas serum ALT dan serum AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB kelompok I bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB terhadap kerusakan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST.
Kerusakan hati yang diamati pada jam ke-24 di tunjukkan dengan kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang paling tinggi.
Pada jam ke-24 aktivitas serum ALT dan AST sebesar 174,4 ± 2,9 UI dan 409,6 ± 7,8 UI. Dari hasil pengukuran ini memunjukkan terjadinya kenaikan
aktivitas serum ALT sebesar tiga kali lipat dan kenaikan aktivitas serum AST lebih dari empat kali lipat dari nilai kontrol negatif ALT 57,2 ± 3,07 UI dan
AST 101,8 ± 2,08 Ul. Menurut Zimmerman 1999, perlemakan hati steatosis pada tikus ditandai dengan meningkatnya nilai serum ALT sebanyak tiga kali lipat
dan serum AST sebanyak empat kali lipat. Hasil analisis statistik serum ALT dapat dilihat pada tabel VIII dan serum
AST pada tabel IX. Analisis statistik menunjukkan bahwa akvititas serum ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin berbeda secara signifikan dengan kontrol
negatif. Hasil tersebut menegaskan bahwa pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB memiliki efek hepatotoksik pada tikus secara akut. Selain itu, hasil
kontrol hepatotoksin dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar perhitungan untuk melihat efek hepatoprotektif yang dimiliki oleh infusa herba Bidens pilosa
L. dengan tiga peringkat dosis yang berbeda.
3. Kontrol perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. 2 gkgBB
Kontrol infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB kelompok III bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa berpengaruh terhadap
aktivitas serum ALT dan AST. Pemberian dosis sebesar 2 gkgBB yang merupakan dosis tertinggi dari ketiga peringkat dosis karena mampu mewakili
kelompok perlakuan dari dosis terendah 0,5 gkgBB hingga dosis tertinggi 2
gkgBB. Dosis tertinggi dianggap mewakili karena apabila menggunakan dosis rendah atau tengah tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan
AST maka dosis tertinggi pun juga tidak akan memberikan pengaruh. Pada Tabel VII dapat dilihat bahwa kontrol infusa herba Bidens pilosa L.
dosis 2 gkgBB memiliki nilai aktivitas serum ALT dan AST sebesar 57,4 ± 2,9 UI dan 105,6 ± 3,7 Ul. Secara statistik aktivitas serum ALT dan AST pada
kontrol perlakuan memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST kelompok kontrol negatif olive oil 57,2 ± 3,07 UI p=1 dan
101,8 ± 2,08 Ul p=0,998. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa dosis 2 gkgBB praperlakuan enam jam tidak memberikan
pengaruh terhadap aktivitas serum ALT maupun AST. Hasil analisis statistik
kelompok perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dengan kontrol negatif olive oil dapat dilihat pada tabel VIII ALT dan tabel IX AST.
4. Kelompok perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1; 2 gkgBB