Pengaruh Hedonic Shopping Value terhadap Impulse Buying Pembelian Impulse Pengaruh Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Pembelian Impulse

memahami, dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Mowen dan dan Minor, 2002 : 83-84 Secara umum, involvement adalah secara konseptual merupakan interaksi konsumen dengan suatu produk. Dalam pemasaran, fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion seperti pakaian. Fashion Involvement di gunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan karakteristikan konsumen Browne dan Karldenberg, 1997; Fairhust et al, 1989; Flynn dan Goldsmith, 1993; dalam Park et al, 2006 Sebagai contoh, O Cass 2004 dalam Park et al 2006 menemukan bahwa fashion involvement pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi yaitu wanita dan kaum muda dan pengetahuan fashion, yang mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam membuat keputusan pembelian.

2.9. Hubungan Kausalitas

2.9.1. Pengaruh Hedonic Shopping Value terhadap Impulse Buying Pembelian Impulse

Ketika pengalaman berbelanja seseorang menjadi tujuan untuk memenuhi kepuasan kebutuhan yang bersifat hedonism, maka produk yang di pilih untuk di beli bukan berdasarkan rencana awal ketika menuju ke toko tersebut, melainkan karena impulse buying yang di sebabkan oleh pemenuhan kebutuhan yang bersifat hedonism atau sebab lain di luar alasan ekonomi seperti karena rasa senang dan fantasi Park et al , 2006. Para peneliti tampaknya setuju bahwa terdapat hubungan positif antara pembelian impulse yang melibatkan komponen hedonis atau afektif Cobb dan Hoyer,1986; Piron, 1991; Rook dan Fisher, 1995; Weinberg dan Gootwald, 1982 dalam Park et al 2006. Karena tujuan dari pengalaman berbelanja adalah memberikan kepuasan kebutuhan hedonism, produk yang di beli selama ini di pilih tanpa perencanaan sebelumnya dan merupakan suatu pembelian impulse. Pembelian impulse memainkan peran penting dalam memenuhi hasrat hedonism terkait dengan konsumsi hedonism Haussman, 2000. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa orang yang berbelanja karena kesenangannya ketika melihat suatu produk, kemudian ingin mendapatkannya karena merasakan kepuasan pada awalnya setelah berangan- berangan dari produk tersebut. Ada kecenderungan orang tersebut bersikap impulse buying. Jadi, semakin terdorong memunculkan hedonic shopping value maka semakin terjadi impulse buying pembelian impulse.

2.9.2. Pengaruh Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Pembelian Impulse

Fashion berorientasi pembelian impulse. Merupakan konsep keterlibatan konsumen dengan spesifikasi sebuah produk Jones et al, 2003 dalam Park et al, 2006. Fashion yang berorientasi pembelian impulse mengacu pada kesadaran seseorang atau persepsi fashionability yang di kaitkan dengan suatu desain atau gaya inovatif. Artinya, fashion berorientasi pembelian impulse terjadi ketika konsumen termotivasi melihat produk mode baru pakaian. Awal penelitian perilaku pembelian impuls yang terkonsentrasi pada tipologi pembelian impulse, memprediksi tentang pemahaman peran keterlibatan fashion-oriented Han et al, 1991 dalam Park et al, 2006. Menurut Fairhust et al 1989 dan Seo et al 2001 dalam Park et al 2006, terdapat hubungan positif, fashion yang berorientasi pembelian impulse. Oleh karena itu, kita mengasumsikan konsumen dengan keterlibatan fashion yang tinggi lebih mungkin terlibat dalam fashion yang berorientasi pembelian impuls. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa konsumen membeli produk fashion dengan motivasi yang berlipat tanpa perkiraan sebelumnya, seperti pakaian untuk melengkapi dan mendukung fashion penampilan pribadinya salah satunya di wujudkan dengan pembelian impuls. Jadi, semakin tertarik memenuhi fashion involvement maka semakin terjadi impulse buying pembelian impulse.

2.10. Model Konseptual