153
Bab 10 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial
4. Perang Bali
Pada 1844 dua buah kapal Belanda terdampar di Pantai Sangset Bali. Daerah tersebut merupakan wilayah Kekuasaan Buleleng. Kerajaan
Buleleng menganut hukum Tawan Karang, artinya hak menawan kapal- kapal yang terdampar di Pulau Bali. Belanda mengirimkan utusan agar
kapal-kapal Belanda dilepaskan dan menghapus hukum Hak Tawan Karang. Raja Buleleng serta patihnya yang bernama I Gusti Ketut
Jelantik tidak menghiraukan permintaan Belanda.
Pada 1864 Belanda menyerang Buleleng, Benteng Buleleng Jagaraga dan istana Buleleng sehingga dikuasai Belanda. Setelah
Belanda menguasai Kerajaan Buleleng, hal ini dimanfaatkan oleh raja-raja di Bali untuk merebut kembali kerajaan Buleleng dari tangan
Belanda.
Setelah mendengar berita bahwa istana Buleleng dikuasai kembali oleh raja-raja Bali, Belanda mengirimkan pasukan dan menyerbu
Benteng Jagaraga pada 1849. Dalam peperangan itu rakyat Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik dan rakyat berperang habis-habisan.
Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Puputan. Dalam perang tersebut Belanda mengerahkan pasukan besar dengan jumlah 5000
pasukan dibawah pimpinan Mayjen A.V. Michiels.
Sejak jatuhnya Buleleng, perjuangan rakyat makin lemah. Karang Asam dan Klungkungan masih melakukan perlawanan, tetapi Bedung,
Bali, dan Jembrano sudah menyerah pada Belanda, bahkan memihak Belanda. Tak lama kemudian kerajaan, Klungkungan menyerah. Pada
1849 seluruh wilayah Bali sudah dikuasai oleh Belanda.
5. Perlawanan Pangeran
Antasari
Untuk menguasai suatu daerah, Belanda selalu menggunakan politik „adu domba‰. Begitu juga yang terjadi di Kerajaan Banjar
Kalimantan. Pada tahun 1859 Belanda mengangkat Sultan Tajmid yang tidak disukai oleh rakyat menjadi Sultan di Banjar. Padahal, ada yang
lebih berhak menjadi sultan di Banjar, yaitu Pangeran Hamid. Pangeran Antasari membela Pangeran Hamid dengan melawan Belanda.
Sultan Tajmid yang diangkat menjadi Sultan Banjar oleh Belanda mendapat perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari
dibantu oleh kepala-kepala daerah. Mereka sepakat untuk mengusir Belanda dari Banjar.
Pada 18 April 1859, pecahlah perang yang dikenal dengan nama Perang Banjar. Kekuatan Antasari yang semula berjumlah 6000 orang
makin lama makin bertambah sehingga Belanda mendapat kesulitan. Pada Oktober 1862, Pangeran Antasari merencanakan
serangan besar-besaran terhadap Belanda. Dalam keadaan pasukan
Kerajaan Buleleng menganut hukum
Tawan Karang, artinya hak menawan kapal-
kapal yang terdampar di pulau Bali.
„ „
Gambar 10.7 Pangera Antasari
Sumber: image.g oogle.com
Di unduh dari : Bukupaket.com
154
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
yang siap tempur, tiba-tiba muncul wabah penyakit cacar melanda di daerahnya. Akhirnya, Pangeran Antasari terkena penyakit tersebut
dan meninggal pada 11 Oktober 1762 di Bayan, Kalimantan Selatan. Beliau dimakamkan di Banjarmasin. Gelar beliau adalah Panembahan
Amirudin Khalifatul Mukminin.
6. Perlawanan Tengku Cik Ditiro