20
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
C. Corak Kehidupan Masyarakat Purba di Indonesia
Perkembangan kehidupan manusia purba di Indonesia dibagi ke dalam tiga masa, yaitu masa hidup berburu dan mengumpulkan
makanan, masa bercocok tanam dan beternak, dan masa perundagian dan kemahiran teknik. Untuk lebih memahami ketiganya, cermatilah
uraian berikut ini.
1. Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa ini kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan dan meramunya serta berburu dengan
menggunakan peralatan bantu yang sangat sederhana. Binatang buruan yang dicari, antara lain: gajah, banteng, badak, rusa, dan kerbau liar.
Selain itu, mereka juga berburu ikan dan kerang di laut.
Untuk melindungi dirinya dari hujan, panas, dan gangguan hewan buas, manusia purba memanfaatkan ceruk yang ada di batu karang.
Letak ceruk tempat tinggal mereka biasanya tidak jauh dari sumber air karena sumber air biasa digunakan juga oleh binatang buruan untuk
minum. Pada saat binatang minum, manusia purba memburunya dan selanjutnya digunakan untuk makan sehari-hari.
Pada saat itu, manusia purba belum mengenal cara bercocok tanam, apalagi beternak. Mereka sangat tergantung pada alam yang
tersedia. Segala yang terdapat di alam sekitar mereka ambil dan manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cara seperti itu
disebut dengan istilah food gathering masa mengumpulkan makanan. Apabila sumber makanan di sekitarnya sudah habis, mereka kemudian
berpindah mencari tempat yang baru yang masih banyak sumber makanannya. Sistem berpindah tempat seperti itu disebut hidup dengan
cara nomaden.
Selain karena faktor persediaan makanan, kepindahan manusia purba juga disebabkan oleh faktor lain, yaitu jumlah penduduk yang makin
banyak dan musim kering yang panjang yang menyebabkan hewan buruan berpindah.
Pada saat berburu, mereka sudah menggunakan peralatan, sekalipun masih sangat sederhana, misalnya kapak perimbas chopper, yaitu sejenis
kapak yang digenggam dan tidak bertangkai. Jenis kapak ini diperkirakan dibuat dan digunakan oleh jenis Pithecantropus erectus.
Peninggalan-peninggalan perkakas artefak pada masa itu ditemukan oleh Van Koenigswald di sekitar Pacitan dan Ngondong
pada 1935. Selain itu, di Ngondong juga ditemukan alat-alat dari tulang. Alat-alat ini terbuat dari tanduk rusa yang digunakan sebagai serpih.
Alat serpih digunakan untuk penusuk melubangi dan sebagai pisau
Apabila sumber makanan di sekitarnya
sudah habis, mereka kemudian berpindah
mencari tempat yang baru yang masih
banyak sumber
„
„
Di unduh dari : Bukupaket.com
21
Bab 2 | Kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia
serta digunakan untuk menangkap ikan. Kehidupan manusia purba pada masa ini kebanyakan dengan cara
berkelompok dan tinggal di gua-gua yang dekat dengan sungai atau sekitar pantai. Gua yang banyak digunakan adalah gua yang bagian
atasnya terlindung oleh karang atau disebut juga abris sous roche.
Peninggalan artefak kehidupan dalam gua ini ditemukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa dekat Sampung Ponorogo dan Madiun
pada 1928 dan 1931. Sedangkan, artefak yang ditemukan berupa ujung panah, batu-batu kecil yang indah flakes, batu-batu penggilingan,
kapak batu, alat dari tulang, dan tanduk rusa.
Selain itu, terdapat juga peninggalan-peninggalan seni lukis yang terdapat di dalam gua Leang-Leang di Provinsi Sulawesi Selatan.
Lukisan tersebut menggambarkan perjuangan hidup manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada lukisan tersebut
tertera tangan manusia dan binatang dengan cat merah.
Sedangkan, kehidupan manusia purba yang tinggal di pantai atau tepi sungai di pedalaman, jenis makanan mereka berbeda antara yang
hidup di pantai dengan mereka yang hidup di pedalaman. Akibatnya, artefak yang mereka gunakan dengan sendirinya berbeda.
Mereka yang tinggal di pantai meninggalkan sampah-sampah dapur atau kjokkenmoddinger. Fosil ini terbentuk dari sisa-sisa makanan
kulit kerang dan tulang ikan yang menggunung di tepi pantai dan tersebar hampir di sepanjang pantai Sumatra Timur.
2. Masa Bercocok Tanam