Perlawanan Tuanku Imam Bonjol Pangeran Diponegoro 1825-1830

151 Bab 10 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial Pattimura beserta para pemimpin lainnya dapat ditangkap Belanda. Pada 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di Kota Ambon. Dalam perang Maluku dikenal pula pahlawan wanita Christina Martha Tiahahu dan sering dijuluki Mutiara dari Timur, yang ikut berjuang melawan Belanda sekalipun usianya masih muda dan wafat 1 Januari 1818, dalam pengasingan pembuangan di Pulau Jawa.

2. Perlawanan Tuanku Imam Bonjol

Di Minangkabau Sumatra Barat pada abad ke-19 terjadi perselisihan kaum Paderi dengan kaum adat. Kaum Paderi, yaitu kaum pemeluk agama Islam yang tidak dipengaruhi oleh adat kebiasaan. Sedangkan, kaum adat adalah para pemeluk Islam yang banyak dipengaruhi oleh adat kebiasaan yang kurang baik, misalnya berjudi, menyabung ayam, dan lain-lain. Dalam perjuangannya, Tuanku Imam Bonjol dibantu oleh Tuanku Ranceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Peasaman. Pada 1821 Belanda ikut campur tangan dan membantu kaum adat. Belanda menyerbu Tanah Datar pada 1822 dengan menggunakan siasat benteng, misalnya Benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi. Karena kalah persenjataannya kaum paderi mundur. Setelah peperangan yang cukup lama, maka 1832 Belanda dapat menguasai Bonjol. Kaum adat menyadari bahwa bantuan Belanda hanya siasat „adu domba‰, sebenarnya Belanda ingin menguasai Minangkabau. Pada 1837, Belanda kembali meningkatkan penyerangannya ke Bonjol di bawah pimpinan Letnan Kolonel Micheels. Bonjol jatuh ke tangan Belanda, karena serangan tidak seimbang, namun Tuanku Imam Bonjol berhasil melarikan diri. Pada 28 Oktober 1837 Belanda mengundang Tuanku Imam bonjol untuk berunding. Kemudian, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur. Pada 1839 Imam Bonjol dipindahkan ke Ambon kemudian Minahasa sampai wafatnya, yaitu tahun 1864.

3. Pangeran Diponegoro 1825-1830

Putra Sultan Hamengkubuwono III yang lahir pada 11 November 1785 diberi nama Raden Mas Ontowiryo. Kemudian dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro. Sejak kecil beliau diasuh oleh Ratu Ageng, janda Hamengkubuwono I. Pangeran Diponegoro sangat sedih melihat penderitaan rakyat saat itu. Tanah-tanah rakyat diambil untuk dijadikan perkebunan Belanda. Kebencian Pangeran Diponegoro tambah memuncak setelah tahu Belanda mematok tanah leluhurnya untuk dijadikan jalan antara Magelang-Tegalrejo. Bersama rakyat, Pangeran Diponegoro mencabuti Gambar 10.5 Tuanku Imam Bonjol Gambar 10.4 Christina Martha Tiahahu Sumber: image.g oogle.com Sumber: image.g oogle.com Gambar 10.6 Pangeran Diponegoro Sumber: image.g oogle.com Di unduh dari : Bukupaket.com 152 Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII patok-patok itu dan diganti dengan tombak. Atas tindakan Pangeran Diponegoro, Belanda marah, dan ini menandakan tantangan perang. Perang Diponegoro terjadi pada 12 Juli 1825 dan berakhir pada 1830. Sebab-sebab terjadinya perang, yaitu: 1 Masuknya pengaruh barat dalam lingkungan keraton, misalnya minuman-minuman keras. 2 Belanda akan mempersempit kekuasaan raja-raja. 3 Rakyat menderita akibat tingginya pajak dan kerja paksa. Dalam perlawanannya melawan Belanda, Pangeran Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangku Bumi, Kyai Maja, Pangeran Sentot Alibasyah Prawirodirjo dari kalangan muda. Pangeran Diponegoro dalam peperangannya menggunakan sistem gerilya. Sedangkan, Belanda menggunakan sistem Benteng Stelsel. Pangeran Diponegoro juga disebut sebagai pahlawan dari Gua Selarong karena sesampainya di Selarong ia bertapa di gua tersebut. Dalam peperangan tersebut banyak pasukan Belanda yang tewas. Akibat Belanda sering mengalami kekalahan dan perang berlangsung lama, maka banyak memakan biaya perang. Untuk menghentikan peperangan itu Belanda mengeluarkan siasat, yaitu: a. Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II kakak Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Penang oleh Raffles. Akan tetapi, usaha itu tidak berhasil karena Diponegoro tetap melanjutkan peperangan. b. Belanda akan memberi hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada siapa saja yang bisa menangkap Pangeran Diponegoro. c. Belanda menangkap Kencono Wungu Ibu Pangeran Dipo-negoro, tetapi juga tidak menyurutkan semangat perangnya, usaha itu juga tidak berhasil. Setelah peperangan berlangsung selama tiga tahun, Kyai Maja dan Sentot Alibasyah tertangkap. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro tetap semangat melanjutnya peperangan untuk mengusir Belanda dari tanah Jawa. Dengan tipu daya, Belanda mengajak Pangeran Diponegoro berunding. Perundingan itu diadakan di Magelang di rumah seorang residen. Bila perundingan itu gagal, Pangeran Diponegoro boleh kembali ke tempatnya. Pada 18 Maret 1830 perundingan dimulai, Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock panglima perang Belanda. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro malah ditangkap dan dibuang ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makasar sampai wafatnya pada 8 Januari 1855. Di unduh dari : Bukupaket.com 153 Bab 10 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial

4. Perang Bali