112
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
Gambar 8.1 Prasasti kerajaan Kutai
Sumber: image.g oogle.com
Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha Indonesia dibuktikan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia. Hal ini dapat kita ketahui dari peninggalan-peninggalan sejarah yang berhasil ditemukan, di antaranya: candi, prasasti, dan
laporan para pengembara luar negeri yang pernah berkunjung ke wilayah Indonesia. Dari peninggalan tersebut dapat diketahui bahwa
Hindu-Buddha tidak hanya mempengaruhi aspek rohani masya- rakatnya, tetapi juga aspek sosial, politik, dan ekonomi. Sampai saat ini,
peninggalan-peninggalan tersebut masih dipelajari oleh kaum intelektual walaupun manusia yang mempelajari silih berganti.
Mari pelajari bersama mengenai kebudayaan dan kondisi masyarakat pada masa Hindu-Buddha di Nusantara..
A. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia
Masuknya kebudayaan India ke Indonesia membawa perubahan penting di bidang pemerintahan dan kepercayaan religi masyarakat.
Kedudukan kepala suku yang menjadi pemimpin suatu desa digantikan oleh seorang raja orang yang dihormati. Dengan demikian, desa
berubah menjadi kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha. Kerajaan- kerajaan tersebut, antara lain: Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno,
Sriwijaya, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400 - 500 M. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak
di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Mengenai Kerajaan Kutai dapat diketahui dari tujuh buah prasasti
yang ditemukan di muara Sungai Kaman. Dari prasasti yang ditemukan tersebut diketahui bahwa raja pertama Kerajaan Kutai adalah Kudungga.
Kudungga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki tiga orang putra, di antaranya yang terkenal
adalah Mulawarman.
Nama Kudungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli Indonesia yang belum terpengaruhi India. Sementara, putranya
yang bernama Aswawarman diduga telah terpengaruh Hindu. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata „Warman‰ berasal dari bahasa
Sansekerta. Kata itu biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama masyarakat India Selatan.
Raja terbesar Kerajaan Kutai adalah Mulawarman. Ia sering disamakan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari. Raja Mulawarman
dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan
Di unduh dari : Bukupaket.com
113
Bab 8 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Hindu-Buddha di Indonesia
yang baik dengan kaum Brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia memberi sedekah
segunung minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 ekor lembu kepada Brahmana di suatu tempat yang disebut Wafrakeswara.
Wafrakeswara adalah tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Raja Mulawarman menganut
agama Hindu Siwa.
Dari besarnya sedekah Raja Mulawarman dan perhatiannya mengenai keadaan masyarakat, dapat diketahui bahwa Kutai sangat
makmur. Kemakmuran ini didukung oleh peranan Kerajaan Kutai yang besar dalam pelayanan dan perdagangan dunia. Hal ini disebabkan
karena letak Kutai yang sangat strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina - India.
a. Kehidupan Politik
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa raja pertama Kerajaan Kutai yang bernama Kudungga diyakini belum dipengaruhi
agama Hindu. Kudungga diperkirakan adalah seorang pemimpin suku setempat yang kemudian mendirikan kerajaan pada saat pengaruh
Hindu-Buddha mulai masuk ke Indonesia.
Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Kutai diperluas. Hal ini dapat diketahui dari diadakannya upacara Aswamedha, yaitu
upacara pelepasan kuda. Kita ketahui bahwa upacara semacam ini pernah diadakan oleh masyarakat India pada masa pemerintahan
Samudragupta.
Untuk menentukan luas wilayah, Samudragupta melepaskan kuda- kuda mereka sejauhmana kuda-kuda itu berlari, sejauh itu pula luas
wilayah kerajaannya. Setelah Aswawarman, Kerajaan Kutai diperintah oleh Mulawarman. Dari prasasti yang ditemukan diketahui bahwa
pada masa pemerintahan Mulawarman berada dalam masa keemasan, wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan
Timur. Pada masa pemerintahannya pula, rakyat Kutai hidup makmur. Setelah pemerintahan Mulawarman, perkembangan Kutai selanjutnya
tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan selain tujuh prasasti, belum ditemukan sumber tertulis yang lain.
b. Kehidupan Sosial
Dari berbagai peninggalan Kerajaan Kutai yang berhasil ditemukan dapat disimpulkan bahwa pada masa itu kehidupan masyarakat Kutai
sudah sangat teratur. Walaupun tidak secara jelas diungkapkan dalam prasasti, namun diperkirakan masyarakat Kutai sudah terbagi dalam
kasta-kasta meskipun tidak secara tegas.
Dari penggunaan bahasa Sansekerta dan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa di dalam masyarakat Kutai terdapat golongan
Setelah pemerintahan Mulawarman,
perkembangan Kutai selanjutnya tidak dapat
diketahui secara pasti.
„ „
Di unduh dari : Bukupaket.com
114
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
Brahmana. Golongan ini sebagaimana juga di India memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan.
Selain golongan Brahmana, terdapat pula kaum Ksatria. Golongan ini terdiri atas kerabat dekat raja. Di luar kota, golongan ini masih
menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Dengan demikian, walaupun agama Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan,
terdapat kelompok masyarakat yang tetap menganut kepercayaan aslinya.
c. Kehidupan Ekonomi
Kendati tidak banyak informasi yang bisa diperoleh dari Yupa, tetapi diperkirakan pertanian, baik sawah maupun ladang merupakan
mata pencaharian utama masyarakat Kutai. Selain itu, melihat letaknya di jalur perdagangan internasional, masyarakat Kutai diperkirakan juga
mengembangkan perdagangannya.
Melalui hubungan dagang tersebut, langsung tidak langsung berkembang pula hubungan agama dan kebudayaan. Banyak pendeta
yang diundang untuk datang ke daerah Kutai. Sebaliknya, banyak pula orang Kutai yang berkunjung ke daerah asal para pendeta tersebut.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam salah satu prasasti disebutkan bahwa Raja Kutai yang bernama Mulawarman
menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Jumlah sapi yang sedemikian besar menjelaskan bahwa sebagian masyarakat
juga bermata-pencaharian sebagai peternak.
2. Kerajaan Tarumanegara