116
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
3. Kerajaan Mataram Kuno
Di pedalaman wilayah Jawa Tengah sekitar abad ke-8 berkembang sebuah kerajaan besar yang disebut Kerajaan Mataram Kuno. Pusat
kerajaan terletak di daerah yang disebut „Medang I Bhumi Mataram‰ diperkirakan sekitar Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Daerah ini
dikelilingi pegunungan dan di tengahnya mengalir sungai-sungai besar, seperti Sungai Bogowonto, Progo, Wlo, dan Bengawan Solo. Di antara
gunung-gunung tersebut terdapat pula gunung berapi yang sering meletus. Ini mengakibatkan wilayah Kerajaan Mataram Kuno sering
mengalami bencana letusan gunung berapi. Bahkan, pusat kerajaan Mataram juga sempat berpindah ke daerah Jawa Timur.
Kerajaan Mataram Kuno banyak meninggalkan bangunan candi dan prasasti. Hal ini tentu sangat membantu para ahli sejarah untuk
mengetahui riwayat kerajaan ini. Beberapa prasasti penting yang terkait dengan asal mula Kerajaan Mataram Kuno adalah Prasasti Canggal
732 M, Prasasti Kalasan 776 M, Prasasti Kelurak 725 M, Prasasti Karang Tengah 824 M, Prasasti Balitung atau Kedu 907 M, dan
Prasasti Sojomerto Batang.
a. Kehidupan Politik
Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui bahwa Kerajaan Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian
digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna. Hal ini terjadi karena
Raja Sanna tidak memiliki keturunan.
Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tenteram. Hal ini terlihat dari kalimat dalam
Prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa Jawa kaya akan padi dan emas. Selain di dalam prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum
dalam Prasasti Balitung.
Setelah Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Panangkaran. Dari prasasti Balitung diketahui bahwa Raja Panangkaran
bergelar Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Hal ini menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran berasal dari keluarga
Sanjaya dan keluarga Syailendra.
Sepeninggal Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Mataram yang bercorak Buddha dan
Kerajaan Mataram yang bercorak Hindu. Wilayah Kerajaan Mataram yang bercorak Hindu meliputi Jawa Tengah bagian Utara. Kerajaan ini
diperintah oleh Dinasti Sanjaya dengan raja-raja, seperti: Panunggulan Warak, Garung, dan Pikatan. Sementara wilayah Kerajaan Mataram
yang bercorak Buddha meliputi Jawa Tengah bagian Selatan. Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Syailendra dengan rajanya antara lain
Indra.
Sepeninggal Panangkaran, Mataram
Kuno terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu
kerajaan Mataram yang bercorak Buddha dan
kerajaan Mataram yang bercorak Hindu.
„
„
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada
abad ke-8 di wilayah pedalaman Jawa
„ „
Di unduh dari : Bukupaket.com
117
Bab 8 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Hindu-Buddha di Indonesia
Perpecahan Kerajaan Mataram Kuno ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 850 M Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya mengadakan
perkawinan politik dengan Pramodhawardani dari keluarga Syailendra. Dengan perkawinan ini, Kerajaan Mataram Kuno dapat dipersatukan
kembali.
Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodawardani, wilayah Mataram berkembang luas meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Rakai Pikatan juga berhasil mendirikan Candi Plaosan. Sepeninggal Rakai Pikatan, Kerajaan Mataram Kuno diperintah
oleh Balitung 898 - 910 M. Raja Balitung adalah raja terbesar Mataram dan bergelar Sri Maharaja Rakai Wakutura Dyah Ballitung. Pada masa
pemerintahannya banyak dibangun candi dan prasasti. Di antaranya adalah komplek Candi Prambanan. Selain itu, Raja Balitung dikenal
dapat mengatur pemerintahan dengan baik sehingga membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.
Setelah Balitung, pemerintahan dipegang berturut-turut oleh Daksa, Tuladong, dan Wawa. Raja Wawa memerintah antara 924 - 925 M. Ia
kemudian digantikan oleh menantunya yang bernama Mpu Sendok. Pada masa pemerintahan Mpu Sendok inilah pusat kerajaan Mataram
Kuno dipindahkan ke Jawa Timur. Hal ini disebabkan makin besarnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya yang diperintah oleh Balaputradewa.
Selama abad ke-7 hingga abad ke-9 terjadi serangan-serangan dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini menyebabkan Mataram Kuno
makin terdesak ke wilayah timur. Selain itu, sering terjadi pula bencana alam berupa letusan gunung Merapi. Letusan gunung ini diyakini oleh
masyarakat Mataram Kuno sebagai tanda kehancuran dunia. Oleh karena itu, mereka menganggap letak Kerajaan di Jawa Tengah sudah
tidak layak dan harus dipindahkan.
4. Kerajaan Singasari