3. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
Juntika 2005: 14, merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan
konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut:
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. b.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. d.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan,
baik fisik maupun psikis. e.
Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f.
Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat. g.
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial human relationship, yang
diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik masalah baik
bersifat internal dalam diri sendiri maupun orang lain. k.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial
Totok Puspita, 2007: 47-49 mengungkapkan ada beberapa fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial, antara lain:
a. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial,
konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan agent of change bagi dirinya dan
lingkungannya. Konselor
juga berusaha
membantu individu
sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.
b. Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami
kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan
pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang
diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek
kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial
dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya.
d. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial
digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat.
e. Untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan
pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya.
f. Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial
diharapkan individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali
kehidupannya dengan kondisi yang baru. g.
Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang
menggangu sebagai akibat dari krisis.
5. Komponen Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu a pelayanan dasar bimbingan, b pelayanan responsif, c
perencanaan individual, dan d dukungan sistem Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 30-36. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya.
Penggunaan instrumen
asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat
diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. b.
Pelayanan Responsif Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling indiviaual, konseling krisis, konsultasi
dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
c. Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI