3.7 Karakteristik Fluida
Pada penelitian ini fluida yang digunakan adalah fluida udara. Fluida udara yang digunakan memiliki karakteristik sebagai mana dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Karakteristik fluida kerja
Karakteristik Fluida Nilai
Satuan Massa jenis
1,1363
3
m kg
Kalor spesifik 1006,8
K kg
j
Konduktifitas termal fluida 0,0269
K m
W
Temperatur 310,6
K
3.8 Boundary Condition
Penelitian dilakukan pada kondisi steady. Pada penelitian diambil ruang diantara sepasang sirip pada fin tube heat exchanger di bagian evaporator air
conditioner. Pada ruang tersebut dilewatkan fluida kerja berupa udara bebas dengan karakteristik seperti pada Tabel 3.1 dan divariasikan berdasarkan besarnya
bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds yang digunakan adalah 500, 600, 700, 800 dan 900. Dinding heat exchanger pada bagian fin dan vortex generator
menggunakan material aluminium dengan tebal 0,032mm, massa jenis
3
m kg
2719
, kalor spesifik
K kg
j 871
dan konduktifitas termal
K m
W 202,4
. Pada bagian tube menggunakan tembaga dengan massa jenis
3
m kg
8974
, kalor spesifik
K kg
j 381
dan konduktivitas termal
K m
W 387,6
. Dinding heat exchanger dianggap memiliki distribusi suhu yang merata, yaitu
K. 77
, 291
Untuk lebih jelasnya, disediakan tabel boundary condition pada Lampiran A.
3.9 Solution Control
Pada dasarnya ANSYS Fluent menggunakan metode control volume untuk mengubah general scalar trnsport equation menjadi sebuah persamaan
tersendiri atau discrete yang dapat diselesaikan secara numerik.
Tabel 3.2 Tipe yang digunakan pada setiap descretization
Discretization Type
Pressure-Velocity Coupling SIMPLE
Pressure Standard
Momentum Second Order Upwind
Turbulent Kinetic Energy First Order Upwind
Turbulent Dissipation Rate First Order Upwind
Energy Second Order Upwind
Pada Pressure-Velocity Coupling dipilih tipe SIMPLE algorithm karena pada algoritma tersebut digunakan relasi antara kecepatan dan koreksi tekanan
pada persamaan kesetimbangan massa untuk mendapatkan fenomena tekanan yang terjadi pada kasus yang diteliti. Pressure discretization dipilih tipe standard
karena pada kasus yang diteliti memiliki perbedaan tekanan antar sel yang relatif rendah. Turbulent Kinetic Energy dan Turbulent Dissipation Rate digunakan tipe
First Order Upwind karena persamaan ordo satu dapat memenuhi kebutuhan perhitungan yang dilakukan pada kedua bagian tersebut. Untuk Momentum dan
Energy dipilih tipe Second Order Upwind karena dibutuhkan hasil data yang lebih akurat dari perhitungan momentum dan energi yang berupa hasil data fenomena
kecepatan aliran dan distribusi temperatur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.10 Convergence Criteria