Pengertian Kepuasan Berelasi Aspek Kepuasan Berelasi

B. Kepuasan Berelasi

1. Pengertian Kepuasan Berelasi

Kepuasan berelasi merupakan afeksi positif maupun negatif yang ada dalam suatu hubungan, terkait dengan bagaimana respon pasangan terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu Rusbult, 1980; Rusbult, Martz, Agnew, 1998. Jika respon pasangan sesuai atau lebih tinggi dari ekspektasi individu, maka individu dapat mengalami kepuasan berelasi yang tinggi. Sebaliknya, jika respon pasangan terhadap individu lebih rendah dari ekspektasi individu, individu dapat mengalami kepuasan berelasi yang rendah. Hal ini juga didukung oleh Sternberg Hojjat 1997 yang menyatakan bahwa kepuasan dalam hubungan yang dekat merujuk pada skala penilaian individu terhadap hubungan dekatnya. Secara umum, kepuasan berelasi adalah afeksi positif maupun negatif yang dirasakan individu terkait dengan respon pasangan terhadap pemenuhan kebutuhannya.

2. Aspek Kepuasan Berelasi

Menurut Hendrick 1988, ada beberapa hal yang penting dalam menentukan kepuasan berelasi, yaitu : a. Pemenuhan kebutuhan Menurut Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar bersifat genetik, yang berusaha untuk dipenuhi dalam hidupnya, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan dimiliki dan cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang paling berkenaan dengan relasi romantis adalah kebutuhan dimiliki dan cinta. Kebutuhan dimiliki dan cinta merupakan kebutuhan yang bersinggungan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Individu sangat peka terhadap kesendirian, penolakan dari lingkungan, dan kehilangan seseorang yang dikasihinya. Oleh karena itu, kebutuhan untuk diterima dan dicintai merupakan hal yang penting untuk mencapai perasaan yang sehat dan berharga. Selain itu, menurut Maslow, kegagalan pemenuhan kebutuhan dimiliki dan cinta ini menjadi penyebab dari hampir semua bentuk psikopatologi Alwisol, 2009. b. Kepuasan dalam hubungan secara umum Setiap individu memiliki penilaian tertentu terhadap relasi yang sedang mereka jalani. Bagaimana penilaian individu terhadap hubungan tersebut, positif maupun negatif secara umum, tanpa melihat aspek-aspek lain yang lebih spesifik, dapat menjadi salah satu hal yang menggambarkan kepuasan terhadap relasinya. c. Kualitas relasi Setiap pasangan tentunya mengharapkan interaksi yang baik dalam hubungan mereka. Untuk mencapai hal tersebut, individu berusaha mengembangkan belief dan perasaan yang positif terhadap pasangan, yakni perasaan bahwa pasangan akan ada saat individu membutuhkannya. Selain itu, gaya kelekatan individu dan perilaku pasangan yang mendukung juga dapat menciptakan interaksi yang baik dan menjadi kontributor utama untuk mencapai kualitas relasi Mikulincer Goodman, 2006. d. Keinginan menghentikan relasi Setiap individu yang membina relasi tentunya memiliki harapan bahwa relasi tersebut dapat terjalin dengan baik. Pada kenyataannya, ada relasi yang terjalin dengan kurang baik karena beberapa persoalan tertentu. Akibatnya, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memiliki kemungkinan keinginan untuk menghentikan relasi tersebut karena sudah tidak membawa pengaruh yang positif dalam kehidupan mereka. Seberapa sering keinginan untuk menghentikan atau berharap relasi tersebut tidak pernah ada, menjadi salah satu penentu puas atau tidaknya seseorang terhadap relasi yang sedang dijalaninya. e. Pemenuhan harapan Interaksi antara individu dengan pasangan yang memiliki sifat responsif akan meningkatkan harapan dan optimisme individu. Interaksi ini mampu membentuk keyakinan yang positif positive belief pada diri individu, sehingga ia percaya bahwa pasangan mampu memberikan dukungan dan memiliki kehendak yang baik terhadap dirinya Mikulincer Shaver, 2007. f. Kuantitas rasa cinta Manusia menjalin relasi romantis karena adanya ketertarikan dan mengembangkan cinta satu sama lain. Salah satu pembahasan mengenai cinta yang banyak dikenal oleh orang adalah teori Cinta Triangular menurut Sternberg. Menurut Sternberg 1988, 1995, cinta memiliki tiga bentuk, yaitu keintiman, komitmen, dan gairah Santrock, 1995. Besarnya rasa cinta yang dirasakan oleh individu menjadi salah satu penentu kepuasan berelasi yang dirasakan individu Santrock, 1995. g. Kuantitas masalah dalam hubungan Suatu hubungan tidak mungkin lepas dari permasalahan. Seberapa sering suatu permasalahan muncul dan bagaimana respon individu dan pasangan dalam menghadapinya turut menentukan kepuasan individu dalam relasi mereka.

3. Kaitan Kepuasan Berelasi diBerbagai Bidang