38 Doktor M sebagai dosen Statistika Jemi, dosen yang menurut Jemi sangant
pelit terhadap nilai, penampilannya tidak enak dilihat. Bergigi tonggos dan rambut yang  selalu  klimis  karena  minyak.  Dosen  tersebut  kurang  disukai  oleh  Jemi
karena sudah enam kali Jemi mengulang mata kuliah yang dibawakan oleh Doktor M,  namun  tak  kunjung  diluluskan.  Selain  itu  Doktor  M  juga  memiliki  kelainan
seksual.  Ia  seringkali  mengimajinasikan  wanita  termasuk  Leah  dalam  imajinasi liarnya.  Doktor  M  ternyata  juga  menaruh  pasa  suka  terhadap  Leah,  ia  meminta
bantuan dari Jemi untuk  menjodohkan Doktor M dengan  Leah. Dengan  Bantuan Jemi, Doktor M berjanji akan meluluskan Jemi pada mata kuliah Statistika dengan
nilai  A.    Doktor  M  membuat  Jemi  menjadi  bimbang  harus  memilih  antara perasaan cintanya dan harga dirinya sebagai mahasiswa.
11 Waktu lagi duduk dikamarku tadi, Doktor M cerita banyak
tentang  Leah.  Dia  tau  banyak.  Ukuran  sepatu,  binatang peliharaan
favorit, penyanyi
idola, sampe
film kesukaannya  Leah.  Hebatnya  lagi,  Doktor  M  tau  Leah
suka  pake  baju  perawat  sambil  bawa-bawa  borgol  di kamarnya.
Saat  aku  tanya,  dari  man  Doktor  M  bisa  tau  apa  yang dipake  Leah  di  kamarnta?  Doktor  M  gelagapan
menjawabnya. “Uh, oh, eh itu Cuma imajinasi saya aja.” DO: 32
12 Doktor  M  memang  pelit  dalam  segala  hal,  termasuk  pelit
nilai.  Reputasi  kepelitannya  lebih  terkenal  dari  pada orangnya.  Doktor  M  pernah  nggak  ngelulusin  hampir
seluruh  kelas.  Makanya  mahasiswa  yang  ikut  kuliahnya Doktor  M  itu  berjubel  karena  banyak  yang  mengulang.
DO: 52
39 13
“Kamu bisa pegang kata-kata saya, Jemi. Terserah kamu mau  nulis  apa  dalam  kertas  ujian  nanti,  nilai  Statistika
kamu tetep A.” “Saya  pertaruhkan  jiwa  raga  teman-teman  kost  saya.
Ngomong-ngomong,  siapa  cewek  yang  telah  mencairkan hati Anda, Doktor M?” “Leah.” DO: 30
14
“Jangan  sampai  gagal,  Jemi.  Saya  sangat  menginginkan cewek ini” DO: 30
15 Doktor M buka pintu mobilnya, manggil-manggil aku. Dia
nakut-nakutin,  aku  dijamin  bakal  masuk  daftar  DO  kalo nggak bisa lulus statistika. DO: 86
2.2.3 Analisis Latar Novel Drop Out
2.2.1 Latar Tempat
Latar  utama  novel  DO  adalah  Kampus  PTN  kota  Bandung  meskipun  ada sedikit latar  yang menunjukkan latar kota Jakarta. Tempat ini merupakan sebuah
Perguruan Tinggi Negeri. Latar tempat digunakan pengarang untuk menceritakan para tokoh cerita.
16 “Dulu,  bokap  nyuruh  aku  kuliah  di  Jakarta,  biar  mata
elangnya bisa terus mengawasiku” “Dengan  sedikit  trik,  aku  kira  masuk  PTN  nggak  terlalu
sulit.” DO: 9 17
Sebodo  amatlah.  Mau  jurusan  Akuntansi,  mau  jurusan Sastra  Rusia,  apa  bedanya?  Dua-duanya  aku  nggak  bisa.
Yang  penting  aku  lolos  masuk  PTN  dan  bisa  kuliah  di Bandung.  Bokap  pasti  kecewa  karena  aku  nggak  jadi
kuliah di Jakarta. DO: 10
40 18
“Aku  nekat  maen  ke  rumahnya  Leah  di  Setiabudi,  tapi nggak  berani  masuk.  Rumahnya  gede  banget,  bikin  aku
minder” DO: 22 19
“Sepanjang  jalan  dari  Bandung  Super  Mal  sampe  ke Rumah Kopi, aku diomelin Leah lagi. Penyebabnya sepele
aja:  di  lantai  tiga  ternyata  lebih  murah  lima  ribu.  Aku disuruh  ngitung  banyaknya  duit  yang  hilang  dalam
setahun  kalo  tiap  harinya  ketipu  lima  ribu  perak.”  DO: 60
2.2.2 Latar Waktu
Latar  waktu  dalam  novel  ini  adalah  latar  tahun  2005-2006.  Kehidupan sudah  cukup  modern  dengan  adanya  teknologi  yang  canggih,  menyertai  cerita
dalam novel ini. 20
Ditinggalin  sendirian,  aku  jadi  Lebih  leluasa  milih-milih buku.  Udah  tiga  rak  aku  acak-acak,  aku  belum  juga
nemuin buku karangan Kho Ping Hoo. Harusnya aku tau, buku  karangan  Kho  Ping  Hoo  nggak  bakalan  ada  di  rak
karena semuanya udah habis di pinjem. DO: 19 21
“Tapi ada juga kaset Disco Dangdut Remix Heboh,” kata Leah. “Kontradiksi sekali” DO: 43
22
“Dikomentarin  pedes  kayak  gitu,  rasanya  mending  aku ikut  audisi  Indonesian  Idol  dan  dikomentarin  Muthia
Kasim sekalian.” DO: 61 23
“Angkatan berapa?” “sembilan delapan.” DO: 13
41
2.2.3 Latar Sosial
Kehidupan  sosial  budaya  yang  digambarkan  novel  DO  adalah mengungkap  perjalanan  hidup  Jemi  yang  sejak  kecil  kurang  mendapat
kepercayaan  dari  ayah  ibunya.  Saat  kuliah  Jemi  tinggal  di  lingkungan  kost  yang sangat  tidak  mendukung  perubahan  pada  diri  Jemi,  tergambar  dari  teman-teman
kost yang memiliki kebiasaan buruk seperti pengedar narkoba, pencuri. 24
“Dulu,  bokap  nyuruh  aku  kuliah  di  Jakarta,  biar  mata elangnya bisa terus mengawasiku”
“Dengan  sedikit  trik,  aku  kira  masuk  PTN  nggak  terlalu sulit.” DO: 9
25 “Beliau  sangat  khawatir  melihat  rapor  SMU-ku.  Buku
rapornya memang penuh nilai membara. Bokap bilang, di bisa nyalain rokok pake raporku. Bukan sekali dua kali dia
nyindir kayak gitu. Kalo listrik mati malem-malem, bokap nyuruh aku naruh rapor di ruang tengah.” DO: 7
26 Tapi  kalo  ngeliat  kelakuannya,  nggak  perlu  heran  kalo
mahasiswa-mahasiswa  di  kost  ini  nggak  lulus-lulus.  Liat aja  tangan  Ramon  dan  Julius.  Mereka  ngantri  di  sepan
pintu kamar mandi sambil mengepit tabloit porno. Di sini, porni itu seni. DO: 05
27 Dia sebenarnya orang yang baik kalo kita bisa melihatnya
dari sudut pandang bandar narkoba. Edi meninggal karena over dosis. Edi stres berat takut kena DO, tapi malah mati
kena OD. DO: 04-05
42
2.2.4 Analisis Tema Novel Drop Out
Dalam  novel  DO,  penulis  menemukan  beberapa  tema  yang  dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni tema mayor dan tema minor. Penulis akan
mendiskripsikan  beberapa  tema  minor  telebih  dahulu.  Kemudian  dilanjutkan dengan  tema  mayor.  Berikut  dijelaskan  secara  beruntun  tema  minor  dan  mayor
yang terdapat pada novel DO.
2.2.4.1 Tema Minor
2.2.4.1.1 Dibutuhkan Kesabaran Demi Suatu Perubahan
Perubahan yang butuh kesabaran menjadi salah satu tema minor yang ada dalam  novel  DO.  Jemi,  mahasiswa  semester  tigabelas  yang  mempunyai  julukan
sebagai  mahasiswa  abadi.  Sikap  celelekan,  kurang  serius  saat  mengikuti perkuliahan,  pemalas,  dan  paling  tidak  bisa  bangun  pagi  menjadi  pemicu
timbulnya  masalah  bagi  Jemi.  Jemi  sering  membuang  waktunya  dengan  hal-hal yang  tidak  berguna.  Ia  tak  pernah  mengerjakan  tugas-tugas  kampus,  tapi  malah
bermain  poker  di  tempat  temannya.  Jangankan  belajar,  buku  yang  seharusnya berisi  tentang  materi  perkuliahan  malah  berisikan  gambar-gambar  buatannya.
Pohon, menjadi obyek imajinasi gambar-gambarnya saat perkuliahan berlangsung. Segala  sifat  Jemi  sebenarnya  disadari  telah  berakibat  buruk,  salah  satu  dampak
adalah  DO  yang  mengancamnya  apa  bila  semester  depan  ia  tak  lulus.  Sampai  ia mengetahui  bahwa  ayahnya  akan  segera  di  PHK  dan  tidak  mungkin  lagi  dapat
membiayai kuliah Jemi.
43 Leah, mantan senior Jemi yang kini menjadi dosen Akuntansi Jemi merasa
prihatin  dengan  keadaan  Jemi.  Mata  kuliah  Statistika  menjadi  satu  mata  kuliah yang menurut Jemi mustahil untuk dapat lulus. Leah memutuskan untuk memberi
bimbingan  belajar  secara  personal  dan  cuma-cuma.  Jemi  yang  memang berhubungan  dekat  dengan  Leah  akhirnya  menerima  tawaran  Leah.  Kegiatan
belajar  mereka  berlangsung  cukup  lama,  meskipun  tak  kunjung  menimbulkan perubahan pada diri Jemi. Saat bimbingan berlangsung, Jemi selalu membicarakan
hal-hal  diluar  perkuliahan  seperti  bercanda  dan  rayuan  gombal  yang  ditujukan kepada Leah. Sesekali jadwal yang harusnya Jemi lakukan untuk belajar bersama
Leah  malah  dipergunakan  untuk  bermain  poker  bersama  teman-temannya. Sesekali  Leah  sangat  kebingungan  karena  berusaha  menghubungi  Jemi,  tapi  tak
ada  jawaban  dari  Jemi.  Kesabaran  Leah  terus  di  uji,  menurut  Leah,  Jemi  butuh suntikan  motifasi  dan  perhatian  lebih  dari  Leah.  Dengan  ketekunan  dari  Leah
yang  senantiasa  memberikan  perhatian  terhadap  Jemi,  akhirnya  menemukan perubahan  dan  berbuah  perasaan  saling  suka.  Jemi  yang  sadar  bahwa  ia  harus
segera  lulus  untuk  menghindari  DO  akhirnya  mulai  menunjukkan  perubahan positif. Jemi mulai menurut dengan Leah, soal-soal latihan menjadi santapan Jemi
sehari-hari. Meski tak buerujung pada nilai  yang baik,  Leah senang karena dapat mengubah kepribadian Jemi yang pemalas dan semaunya sendiri. Nilai dari soal-
soal  latihan  yang  terus  menerus  diberikan  Leah  akhirnya  mendapatkan peningkatan, walau sangat sedikit sekali dan belum mencukupi standar kelulusan.