16
1.5.2.1.4 Tema
Tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita Nurgiyantoro, 2005: 70.
Dalam sebuah cerita, tema dapat berjumlah lebih dari satu. Tema dapat dibagi menjadi dua, yakin tema mayor tema utama dan tema minor tema
tambahan. Tema minor sebagai makna-makna tambahan yang ada dalam sebuah cerita bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak berkaitan dengan makna
pokok. Dengan demikian tema mayor memiliki makna sebagai rangkuman dari tema-tema minor Nurgiyantoro, 2005: 82-83.
Penentuan tema dapat dilakukan dengan memahami cerita secara keseluruhan terlebih dahulu, kemudian mencari kejelasan ide-ide perwatakan,
peristiwa-peristiwa dan konflik, dan latar. Tema disaring dari motif-motif yang ada dalam cerita. Empat kriteria dalam usaha menemukan tema sebuah novel
ditemukan oleh Stanton Nurgiyantoro, 2005: 87. Pertama, dengan mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, tidak bertentangan
dengan tiap detil cerita. Ketiga, tidak mendasarkan pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang
bersangkutan, tema tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan, imajinasi, atau informasi lain yang diragukan. Keempat, dengan mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan.
17 Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi haruslah disimpulkan dari
keseluruhan cerita. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak sengaja disembunyikan, karena justru hal itulah yang ditawarkan kepada pembaca.
Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya. Jika dilihat
dari sudut pengarang, dasar cerita dipakai sebagai panutan pengembangan cerita, dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat sebaliknya. Berdasarkan cerita yang
dibeberkan itulah pembaca berusaha menafsirkan apa dasar utama cerita itu, apa tema cerita itu, dan hal itu akan dilakukan berdasarkan detil-detil unsur yang
terdapat dalam karya yang bersangkutan Nurgiyantoro, 2005: 68-70.
1.5.2.1.5 Sudut Pandang
Sudut pandang disebut juga sebagai strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya
Nurgiyantoro, 2005: 248. Unsur intrinsik sudut pandang akan diteliti pada novel DO dan novel CKB karena sudut pandang merupakan salah satu hal yang
penting dalam unsur intrinsik. Sudut pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca Nurgiyantoro, 2005: 249. Sudut pandang adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca
Nurgiyantoro, 2005: 248.
18 Sudut pandang secara garis besar dapat dibedakan dalam dua macam yaitu
persona pertama, first-person, gaya “aku”, dan persona ketiga third-person, gaya
“dia”. Jadi dari sudut pandang “aku” atau “dia” dari berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan. Kedua sudut pandang tersebut masing-masing menyaran dan
menuntut konsekuensinya sendiri. Oleh karena itu, wilayah kebebasan dan keterbatasan perlu diperhatikan secara objektif sesuai dengan kemungkinan yang
dapat dijangkau sudut pandang yang dipergunakan Nurgiyantoro, 2005: 249. Pentingnya sudut pandang dalam karya fiksi tidak lagi diragukan. Sudut
pandang dianggap sebagai salah satu unsur fiksi yang penting dan menentukan Nurgiyantoro, 2005: 250. Sebelum pengarang menulis cerita, mau tak mau, ia
harus telah memutuskan memilih sudut pandang tertentu. Pemilihan sudut pandang menjadi penting karena hal itu tidak hanya berhubungan dengan masalah
gaya saja. Namun, biasanya pemilihan bentuk-bentuk tersebut bersifat sederhana, di samping hal itu merupakan konsekuensi otomatis dari pemilihan sudut pandang
tertentu. Pemilihan sudut pandang membutuhkan konsekuensi disamping ada berbagai kemungkinan teknis penyajian sudut pandang yang dapat dimanfaatkan
dan sekaligus dapat dikreasikan oleh pengarang Nurgiyantoro, 2005: 250. Penggunaan sudut pandang “aku” atau pun “dia”, biasanya juga berarti
tokoh “aku” atau tokoh “dia”, dalam karya fiksi adalah untuk memerankan dan menyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan pengarang. Ada beberapa macam
sudut pandang dalam buku Nurgiyantoro 2005: 256-271 yaitu: