94
3.6 Hubungan Intertekstual Unsur Penyudutpandangan
Penggunaan sudut pandang pada novel DO dan novel CKB sangat berbeda. Pada novel DO, pengarang lebih memilih menggunakan sudut pandang AKU-an
untuk menceritakan segala isi rangkaian cerita. Segala penceritaan dalam novel DO dilihat melalui satu sudut pandang dari seorang tokoh utama saja yang
menggerakkan seluruh berjalannta cerita dari awal hingga akhir. Semua terfokus pada pandangan dan penilaian satu tokoh saja, yaitu Jemi sebagai tokoh utama.
Berbeda sekali dengan novel CKB yang menggunakan sudut pandang DIA-an mahatahu. Penggunaan sudut pandang ini lebih luas dibanding dengan sudut
pandang AKU-an, karena sudut pandang DIA-an tidak hanya fokus pada satu tokoh saja. Pengarang menyebut tokoh dengan kata ganti orang ketiga dia, ia, atau
pun nama tokoh. Dalam sudut pandang ini pengarang lebih bebas untuk menyebut dan menggambarkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain dalam hal perasaan,
perilaku, serta yang dipikirkan tokoh Anton, Marini, Erika, Bu Yusnita, Pak gunawan, dan Kusno.
Pada novel DO, pembaca digiring oleh pengarang hanya dengan satu situasi, perasaan, perilaku, serta pikiran dari si tokoh “aku”, yaitu Jemi.
Sedangkan pada novel CKB, pembaca dapat lebih luas memahami berjalannya suatu cerita dari banyak sudut pandang, sehingga membuat pembaca mampu
“membaca” lebih banyak perkiraan-perkiraan yang akan terjadi dalam cerita tersebut. Dapat dikatakan bahwa pembaca akan lebih liar dalam berimajinasi dan
menebak apa yang akan terjadi pada cerita dalam novel CKB.
95
3.7 Rangkuman Kajian Hipogram
Hypogram merupakan landasan untuk menciptakan karya-karya yang baru, baik dengan cara menerima maupun menolaknya Ratna, 2012: 172-176. Karya
sastra tertentu yang dijadikan dasar penulisan bagi karya sastra lain disebut sebagai hipogram. Adanya pengaruh dari suatu karya terhadap penulisan karya
sesudahnya ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara sebuah karya yang satu dengan karya lain yang diduga
menjadi hipogramnya. Adanya unsur hipogram dalam suatu karya dapat menimbulkan kemungkinan untuk disadari oleh pengarang, tetapi juga ada
kemungkinan tidak disadari oleh pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya, berwujud dalam sikapnya yang meneruskan atau
sebaliknya, menolak. Novel CKB yang diterbitkan tahun 1974, ditulis terlebih dahulu dari pada
novel DO yang diterbitkan tahun 2006. Berdasarkan urutan waktu penulisannya, dapat disimpulkan bahwa novel CKB karya Ashadi Siregar merupakan hipogram
dari novel DO karya Arry Risaf Arisandi. Novel CKB memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap novel DO. Arry Risaf Arisandi
dalam karyanya DO, mentransformasikan karya terdahulu yang menjadi hipogramnya, yakni CKB. Karya yang menjadi hipogram tersebut memberikan
inspirasi bagi pengarang DO dalam menciptakan karyanya. Hal itu dapat dilihat dari adanya hubungan intertekstual kedua novel pada unsur alur, tokoh dan
penokohan, latar, tema, serta sudut pandang. Hubungan intertekstual unsur alur kedua novel muncul dalam bentuk penggunaan pola yang sama, yakni alur