93 terhadap Anton. Sementara itu, Marini yang mulai dapat melepaskan Anton kini
telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan cinta Anton. Kusno yang saat melakukan penelitian di Dieng mendapat tugas dari Anton untuk menjaga
Marini, tanpa disadari berbuah rasa suka terhadap Marini, begitu juga dengan Marini.
Romansa cinta yang cukup rumit tersebut belum berakhir, Anton awalnya kecewa dan merasa dikhianati oleh Kusno, sahabatnya, mulai mengerti bahwa
hubungannya dengan Marini memang sudah tak dapat dilanjutkan lagi. Maka alangkah baiknya jika Anton mengikhlaskan Marini bersama Kusno. Sementara
itu, Erika yang selama ditinggalkan Anton untuk melakukan penelitian di Dieng seperti kehilangan semangat. Perkataan ibu Erika terhadap Anton cukup membuat
Anton sakit hati dan memutuskan tak mendatangi Erika lagi. Namun, ternyata keputusan ibu Erika tak seperti yang diharapakan, keseharian Erika yang
merindukan Anton seperti tak memiliki semangat hidup, Erika menjadi murung dan merasa ibunya tidak adil atas perlakuannya terhadap Anton. Melihat hal itu,
ibu Erika lantas merasa bersalah dan memutuskan untuk menarik perkataannya dengan mendatangi Anton. Ibu Erika meminta maaf dan berharap Anton mau
mengunjungi Erika. Anton yang awalnya sakit hati dan berat untuk memaklumi apa yang telah ibu Erika katakan terhadapnya dulu, mulai melunak dan
memutuskan untuk mengunjungi Erika yang sedang dilanda kerinduan.
94
3.6 Hubungan Intertekstual Unsur Penyudutpandangan
Penggunaan sudut pandang pada novel DO dan novel CKB sangat berbeda. Pada novel DO, pengarang lebih memilih menggunakan sudut pandang AKU-an
untuk menceritakan segala isi rangkaian cerita. Segala penceritaan dalam novel DO dilihat melalui satu sudut pandang dari seorang tokoh utama saja yang
menggerakkan seluruh berjalannta cerita dari awal hingga akhir. Semua terfokus pada pandangan dan penilaian satu tokoh saja, yaitu Jemi sebagai tokoh utama.
Berbeda sekali dengan novel CKB yang menggunakan sudut pandang DIA-an mahatahu. Penggunaan sudut pandang ini lebih luas dibanding dengan sudut
pandang AKU-an, karena sudut pandang DIA-an tidak hanya fokus pada satu tokoh saja. Pengarang menyebut tokoh dengan kata ganti orang ketiga dia, ia, atau
pun nama tokoh. Dalam sudut pandang ini pengarang lebih bebas untuk menyebut dan menggambarkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain dalam hal perasaan,
perilaku, serta yang dipikirkan tokoh Anton, Marini, Erika, Bu Yusnita, Pak gunawan, dan Kusno.
Pada novel DO, pembaca digiring oleh pengarang hanya dengan satu situasi, perasaan, perilaku, serta pikiran dari si tokoh “aku”, yaitu Jemi.
Sedangkan pada novel CKB, pembaca dapat lebih luas memahami berjalannya suatu cerita dari banyak sudut pandang, sehingga membuat pembaca mampu
“membaca” lebih banyak perkiraan-perkiraan yang akan terjadi dalam cerita tersebut. Dapat dikatakan bahwa pembaca akan lebih liar dalam berimajinasi dan
menebak apa yang akan terjadi pada cerita dalam novel CKB.
95
3.7 Rangkuman Kajian Hipogram
Hypogram merupakan landasan untuk menciptakan karya-karya yang baru, baik dengan cara menerima maupun menolaknya Ratna, 2012: 172-176. Karya
sastra tertentu yang dijadikan dasar penulisan bagi karya sastra lain disebut sebagai hipogram. Adanya pengaruh dari suatu karya terhadap penulisan karya
sesudahnya ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara sebuah karya yang satu dengan karya lain yang diduga
menjadi hipogramnya. Adanya unsur hipogram dalam suatu karya dapat menimbulkan kemungkinan untuk disadari oleh pengarang, tetapi juga ada
kemungkinan tidak disadari oleh pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya, berwujud dalam sikapnya yang meneruskan atau
sebaliknya, menolak. Novel CKB yang diterbitkan tahun 1974, ditulis terlebih dahulu dari pada
novel DO yang diterbitkan tahun 2006. Berdasarkan urutan waktu penulisannya, dapat disimpulkan bahwa novel CKB karya Ashadi Siregar merupakan hipogram
dari novel DO karya Arry Risaf Arisandi. Novel CKB memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap novel DO. Arry Risaf Arisandi
dalam karyanya DO, mentransformasikan karya terdahulu yang menjadi hipogramnya, yakni CKB. Karya yang menjadi hipogram tersebut memberikan
inspirasi bagi pengarang DO dalam menciptakan karyanya. Hal itu dapat dilihat dari adanya hubungan intertekstual kedua novel pada unsur alur, tokoh dan
penokohan, latar, tema, serta sudut pandang. Hubungan intertekstual unsur alur kedua novel muncul dalam bentuk penggunaan pola yang sama, yakni alur
96 tertutup. Pengarang DO juga meneruskan konvensi yang ada dalam novel CKB
dengan memunculkan beberapa motif yang sama. Meski terdapat kesamaan dalam beberapa motif, tetapi ada beberapa perbedaan pada kedua novel, yakni pada
tokoh penggerak cerita. Novel DO menampilkan motif hasil dari perjuangan untuk melakukan perubahan sebagai penggerak utama ceritanya. Sedangkan novel CKB
menampilkan motif kekuatan dari tokoh yang menjadi bawaan atau sifat sejak lahir.
Dalam hal unsur tokoh dan penokohan, Arry Risaf Arisandi menransformasikan tokoh yang ada dalam CKB ke dalam novel DO dengan pola
yang berbeda. Perbedaan yang ada yaitu dalam transformasi tokoh pemecah masalah, seperti perubahan pada seseorang dalam lingkungan kampus melalui
kisah percintaan yang menjadi kaitan perubahan tersebut. Percintaan yang ditonjolkan bertujuan untuk sedikit mengubah tradisi novel percintaan yang
cenderung menonjolkan unsur cinta sesama usia atau hubungan sepasang kekasih yang memiliki jabatan dan status sosial yang sama. Bentuk variasi yang lain
misalnya hubungan yang baik antara mahasiswa dengan dosen yang pada umumnya hubungan tersebut bersifat kaku dan terbatas. Hal di atas merupakan
upaya adaptasi latar sosial budaya sebagai pembeda antara novel DO dengan novel CKB yang menjadi hipogramnya. Arry Risaf Arisandi juga
menransformasikan beberapa tema yang ada dalam CKB ke dalam DO. Hal ini menjadi bentuk tanggapan oleh pengarang DO terhadap karya hipogramnya yaitu
novel CKB dengan cara memunculkan sisi yang berbeda sebagai bentuk pandangan dan daya kreativitas pengarang yang berbeda.
97
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, kedua novel tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut tertuang
dalam alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta sudut pandang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa novel CKB memengaruhi sekaligus menjadi
dasar kerangka cerita pada novel DO. Dengan kesimpulan novel CKB merupakan hipogram terhadap munculnya novel DO. Novel DO bersifat meneruskan atau
memantapkan konvensi sastra yang ada dalam novel CKB. Pada keseluruhan cerita novel DO sangat identik dengan novel CKB, proses penceritaan yang
ditampilkan pada DO menunjuk pada penekanan situasi yang terjadi dalam novel CKB.
Dari hasil analisis data dan pembahasan, ditemukan beberapa kemiripan dan perbedaan antara novel DO dan CKB. Kemiripan dan perbedaan kedua novel
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Alur dalam kedua novel ini adalah alur maju. Cerita sama-sama diakhiri
dengan alur tertutup. Struktur alur pada DO menransformasikan CKB, tampak dari runtutan cerita yang memiliki kemiripan dan situasi yang serupa. Alur yang
terdapat pada DO mempergunakan alur maju seperti tergambar pada CKB, urutan waktu, penyituasian, serta konflik yang terjadi memiliki kemiripan. Anton
terbebani permasalahan dengan Bu Yusnita berupa ancaman DO karena Anton
98 kurang bisa menerima pemberian nilai mata kuliah yang diberikan oleh Bu
Yusnita. Anton mendapatkan masalah dari Bu Yusnita yang menuntut agar para dosen melakukan sidang akibat ulah Anton yang menentang keputusan Bu
Yusnita dalam hal penilaian. Kemiripan yang nampak pada novel DO berawal pada saat Jemi yang mengalami kesulitan dalam hal akademik. Jemi memiliki
julukan mahasiswa abadi karena sampai semester tiga belas ia belum juga lulus dari perguruan tinggi. Jemi divonis akan di-DO apabila ada nilai E dalam salah
satu mata kuliah yang harus diselesaikannya dalam dua semester. Jemi yang telah menginjak semester empat belas harus mengubah sifatnya yang pemalas, tidak
pernah serius saat perkuliahan, dan Jemi paling tidak bisa bangun pagi. Sementara itu, perbedaan yang ada yaitu dari penyituasian, serta penyebab terjadinya konflik
yang dialami masing-masing tokoh. Dalam hal ini kedua pengarang sama-sama memberikan kesimpulan di akhir cerita, tetapi dengan penyelesaian yang berbeda.
Pada tokoh dan penokohan, kedua novel ini memiliki tokoh utama yang berperan sebagai protagonis. Tokoh Jemi dalam novel DO merupakan
transformasi tokoh Anton pada novel CKB, kedua tokoh ini merupakan mahasiswa semester akhir yang terancam DO. Kemiripan tampak pada saat kedua
tokoh tersebut terancam DO dan sama-sama mengalami hubungan percintaan dengan dosennya. Pada tokoh antagonis, transformasi novel CKB yang tertuang
dalam novel DO tampak pada tokoh dosen yang berperan sebagai pemicu timbulnya konflik. Pada novel CKB digambarkan sosok Bu Yusnita sebagai tokoh
antagonis yang memicu timbulnya konflik yang terjadi dengan Anton. Peristiwa serupa juga dimunculkan pada novel DO, Doktor M yang berstatus sebagai dosen
99 menjadi pemicu munculnya konflik dengan tokoh Jemi. Kedua novel ini sama-
sama mengambil tokoh dari kalangan mahasiswa dan dosen. Dari beberapa persamaan tokoh dan penokohan kedua novel tersebut terdapat beberapa
perbedaan. Meskipun tokoh utama pada kedua novel ini adalah seorang mahasiswa, diceritakan tokoh Anton pada CKB memiliki sifat dan kepribadian
yang cerdas dan memiliki reputasi yang cukup baik di kampus. Tokoh Anton digambarkan sebagai tokoh yang memiliki pengetahuan luas. Sementara itu, tokoh
Jemi pada DO merupakan interpretasi mahasiswa yang bodoh, pemalas, dan kacau dalam kehidupannya.
Transformasi selanjutnya yang tampak dalam penelitian ini adalah pada setting atau latar. Kedua novel ini menggunakan latar tempat dunia pendidikan
universitas. Novel DO di Perguruan Tinggi Nageri PTN kota Bandung, sedangkan novel CKB berfokus di kampus Gajah Mada kota Yogyakarta. Tokoh
Jemi dan Anton yang sama-sama menjadi mahasiswa yang berada pada akhir semester. Status tersebut membuat mereka berusaha untuk menyelesaikan studi,
berjuang menghadapi segala permasalahan yang timbul baik dari diri tokoh tersebut maupun dari tokoh lain yang mendukung timbulnya permasalahan.
Tema yang ada dalam kedua novel tersebut terdapat kesamaan, yaitu kehidupan kaum mahasiswa yang identik dengan tingkat kebebasan yang
mencapai puncak dilengkapi dengan gaya hidup terbuka. Tema yang menjadi salah satu kesamaan yaitu bagaimana permasalahan yang muncul antara dosen
dengan mahasiswanya. Pada novel CKB, permasalahan antara Anton dengan Bu Yusnita selaku dosen Literatur, menjadikan Anton sebagai tokoh utama yang