Hubungan Intertekstual Unsur Tokoh dan Penokohan

88 batin pada diri Anton, sampai-sampai Anton melakukan protes. Protes yang dilakukan Anton semakin menyulut perseteruan yang terjadi. Bu Yusnita menuntut agar Anton dikeluarkan dari kampus karena dianggap telah menyepelekan dan menghina Bu Yusnita. Doktor M pada novel DO sama-sama merupakan tokoh antagonis, Doktor M merupakan tokoh yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan keinginannya. Lagi-lagi unsur akademik yang dipertontonkan dalam novel ini. Doktor M selaku dosen Statistika mengetahui hubungan antara Jemi dengan Leah. Doktor M merasa yakin dapat memanfaatkan keadaan Jemi yang sangat membutuhkan kelulusan dalam mata kuliah Statistik. Doktor M yang sangat terobsesi dengan Leah memberikan pilihan yang sulit kepada Jemi. Bila ingin mendapat kelulusan, Jemi harus membantu menjalin hubungan antara Doktor M dengan Leah. Apabila Jemi menolak keinginan Doktor M, Jemi terancam DO. Doktor M mengatakan bahwa Jemi tak akan mampu melewati ujian Statistika. Jemi sangat kebingungan, di satu sisi ia sangat menyukai Leah, tetapi di sisi lain Jemi juga sangat membutuhkan kelulusan khususnya pada mata kuliah yang sangat ia takuti yaitu Statistika. Awalnya Jemi menyetujui tawaran Doktor M dengan mengorbankan perasaan sukanya terhadap Leah, tetapi kemudian Jemi memutuskan untuk tidak melanjutkan kesepakatan dengan Doktor M. Jemi merasa tidak rela apabila harus menyerahkan Leah pada Doktor M dan memutuskan untuk menjalani ujian Statistika dengan cara yang benar. Selain itu, Jemi juga ingin tetap mencintai Leah. 89

3.4 Hubungan Intertekstual Unsur Latar

Novel DO dan novel CKB memiliki kesamaan pada unsur latar. Kedua novel tersebut sama-sama berlatar di lingkungan pendidikan khususnya tingkat perguruan tinggi. Keterkaitan unsur latar memiliki perbedaan secara geografis. Novel DO berlatar tempat di kota Bandung, sementara novel CKB latar tempat digambarkan di kota Yogyakarta yang pada masa itu sampai saat ini dikenal sebagai Kota Pelajar. Latar sosial yang ada dalam kedua novel ini memiliki kemiripan, yaitu kehidupan kaum muda mahasiswa yang identik dengan tingkat kebebasan yang mencapai puncak, didampingi dengan gaya hidup terbuka tanpa mengenal batas dan tanggung jawab. Tokoh Jemi dan Anton yang sama-sama menjadi mahasiswa yang berada pada tingkat akhir. Status tersebut membuat mereka berusaha untuk menyelesaikan studi, berjuang menghadapi segala permasalahan yang timbul baik dari diri tokoh tersebut maupun dari tokoh lain yang mendukung timbulnya permasalahan.

3.5 Hubungan Intertekstual Unsur Tema

Kajian unsur tema pada bab sebelumnya menunjukkan adanya hubungan intertekstual antara novel DO dan CKB dalam beberapa tema. Berikut ini penulis akan mengkaji hubungan interteksual kedua novel tersebut secara deskriptif. 90

3.5.1 Masalah Pribadi Hendaknya tidak Dicampuradukkan dengan

Masalah Pendidikan Dalam novel DO Doktor M yang sangat terobsesi dengan Leah berpikir untuk memanfaatkan Jemi yang saat itu memang membutuhkan kelulusan terutama pada mata kuliah Statistika. Doktor M mendatangi Jemi dan dalam pertemuan itu Doktor M menyampaikan keprihatinan atas prestasi Jemi yang buruk di kampus. Menurut Doktor M Jemi tidak akan lulus hanya dengan belajar mengingat waktu yang yang ada tidak banyak sebelum Jemi di-DO. Ternyata semua itu bertujuan supaya Jemi merasa putus asa dan berpikir bahwa usahanya selama ini untuk belajar bersama Leah adalah sia-sia. Kebingungan Jemi kemudian dimanfaatkan Doktor M dengan menawarkan kelulusan secara cuma- cuma meski dengan cara yang tidak benar. Jemi akan mendapatkan nilai A pada ujian Statistika apabila Jemi mau membantu mempertemukan Doktor M dengan Leah. Selain itu, Jemi juga harus membujuk Leah supaya mau menerima cinta Doktor M. Jemi yang memang sedang membutuhkan kelulusan, ditambah ayahnya yang di-PHK membuat Jemi bertekad harus segera lulus. Namun, Jemi bimbang karena ia juga cinta terhadap Leah. Pertentangan batin terjadi pada diri Jemi, dengan terpaksa tawaran dari Doktor M disetujui oleh Jemi. Pada novel CKB, kejadian serupa terjadi ketika Bu Yusnita yang memiliki sifat keras kepala dan cenderung subjektif dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa. Hal tersebut membuat Anton dihadapkan pada situasi yang serba salah. Anton yang merasa dirinya tidak memiliki permasalahan atau dendam pribadi terhadap Bu Yusnita, bingung karena sering mendapat hasil ujian yang 91 tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Anton yang merasa diperlakukan tidak adil memutuskan untuk menemui Bu Yusnita dan melakukan pembicaraan personal. Anton mempertanyakan apa yang selama ini membuatnya mendapatkan hasil buruk pada mata kuliah yang diampu oleh Bu Yusnita. Anton merasa tak ada yang salah pada dirinya, ia merasa bisa dan menguasai mata kuliah tersebut. Dalam pembicaraan itu, Anton yang tak kunjung mendapat jawaban secara lugas dari Bu Yusnita akhirnya melakukan protes dan menganggap Bu Yusnita tidak objektif dalam memberikan penilaian. Melihat protes keras yang dilakukan Anton, Bu Yusnita semakin marah, beliau menganggap Anton telah menghina dan meragukan keputusan Bu Yusnita sebagai seorang dosen. Kemarahan yang memuncak membuat Bu Yusnita mengancam akan mengeluarkan Anton dari kampus dengan mengadakan rapat di kalangan dosen.

3.5.2 Cinta Merupakan Pilihan yang Menuntut Kejujuran

Pada novel DO, romansa cinta dipaparkan Doktor M yang menaruh perasaan suka terhadap Leah menawarkan kelulusan yang tidak wajar kepada Jemi, Jemi akan diluluskan dari mata kuliah Statistik dan mendapat nilai A jika ia mau membantu Doktor M untuk mendapatkan Leah. Jemi yang sejak lama diketahui telah memiliki rasa cinta terhadap Leah merasa sangat bingung dan terjadi konflik batin pada diri Jemi. Pilihan yang dihadapi Jemi membuatnya sangat bingung memilih antara perasaan dan masa depan. Meski awalnya Jemi menyetujui tawaran itu, akhirnya Jemi sadar bahwa keputusannya salah. Jemi lebih memilih Leah dan berusaha mencapai kelulusannya dengan cara yang benar. 92 Tema percintaan yang muncul pada CKB terlihat pada Anton yang merupakan pacar Marini, semakin lama menunjukkan hubungan yang kurang harmonis. Kejenuhan yang memuncak pada diri Anton mempertemukannya pada seorang gadis bernama Erika. Anton yang sedang berada di perpustakaan berjumpa dengan Erika. Ketertarikan terhadap Erika mulai tumbuh ketika Anton yang sedang berbicara dengan Erika merasa gadis tersebut sangat bertentangan dengan kekasihnya saat itu yaitu Marini. Sikap pendiam, cuek, tak mudah didekati setiap lelaki, tetapi tetap cantik memunculkan rasa ingin tahu yang besar pada diri Anton. Anton sering mengunjungi rumah Erika, dan kebiasaan itu mulai terbiasa juga bagi Erika. Anton merasa ada ketenangan saat ia bersama dengan Erika, sampai-sampai kunjungan ke rumah Erika menjadi kebiasaannya sehari-hari. Erika yang mulai terbiasa dengan Anton mulai menunjukkan respon positif, mereka menjadi sangat dekat. Sehari saja Anton tak datang mengunjungi Erika, Erika merasa ada yang kurang dan tak bersemangat. Hubungan mereka berlanjut seperti sepasang kekasih. Namun, ibu Erika yang dari awal tidak menyetujui hubungan Erika dengan Anton mulai menunjukkan sikap dengan meminta supaya Anton menjauhi Erika, mengingat Erika telah memiliki tunangan. Beranjak dari cinta segitiga itu, Anton yang sebelumnya mendapat masalah di kampus perihal konfliknya dengan Bu Yusnita, juga semakin bimbang karena dihadapkan dengan cinta yang dirasakannya terhadap Bu Yusnita. Sejenak meninggalkan kebiasaan mengunjungi Erika, Anton memiliki perasaan juga terhadap Bu Yusnita. Namun, kisah cinta Anton dan Bu Yusnita segera berakhir karena Bu Yusnita memutuskan untuk tidak meneruskan perasaan cintanya 93 terhadap Anton. Sementara itu, Marini yang mulai dapat melepaskan Anton kini telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan cinta Anton. Kusno yang saat melakukan penelitian di Dieng mendapat tugas dari Anton untuk menjaga Marini, tanpa disadari berbuah rasa suka terhadap Marini, begitu juga dengan Marini. Romansa cinta yang cukup rumit tersebut belum berakhir, Anton awalnya kecewa dan merasa dikhianati oleh Kusno, sahabatnya, mulai mengerti bahwa hubungannya dengan Marini memang sudah tak dapat dilanjutkan lagi. Maka alangkah baiknya jika Anton mengikhlaskan Marini bersama Kusno. Sementara itu, Erika yang selama ditinggalkan Anton untuk melakukan penelitian di Dieng seperti kehilangan semangat. Perkataan ibu Erika terhadap Anton cukup membuat Anton sakit hati dan memutuskan tak mendatangi Erika lagi. Namun, ternyata keputusan ibu Erika tak seperti yang diharapakan, keseharian Erika yang merindukan Anton seperti tak memiliki semangat hidup, Erika menjadi murung dan merasa ibunya tidak adil atas perlakuannya terhadap Anton. Melihat hal itu, ibu Erika lantas merasa bersalah dan memutuskan untuk menarik perkataannya dengan mendatangi Anton. Ibu Erika meminta maaf dan berharap Anton mau mengunjungi Erika. Anton yang awalnya sakit hati dan berat untuk memaklumi apa yang telah ibu Erika katakan terhadapnya dulu, mulai melunak dan memutuskan untuk mengunjungi Erika yang sedang dilanda kerinduan.