2.2.3 Penawaran Dan Permintaan Gula Domestik
Produksi gula di Indonesia white sugar dan refined sugar 3,92 juta ton 2008 dan diperkirakan menjadi 4,37 juta ton pada tahun 2009. Estimasi
pertumbuhan industri gula sebesar 6 setahun antara lain didasarkan pada perkiraan peningkatan permintaan gula konsumsi dan gula rafinasi.
Tumbuhnya industri gula rafinasi untuk mengisi kebutuhan industri makanan, minuman dan farmasi di dalam negeri. Realisasi produksi gula pada tahun
2008 sebesar 2,67 juta ton untuk gula konsumsi dan 1,256 juta ton gula rafinasi, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 900 ribu orang. Raw sugar
yang diimpor dimanfaatkan oleh industri gula rafinasi dan pabrik GAMSG, L lysine HCL, Ionine Mono Phosphate IMP dan Gianine Mono Phosphate
GMP.
Produksi Indonesia naik secara lambat sejak 2000, namun kembali menurun sejak 2007-2008. Adapun target produksi gula Indonesia
ditetapkan sebesar 2,76 juta ton BUMN, 2013. Selanjutnya juga disampaikan bahwa pada 2013
suplai gula kristal putih diperkirakan sebesar 3,81 juta ton yang didapatkan dari stok awal Januari sebanyak 914.060 ton
dan produksi gula kristal putih dari raw sugar untuk idle capacity sebanyak 140.726 ton. Pengertian raw sugar adalah bentuk gula yang masih berwarna
kecoklatan dan idle capacity adalah waktu yang digunakan pada masa produksi tetapi saat sedang tidak berproduksi.
Sedangkan konsumsi gula kristal putih diperkirakan sebanyak 2,43 juta ton dan pada akhir Desember
2013 diperkirakan masih ada stok gula kristal putih sebanyak 1,38 juta ton BUMN, 2013. Berkaitan dengan produksi gula, lanjutnya, dari data DGI
ditargetkan awal 2013 rendemen gula mencapai 8,27 sementara rendemen gula tertinggi akan dihasilkan oleh PT Sugar Grup sebesar 9,90 ,
rendemen gula milik PT Gunung Madu Plantation sebesar 9,20, rendemen
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
gula milik PT Perkebunan Nusantara berkisar antara 6,36 hingga 8,31 BUMN, 2013. Selain itu, diungkapkannya luas areal tanaman perkebunan
tebu mencapai 451.558,3 hektare terdiri dari 284.597,3 hektare milik BUMN dan 166.961,0 hektare milik swasta. Pambudy, Mardianto dan Syafa’at
2005 menguraikan kemunduran produksi gula domestik yang disebabkan oleh menurunnya produktivitas dan efisiensi industri gula secara
keseluruhan. Konsumsi Indonesia yang tumbuh cepat dan pertumbuhan
pendapatan Income yang cukup besar mendorong pertumbuhan konsumsi gula yang cepat pula. FAO 1997 mencatat pertumbuhan populasi sekitar 2
persen per tahun sejak 1970 meski pertumbuhan itu menurun sedikit setelah tahun itu, namun pertumbuhan Income naik sangat cepat dengan ilustrasi
sejak 1970, total GDP riil tumbuh lebih dari 7 setiap tahun sehingga tidak mengherankan apabila konsumsi gula naik cukup tinggi oleh karena naiknya
consumer product berbahan gula seperti makanan dan minuman manis. Dalam catatan FAO1997, 90 persen gula digunakan langsung oleh rumah
tangga dan 10 sisanya digunakan oleh industri dan sementara itu impor gula yang berupa gula rafinasi sebagian besar digunakan untuk industri.
Antara 1976 dan 1996, konsumsi gula total naik dari 1,8 juta ton menjadi 2,75 juta akibat dari banyaknya minuman jus konsentrat yang berbahan gula
cukup tinggi FAO, 1997. Dalam kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara konsumen gula tertinggi GBG, 2013.
Jumlah barang atau komoditas yang mampu dibeli oleh seorang konsumen karena peningkatan pendapatan riil akan tergantung dari efek
substitusi dan efek pendapatannya. Kemampuan membeli meningkat atau menurun tersebut akan tergantung dari sifat barang atau komoditas, apakah
itu termasuk: 1 bersifat normal; 2 bersifat inferior; atau 3 bersifat super
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
inferior atau Giffen. Perubahan harga barang atau komoditas akan mempengaruhi perubahan barang atau komoditas yang diminta pada
pergerakan sepanjang kurva. Perubahan faktor-faktor lain preferensi konsumen, pendapatan harga barang atau komoditas lain akan
mempengaruhi perubahan barang atau komoditas yang diminta melalui pergerakan atau pergeseran kurva permintaan. Elastisitas harga dapat
didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta yang disebabkan satu persen perubahan harga. Permintaan adalah elastis bila ? h
-1, inelastis bila -1. Kurva penawaran individual sebenarnya dapat diturunkan dari kurva
biaya marjinal seorang pengusaha. Kurva penawaran agregat atau pasar adalah merupakan penjumlahan secara horizontal kurva penawaran
individual di pasar. Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai kurva tempat kedudukan hubungan antara jumlah barang atau komoditas yang
ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Kurva penawaran mempunyai slope positif. Elastisitas penawaran definisinya adalah persentase perubahan
barang yang ditawarkan di pasar sebagai akibat persentase perubahan harga barang atau komoditas. Terdapat dua jenis elastisitas penawaran, yaitu: 1
elastistas harga, sebagai akibat perubahan harga barang atau komoditas itu sendiri, dan 2 elastisitas harga silang, sebagai akibat perubahan harga
barang atau komoditas terkait. Perubahan jumlah barang atau komoditas yang ditawarkan di pasar dapat dilihat dari: 1 pergerakan sepanjang kurva
penawaran, pecerminan perubahan yang disebabkan karena perubahan harga barang atau komoditas itu sendiri; dan 2 pergeseran kurva
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penawaran yang mencerminkan perubahan karena perubahan di luar harga barang atau komoditas yang ditawarkan.
2.2.4 Teori Produksi