2. Efisiensi Pabrik Gula 1.
Mill Extraction ME
Mill extraction ME suatu pabrik gula dinyatakan efisien apabila nilainya berada pada minimal efisiensi normalanya yaitu 95, sehingga
semakin besar ME maka kinerja stasiun gilingan pada pabrik gula tersebut semakin optimal. Pada PG Wringinanom nilai mill extraction
ME selama tahun 2001 – 2010 masih dibawah 95 dan cenderung menurun. Artinya pada kemampuan ekstraksi pada stasiun penggilingan
masih belum efisien dalam mengambil pol nira mentah dari pol yang
berada dalam batang tebu.
Nilai mill extraction ME PG Wringinanom yang masih dibawah angka efisiensi normalnya, salah satunya disebabkan oleh kondisi mesin
pabrik yang sudah berumur tua dan tanpa adanya pembaharuan teknologi, sehingga potensi henti giling tinggi yang berimplikasi terhadap
kehilangan pol dalam ampas yang tinggi tabel 5. Secara garis besar, kehilangan gula pol di ampas sangat yang sangat besar dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu, intensitas pencacahan tebu, intensitas imbibisi dan intensitas pemerahan dari tandem gilingan. Semakin intensif
pencacahan, imbibisi dan pemerahan, dilakukan, semakin tinggi pula ekstraksi yang dicapai dan semakin rendah kadar pol ampasnya
kehilangan gulanya. Selama ini untuk mempertahankan kemampuan kinerja mesin-mesin pabrik hanya dilakukan perawatan terhadap alat-
alatnya Purwono, 2003:56.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Boiling House Recovery BHR
BHR yang telah dicapai PG Wringinanom selama sepuluh tahun terakhir cenderung menurun, hal ini mengindikasikan bahwa pabrik gula
tersebut mengalami penurunan efisiensi di stasiun pengolahan sehingga mengakibatkan menurunya kemampuan pabrik gula dalam mengolah nira
mentah menjadi gula kristal putih GKP. Umur pabrik gula yang sudah tua masih menjadi faktor utama atas kondisi demikian, akibatnya alat-alat
pada mesin pabrik menurun kemampuanya. Selain itu, juga tidak adanya perbaharuan teknologi pada mesin- mesin dan perlatan pabrik. Dari
revitalisasi industri gula yang pernah dicanangkan pemerintah untuk mendukung program swasembada gula Indonesia masih belum
menyentuh PG Wringinanom. Hal ini karena peningkatan produksi gula pada pabrik gula sebagai upaya mendukung swasembada gula
dikonsentrasikan pada pabrik gula-pabrik gula yang memiliki kapasitas besar kurang lebih 3000 TCD. Artinya ke depan Pabrik Gula
Wringinanom masih sulit untuk bersaing dengan pabrik gula-pabrik gula
lainya dengan kondisi demikian.
Nilai boiling house recovery BHR yang cenderung semakin menurun selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa telah terjadi
kehilangan pol yang semakin meningkat juga. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai persentase pol yang hilang di blotong, HK tetes dan pol yang hilang
tidak diketahui juga menunjukkan kecenderungan yang meningkat Purwono, 2003:56.
3. Overal Recovery OR