UU No. 9 Tahun 2015 Implementasi Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

21 Sesuai dengan ketentuan UU No. 12 Tahun 2011, pembentukan Perwali harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan; dan keterbukaan. Materi muatan Perwali harus mencerminkan asas: pengayoman; kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan;kenusantaraan; bhinneka tunggal ika; keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; ketertiban dan kepastian hukum; danatau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Selain itu, materi muatan Perwali dapat berisi asas sesuai dengan bidang hukumnya antara lain: misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah dalam Hukum Pidana; dan asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik yang terdapat di dalam Hukum Perdata. Permendagri 12014 menentukan bahwa pembentukan Perwali diawali dengan membentuk suatu Tim Penyusun Perwali yang dibentuk oleh Wali Kota dan ditetapkan dengan Keputusan Wali Kota. Penyusunan Rancangan Perwali dilakukan oleh Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Rancangan Perwali tersebut dilakukan pembahasan oleh Bagian Hukum Kota Denpasar untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait. Rancangan Perwali yang telah dibahas harus mendapatkan paraf koordinasi kepala Bagian Hukum Kota Denpasar dan pimpinan SKPD terkait. Pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk mengajukan Rancangan Perwali yang telah mendapat paraf koordinasi kepada Wali Kota melalui sekretaris daerah. Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan danatau penyempurnaan terhadap Rancangan Perwali tersebut dan dikembalikan kepada pimpinan SKPD pemrakarsa. Hasil penyempurnaan disampaikan kembali kepada sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi Kepala Bagian Hukum Kota Denpasar dan pimpinan SKPD terkait. Sekretaris daerah menyampaikan rancangan tersebut kepada Wali Kota untuk ditandatangani.

3.3. UU No. 9 Tahun 2015

Pasal 65 UU No. 9 Tahun 2015 menentukan salah satu tugas Wali Kota yakni menyusun dan mengajukan rancangan Perda untuk dibahas bersama DPRD. Dalam menjalankan tugas tersebut Wali Kota berwenang mengajukan rancangan Perda, menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD serta menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah. 22 Pasal 246, 247 dan 248 menentukan bahwa, Wali Kota membentuk Perwali untuk melaksanakan Perda. Pembentukan Perwali harus sesuai dengan asas pembentukan dan asas materi muatan yang ditentukan dalam UU No. 12 Tahun 2011. Perencanaan, penyusunan, dan penetapan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, yakni UU No. 12 Tahun 2011 dan Permendagri 12014. Perwali yang dibentuk tidak dapat, bahkan dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, danatau kesusilaan. Pasal 250 dan Penjelasannya menentukan bahwa bertentangan dengan kepentingan umum maksudnya meliputi: a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat; b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik; c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum; d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; danatau e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan, dan gender. Bertentangan dengan kesusilaan maksudnya adalah bertentangan dengan norma yang berkaitan dengan adab dan sopan santun, kelakuan yang baik, dan tata krama yang luhur. Perwali diundangkan oleh sekretaris daerah dalam berita daerah. Perwali yang sudah diundangkan tersebut mulai berlaku dan memupunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Perwali tersebut. Artinya bahwa mulai berlaku Perwali berbeda dengan tanggal pengundangan. Penjelasan Pasal 248 ayat 3 menerangkan bahwa hal itu dapat terjadi disebabkan masih mempersiapkan sarana dan prasarana serta kesiapan aparatur pelaksana Perwali tersebut. Pasal 255 menentukan bahwa penegakan Perwali dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja SATPOLPP. Apabila terjadi pelanggaran atas Perwali maka, SATPOLPP melakukan tindakan penertiban non-yustisial, menindak, melakukan tindakan penyelidikan, dan melakukan tindakan administratif bagi warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran serta mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

3.4. Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013