Retribusi Daerah. Kajian Teoritis

7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1 Retribusi Daerah.

Retribusi Daerah merupakan salah satu junis pendapatan asli daerah PAD, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 285 UU No. 9 Tahun 2015 bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari PAD, pendapatan transfer dan pendapatan lain Daerah yang sah. PAD terdiri dari pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah. Pasal 286 menentukan bahwa retribusi daerah ditetapkan dengan undang- undang yang pelaksanaan di Daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Hal itu berarti bahwa pembentuk UU No. 9 Tahun 2015 menghendaki pengaturan Retribusi Daerah dilakukan dengan undang-undang tersendiri, dan pelaksanaan di daerah ditetapkan dengan Perda. Undang-undang yang mengatur mengenai Retribusi Daerah adalah UU No. 29 Tahun 2009. Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton tanpa memformulasikan definisi, menulis unsur- unsur retribusi yaitu 5 : 1. Pungutan harus berdasarkan undang-undang. 2. Sifat pungutannya dapat dipaksakan. 3. Pemungutan dilakukan oleh negara. 4. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum. 5. Kontra prestasi imbalan langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Sedangkan Wahyudi Kumorotomo menekankan pada unsur kontra prestasi dari retribusi untuk membedakan dengan pajak bahwa, Retribusi dipungut dengan kompensasi layanan tertentu sedangkan Pajak dipungut tanpa kompensasi layanan. 6 Pada retribusi daerah terdapat suatu tegenprestatie atau pengembalian jasa yang langsung dari pihak pemerintah. 7 Sesungguhnya, pada Retribusi daerah maupun pada Pajak daerah sama-sama terdapat unsur kontra prestasi. 5 Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2008, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 8. 6 Wahyudi Kumorotomo, 2006, Desentralisasi Fiskal: Politik Perubahan Kebijakan 1974-2004, Jakarta: Kencana, hlm. 125 7 R. Soedargo, 1964, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bandung: N.V. Eresco, hlm. 29. 8 Tetapi, perbedaanya adalah kontra prestasi pada Retribusi bersifat individual – langsung diberikan kepada pembayar, sedangkan kontra prestasi pada Pajak tidak bersifat individual. Artinya bahwa pengembalian jasa atas pembayaran pajak tersebut tidak langsung dapat dinikmati oleh si pembayar, melainkan dikembalikan kepada masyarakat umum. Unsur pengembalian jasa yang lansung dan yang tidak lansung inilah yang merupakan pembeda retribusi daerah dan pajak daerah. 8 Artinya, setiap pembayaran pajak memberi kontribusi atas jasa-jasa pelayanan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, tetapi pembayar tidak menerima konstraprestasi langsung yang dapat dinikmati, dan setiap pembayaran retribusi menerima kontraprestasi langsung berupa jasa- jasa pembayaran yang telah disediakan atau dibuat untuk itu. 9 Jenis pelayanan yang membedakan dalam pengenaan pajak dan retribusi adalah tergantung pada tipe pelayanan. Pelayanan suatu barang publik, yakni barangjasa yang memberi keuntungan kepada orang secara kolektif, maka pembebanan pungutannya adalah pajak. Pelayanan suatu barang privat, yakni barangjasa yang memberi keuntungan pada diri sendiri, maka pembebanan pungutannya adalah retribusi. Adanya unsur imbalan jasa secara langsung tersebut tampak dengan jelas dalam pengertian Retribusi yang dikemukakan oleh Munawir bahwa, Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapatkan jasa balik secara langsung yang dapat ditunjuk. Paksaan yang dimaksud ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, tidak dikenakan iuran. 10 Namun demikian, pengertian Retribusi tersebut dari aspek Ilmu Ekonomi, bukan dari aspek Ilmu Hukum. Pengertian Retribusi secara hukum adalah pungutan oleh pejabat retribusi kepada wajib retribusi yang bersifat memaksa dengan tegenprestasi secara langsung dan dapat dipaksakan penagihannya. Sarana hukum yang digunakan untuk memaksakan penagihan retribusi dapat berupa sanksi ekonomi maupun sanksi pidana. Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2009 menentukan bahwa Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan 8 Tjip Ismail, 2007, Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia, Jakarta: Yellow Printing, hlm. 56. 9 Kesit Bambang Prakosa, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, Yogyakarta: UII Press, hlm. 35 10 Ali, “Pembahasan Mengenai Pengertian Pajak dan Pengertian Retribusi”, http:www.pengertianpakar.com201504pengertian-pajak-dan-retribusi.html_ , Sabtu 7 Nopember 2015, hlm. 2. 9 orang pribadi atau Badan lihat Nomor 64. Dalam pengertian tersebut terkandung adanya unsur- unsur bahwa Retribusi: 1. merupakan salah satu jenis pungutan daerah; 2. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah; dan 3. pembayaran dilakukan oleh orang pribadi atau Badan yang menikmati pelayanan jasa atau mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah. Unsur-unsur tersebut menunjukkan adanya obyek, subyek dan wajib retribusi. Obyek Retribusi yaitu pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah. Subyek Retribusi ialah orang pribadi atau Badan, sedangkan wajib Retribusi ialah orang pribadi atau Badan yang menikmati pelayanan jasa atau mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah. Obyek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Tidak semua yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai obyek retribusi. 11 Pasal 108 UU No. 28 Tahun 2009 menentukan adanya tiga kelompok jasa tertentu, yaitu: Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan Tertentu. Obyeknya retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu untuk daerah Kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah. Pasal 141 UU No. 28 Tahun 2009 menentukan jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Jadi, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol termasuk ke dalam golongan Retribusi Perizinan Tertentu. 11 Anonim, “Definisi dan Pengertian Retribusi Subjek Retribusi”, http:www.definisi- pengertian.com201505definisi-pengertian-retribusi-subjek.html , Sabtu 7 Nopember 2015, hlm. 1. 10 Pasal 143 UU No. 28 Tahun 2009 menentukan Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu. Subyek dan wajib Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol merujuk pada ketentuan Pasal 147 UU No. 28 Tahun 2009 adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin penjualan minuman beralkohol dari Pemerintah Daerah. Subyek ini dapat merupakan wajib retribusi apabila menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

2.1.2 Izin Penjualan.