Perda Provinsi Bali No. 5 Tahun 2012 Perda Kota Denpasar No. 17 Tahun 2011

26 kawasanlokasiobjek pariwisata. Ketentuan mengenai hal tersebut diatur lebih lanjut oleh Wali Kota.

3.8. Perda Provinsi Bali No. 5 Tahun 2012

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol di Provinsi Bali diterbitkan dengan pertimbangan bahwa MB merupakan jenis minuman dengan potensi ekonomi tinggi namun mengandung ethanol yang dapat membahayakan kesehatan pemakainya, sehingga mengganggu ketertiban masyarakat. Di dalam Perda selain terdapat penggolongan MB berdasarkan atas asal produksi, yakni MB produksi inpor dan produksi dalam negeri; serta penggolongan beredasarkan kandungan alcohol, yakni MB Golongan A, Golongan B, dan Golongan C; terdapat pula penggolongan MB atas MB produksi non tradisional, dan MB produksi tradisional. MB produksi tradisional yang dikonsumsi dan diedarkan oleh kelompok usaha atau koperasi wajib dikemas dan menggunakan label edar. Sedangkan MB produksi tradisional yang tidak untuk dikonsumsi dan diedarkan oleh kelompok usaha atau koperasi peredarannya dengan menggunakan label untuk upacara tetabuhan dan label edar. Pasal 11 menentukan adanya larangan untuk mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol ditempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota. Tempat tertentu lainnya tersebut dilarang di sekitar tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit atau lokasi tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota.

3.9. Perda Kota Denpasar No. 17 Tahun 2011

Perda No. 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. Pembentuk Perda ini mendelegasikan wewenang kepada Wali Kota untuk melaksanakan Perda dengan Perwali. Ketentuan-ketentuan Perda yang menentukan implementasi dengan Perwali yaitu: Pasal 9 ayat 3, Pasal 11 ayat 3, Pasal 13 ayat 3, Pasal 15 ayat 3, dan Pasal 17 ayat 3. Ketentuan-ketentuan tersebut dikutip, untuk lebih jelas, sebagai berikut: 1 Pasal 9 ayat 3, Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Walikota. 2 Pasal 11 ayat 3, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota. 27 3 Pasal 13 ayat 5, Tata cara pembayaran, penetapan tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Walikota. 4 Pasal 15 ayat 5, Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara penagihan pemungutan Retribusi diatur dalam Peraturan Walikota. 5 Pasal 17 ayat 3, Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dalam Peraturan Walikota.

3.10. Perwali 222013