2 Minuman Beralkohol pada tanggal 6 Desember 2013 melegalkan penjualan Minuman
Beralkohol golongan A di toko pengecer dalam bentuk kemasan, tetapi tidak jelas apa yang dimaksudkan dengan toko pengecer.
Sementara itu, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06M-DAGPER12015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20M-DAGPER42014 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol Permendag 062015 membatasi tempat-tempat penjualan minuman beralkohol.
Minuman Beralkohol golongan A hanya dapat dijual di Toko Bebas Bea TBB, tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota, supermarket, dan hypermarket. Sedangkan toko
Pengecer, seperti minimarket, Circle K, dan lain-lain. Karena itu, beberapa Circle K di Denpasar tidak lagi menerima stok bir, kulkas penjualan bir ditutupi sarung
1
. Namun demikian, larangan tersebut tidak berlaku mutlak di Denpasar. Sebab, sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04PDNPER42015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol Golongan A Juknis No. 04PDNPER42015, sebagai tindak lanjut Permendag 062015 memperkenankan pengecer menjual sebatas di pantai Sanur. Selain itu, Walikota dapat
menetapkan tempat-tempat tertentu serbagai tempat penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di tempat dengan memperhatikan karakteristik daerah dan budaya lokal.
Karena itulah urgen dan relevan untuk ditetapkan Peraturan Walikota Denpasar Perwali sebagai pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011 sehingga terdapat kepastian hukum mengenai
tempat-tempat yang diperkenankan menjual minuman beralkohol, tarif, tata cara pemungutan, pembayaran dan tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran, penagihan dan
penghapusan piutang retribusi izin tempat penujualan minuman beralkohol.
1.2. Identifikasi Masalah
Kajian hukum atas suatu pengaturan pada umumnya berkaitan dengan penormaan materi muatan dan prosedur pembentukan. Namun, penelitian ini merupakan upaya penyusunan naskah
akademik rancangan Perwali sebagai pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011. Oleh karena itu
1
Arnoldus Dhae,
17 April 2015, “Minuman Beralkohol di Denpasar sudah Ditarik”, http:news.metrotvnews.comread20150417387584minuman-beralkohol-di-denpasar-sudah-ditarik
, diakses
Selasa, 3 Nopember 2015, hlm. 1.
3 penelitian terfokus pada penormaan materi muatan perda yang didelegasikan pengaturannya
dengan Perwali, sehingga masalah yang teridentifikasi untuk dinormakan, sebagai berikut: 1
Penetapan Tarif Retribusi. 2
Tatacara pelaksanaan pemungutan retribusi. 3
Tata cara pembayaran, penetapan tempat pembayaran, anggsuran, dan penundaan pembayaran retribusi.
4 Tata cara penagihan pemungutan retribusi.
5 Tata cara penghapusan piutang retribusi.
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun Naskah Akademik sebagai landasan ilmiah penyusunan Rancangan Perwali tentang Pelaksanaan Perda 172011. Selain itu, juga untuk
merumuskan cakupan ruang lingkup materi bagi penyusunan Peraturan Walikota Kota Denpasar tentang Pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011.
Kegunaan penyusunan Naskah Akademik ini adalah sebagai pedoman dan rujukan bagi penyusun Rancangan Perwali agar sesuai dengan ruang lingkup materi muatan yang dikehendaki
oleh Perda 17 2011. Hasil penelitian ini juga berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk memberikan masukan dalam penyusunan Perwali Pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011
sehingga merepresentasikan aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan tempat penjualan minuman beralkohol.
1.4. Metode
Jenis Penelitian dalam Penyusunan Naskah Akademik.
Dalam Lampiran I UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan UU No. 12 tahun 2011 mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik dijelaskan
bahwa penyusunan Naskah akademik merupakan suatu kegiatan penelitian yang berbasis penelitian hukum atau penelitian lain. Apabila Naskah Akademik disusun berdasarkan penelitian
hukum, maka metode yang dapat digunakan adalah metode yuridis normatif atau metode yuridis empiris yang dikenal pula dengan sebutan metode penelitian sosiolegal.
Penelitian hukum yang menggunakan metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi focus group discussion, dan rapat dengar pendapat. Sedangkan penelitian
4 hukum yang menggunakan metode sosiolegal didahului dengan melakukan penelitian hukum
normatif atau penelaahan peraturan perundang-undangan, kemudian dilanjutkan dengan observasi mendalam dan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data nonhukum yang terkait
dan berpengaruh terhadap produk hukum yang diteliti. Naskah Akademik ini disusun menggunakan metode penelitian hukum normatif yang dilengkapi dengan hasil focus group
discussion FGD perwakilan satuan kerja perangkat daerah SKPD terkait dan penjual minuman beralkohol di Kota Denpasar.
Pendekatan dalam Penelitian.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan statute approach, pendekatan konsep conceptual approach, pendekatan analitis analytical approach,
pendekatan historis historical approach, dan pendekatan filsafat philosophical approach.
2
Pendekatan perundang-undangan statute approach, dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan denga retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol,
antara lain: 1
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2
UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. 3
Perpres 742013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. 4
Permendag 062015 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
5 Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04PDNPER42015
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol Golongan A.
6 Perda No. 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.
7 Peraturan Walikota Denpasar Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan Perwali 212013. Pendekatan konsep hukum conceptual approach dilakukan dengan menelaah pendapat
para ahli mengenai terMBogi, definisi dan konsep-konsep yang berkaitan dengan retribusi, izin, tempat penjualan dan minuman beralkohol. Pendekatan analitis analytical approach adalah
suatu pendekatan yang dilakukan dengan menguraikan aturan hukum yang diteliti untuk
2
Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Interpratama Offset, hal. 93-137.
5 menemukan persamaan dan perbedaan, kesesuaian dan ketidaksesuaian, sinkron atau harmonis
dan konfliknya norma peraturan perundang-undangan secara horizontal dan vertikal sehingga diketemukan unsur-unsur yang dapat diformulasikan ke dalam Perwali yang akan disusun.
Pendekat filsafat philosophical approach adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah asas-asas prinsip-prinsip yang terkandung danatau melandasi kaidah hukum dalam pengaturan
retribusi izin tempat penujualan minuman beralkohol dengan Perwali.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.
Bahan hukum yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
3
serta didukung dengan bahan hukum informatif. Bahan hukum primer terdiri dari produk hukumn yang diteliti, antara lain sebanyak 7 tujuh produk hukum sepert disebutkan
pada bagian pendekatan di atas. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum
yang relevan dengan penelitian ini. Bahan hukum sekunder dapat berupa bahan-bahan yang terdapat pada kepustakaan atau pada website.
Bahan hukum informatif berupa informasi dari informan ialah pihak otoritas atau pejabat dari lingkungan Pemerintah Daerah Kota Denpasar maupun para pihak yang membidangi
tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. Selain itu, informasi juga dapat diperoleh dari pihak penjul minuma beralkohol. Bahan ini digunakan sebagai penunjang dan
untuk mengkonfirmasi bahan hukum primer dan sekunder. Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara yang sesuai dengan jenis bahan
hukum tersebut, sebagai berikut: 1
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan melalui tudi dokumentasi dan kepustakaan.
2 Bahan hukum informatif dikumpulkan dengan studi lapangan yaitu melalui wawancara
dan FGD dengan pihak-pihak yang terkait retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum.
Bahan-bahan hukum yang terkumpul diklasifikasi dan disistematisasi. Kemudian diurai, yang sama dikumpulkan; yang berbeda dikeluarkan untuk diurai kembali. Selanjutnya dilakukan
3
C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20 , Bandung: Alumni, hal. 134.
6 interpretasi secara hermeneutikal yakni memberikan pendapat atau pandangan teoritis secara
gramatikal, historikal, teleologikal, sistematikal, sosiologikal, dan filosofikal terhadap bahan- bahan hukum yang berhasil dikumpulkan
4
. Pemahaman secara gramatikal dilakukan berdasarkan pada makna kata dalam konteks kalimatnya, sehingga suatu ketentuan hukum dipahami arti dan
maknanya. Pemahaman aturan hukum tidak dapat dilepaskan dari konteks historisnya, yakni latar belakang sejarah pembentukannya dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak
diwujudkannya teleologikal. Konteks historis yang berlatar sosio-kultural dan politis menentukan isi hukum positif itu untuk menemukan ratio legis-nya. Pemahaman produk
hukum harus pula dilakukan dalam konteks hubungannya dengan aturan hukum positif yang lainnya, secara kontekstual merujuk pada faktor-faktor kenyataan kemasyarakatan dan kenyataan
ekonomi, dengan mengacu pandangan hidup, serta nilai-nilai kultural dan kemanusiaan fundamental dalam proyeksi ke masa depan. Analisis bahan-bahan hukum dengan cara
interpretasi secara hermeneutical tersebut diharapkan akan mampu mengahsilkan Perwali yang sesuai dengan harapan masyarakat dan pemangku kepentingan, mengakomodasi nilai-nilai sosial
budaya dan ekonomi serta sinkron dengan aturan hukum positif lainnya.
4
Bernard Arief Sidharta, “Penelitian Hukum Normatif: Analisis Penelitian Philosophical dan Dogmatical”, dalam Soelistyowati Irianto dan Shidarta, ed., 2009, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, hal 145-146.
7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
2.1. Kajian Teoritis